Cindy berjalan santai setelah ke kamar mandi menuju parkiran. Bel pulang sudah berbunyi sejak lima belas menit lalu, maka dari itu sekolah sudah terlihat sedikit sepi.
"Cindy!"
Cindy menoleh lalu melihat Steve sedang berlari kecil kearahnya.
"Kenapa?"
Steve menghela napas sebentar lalu menatap Cindy.
"Gue...udah yakin sama perasaan gue".
Cindy menyerit, "perasaan apa?"
"Cewek yang gue suka".
Cindy terdiam lalu mengalihkan pandangannya mencoba menyiapkan hatinya untuk mendengar perkataan Steve setelah ini.
"Sesuai janji gue, lo bakal jadi orang pertama yang gue kasih tahu tentang ini".
Cindy mengangguk, "iya. Jadi siapa cewek yang lo suka?"
Steve tersenyum kecil, "tapi, sebelumnya lo harus janji nggak akan marah sama dia, cewek yang gue suka".
Cindy meremas tali tasnya, "iya, siapa?"
"Onna".
Bagai tersambar petir, Cindy menahan air matanya turun dan menggigit bibir bawahnya kecil dengan kuat.
"Si...siapa?" Cindy tidak percaya ini. Pasti Onna yang lain yang dimaksud Steve. Pasti.
"Onna. Alvionna sahabat kita".
Cindy menghirup napas dalam lalu menunduk.
"Steve, gue...mau pulang. Duluan ya," tanpa menunggu jawaban Steve, Cindy berjalan cepat menuju parkiran sambil menunduk.
Air matanya menetes satu persatu namun dengan cepat dihapus olehnya. Dia tidak mau Steve tahu dia menangis. Tidak. Dia harus kuat.
Sepanjang perjalanan pulang ucapan Steve selalu terngiang diingatannya. Cindy berusaha mengalihkan pikirannya, tapi tidak bisa.
"Onna".
Onna, Onna, dan Onna. Cindy berusaha meyakinkan hatinya bahwa Onna tidak salah. Onna tidak tahu tentang ini. Dia tidak punya salah untuk disalahkan.
Tapi hatinya menolak membenarkan itu, membenarkan bahwa Onna tidak salah. Hatinya berontak. Onna salah, Onna membuat hubungannya dengan Steve kandas karena Stee menyukai Onna.
Cindy tidak pulang kerumah namun kerumah Alex, dia ingin mengajak Onna berbicara. Dia tidak bisa memendam ini.
"Onna!" Teriak Cindy saat sudah berada didepan pagar rumah Alex.
"Onna!" Teriak Cindy lagi.
Pintu rumah terbuka memperlihatkan Onna.
"Iya, sebentar!"
Onna berlari kecil menuju pagar rumah lalu menghampiri Cindy.
"Kenapa Cin? Tumben".
"Ke rumah gue yuk? Gue pengen ngomong sama lo," ucap Cindy tanpa menatap Onna, dia lebih memilih menatap kuku-kukunya.
"Sekarang?"
"Iya,Na. Bisa kan?"
Onna mengangguk pelan, "bisa. Gue ambil jaket dulu ya?"
Cindy mengangguk dan Onna pun langsung berlari kedalam rumah untuk mengambil jaket dan izin ke Rianti.
"Mau kemana,Na?" Tanya Alex yang sedang menonton televisi.
"Kerumah Cindy. Gue pergi dulu, dah!" Onna kembali berlari keluar rumah.
--------------
"Steve..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Saja
Teen Fiction[ sekuel friendzone ] Takdir kita memang hanya menjadi sebatas teman. Tidak lebih. Started: 4 september 2018 Completed: 15 Desember 2019 HAPPY READING!❣