9.makan malam

1.1K 59 11
                                    

Onna duduk dikasurnya. Ia baru saja selesai makan malam, ia memainkan handphonenya. Tidak ada yang menarik.

O

nna teringat paper bag yang tadi sore diberikan Arkan. Dia bangkit dan mengambil paper bag yang ia simpan dimeja belajar itu. Onna kembali duduk dikasurnya.

Ia membuka paper bag itu lalu mengambil isinya. Ada satu boneka minion berukuran kecil dan juga jam beker berbentuk minion. Onna tersenyum senang melihat itu, tapi ia menyerit saat ada secarik kertas yang ditempelkan dibagian belakang jam beker. Ia mengambil kertas itu dan membacanya.

"Gatau kenapa pas liat ini gue langsung inget sama lo. Semoga lo suka." Onna tersenyum setelah membaca isi surat itu. Ia menatap boneka dan jam yang ada ditangannya.

Onna menaruh jam beker itu diatas nakas dan menyimpan jam bekernya yang lama didalam laci. Gadis dengan rambut dicepol asal itu mengambil handphonenya lalu jarinya menari diatas layar.

Alvionna
Suka sama boneka dan jamnya, lucu kayak aku! Heheh.
Makasih ya kak:D

Onna kembali menatap boneka minion itu lalu memeluknya erat. Tak lama, karena benda pipih yang ada disamping bergetar. Menandakan ada panggilan masuk.

Gadis itu menggeser icon berwarna hijau.

"Kenapa nelpon,kak?"

Terdengar suara decakan dari sambungan telepon.

"Orang lain mah ngasih salam atau sapaan. Lah ini, langsung nanya."

"Eh, salah ya?"

"Terah. Kita jalan yuk? Cari makan. Laper gue."

"Loh? Kakak belom makan? Emang dirumah gak ada makanan?"

"Belom. Dirumah ada makanan sih, tapi lagi mau makan bakso."

"Ih, makan aja yang ada dirumah. Ini udah malem loh."

"Ayolah,Na. Lo tega gue mati kelaparan?"

"Apa sih kak? Lebay deh!"

Onna tertawa kecil diakhir kalimat. Tanpa sepengetahuannya, di ambang pintu ada Alex yang menatapnya tanpa ekspresi.

"Bukan lebay. Ah, sudahlah, gue jemput ya?"

"Ih, kakak beneran?"

"Iya. Tunggu bentar,"

Saat Onna ingin bicara, sambungan telepon sudah terputus membuatnya mendengus kesal. Ia berdiri ingin mengambil jaket, tapi niatnya ia urungkan saat melihat Alex ada di ambang pintu.

"Alex, sejak kapan disitu?" Tanya Onna.

Alex berjalan pelan ke arah Onna, suasana sekitar hening membuat Onna merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"Sampai saat ini, kayaknya lo nggak ada niat buat bikin mood gue balik ya?" Tanya Alex saat sudah ada dihadapan Onna. Kedua tangannya ia masukkan kedalam celana santai yang ia pakai.

Keterdiaman Onna membuat Alex bertambah kesal.

"Na!"

"Iya?" Jawab Onna begitu cepat karena kaget.

Alex berdecak kesal sebelum akhirnya menarik tangan Onna keluar kamar, sebelumnya ia mengambil jaket yang tergantung dibalik pintu kamar.

"Alex, pelan-pelan dong. Ini ditangga loh," Onna berusaha mengimbangi langkah Alex yang cepat.

Sampai diruang tamu, Alex berhenti membuat Onna juga berhenti dan menatap bingung Alex.

"Ada ap-,

Perkataan Onna terhenti saat ia melihat Arkan tersenyum menatapnya. Onna membalas senyum itu lalu melirik Alex yang menatap tajam Arkan.

"Eh, Onna nya udah ada, yaudah jalan sekarang aja sana. Nanti kemaleman, ingat ya Ar, pulangnya gak boleh lebih dari jam sepuluh!" Ucap Rianti.

Arkan tersenyum, "iya tante, berangkat dulu ya. Ayo,Na."

Baru saja Arkan ingin menggenggam tangan Onna, Alex sudah menariknya kebelakang tubuhnya seolah menyembunyikan Onna.

"Onna mau pergi sama gue. Lo bisa pergi sama adek lo, atau bisa juga pergi sendiri."

Ucapan Alex membuat Onna melebarkan matanya. Rasa bingung melingkupi dirinya. Dia melirik Arkan yang menatap Alex dengan alis terangkat.

"Sepuluh menit lalu, gue udah janjian sama Onna, dan Onna setuju."

Rianti menatap bingung kearah tiga remaja dihadapannya.

"Lex,gue-,

"Onna pergi bareng gue!" Ucap Alex tegas. Sesaat kemudian dia menarik Onna keluar rumah.

Arkan menatap punggung kedua remaja lawan jenis itu dengan tatapan datar. Ia menoleh kebelakang saat ada yang menepuk pundaknya,Rianti.

"Maaf ya, Alex emang suka begitu kalo lagi badmood bikin orang kesel."

Arkan mengangguk, "iya tante, gak pa-pa. Saya pulang dulu ya," Arkan mencium punggung tangan Rianti.

"Sekali lagi maaf ya, kalo Alex pulang nanti tante omelin deh!"

Arkan tertawa kecil, "iya tante, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam..."

----------------------

Arkan menggeram kesal sambil terus memukul samsak yang ada dihadapannya. Keringat bercucuran diseluruh tubuhnya, tapi itu tidak membuat dia berhenti melakukan aktivitasnya.

"Kak Arkan!"

Arkan berhenti memukul lalu membalikan badannya dengan cepat. Dihadapannya, Onna tersenyum kecil dengan sekantong plastik digenggamannya. Gadis dengan jakes yang sedikit kebesaran itu menghampiri Arkan yang masih terdiam.

"Ini aku bawain es jeruk peras! Seger banget tahu!" Onna mengangkat plastik yang ada digenggamannya ke atas.

"Kok lo cepet banget pergi sama Alex?"

Tanpa menerima pemberian Onna, Arkan berjalan kekursi kayu yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri. Onna pun mengikutinya lalu menaruh plastik berisi es jeruk itu diatas meja yang berada di antara kursi yang mereka duduki.

"Aku sama Alex cuma ke indomart, terus didepan ada tukang es jeruk peras, yaudah aku beli aja."

Arkan tersenyum kecil lalu mengambil es jeruk tadi, dan meminumnya. Ia memejamkan mata sejenak menikmati kesegarannya. Onna yang melihat itupun tersenyum senang, setidaknya dengan ini membuat rasa bersalahnya sedikit berkurang.

"Enak kan, kak?"

Arkan menaruh kembali es itu diatas meja lalu menatap Onna.

"Enak, kan yang ngasih lo."

Onna terdiam mencoba mencerna kalimat Arkan tadi.

"Alex gak marah lo ke sini?" Tanya Arkan mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia merutuki mulutnya yang kadang asal ceplos.

"Oh, engga kok. Lagian ngapain marah, cuma disebelah juga."

Arkan mengangguk lalu menatap samsak yang tadi menjadi tempat meluapkan amarahnya.

"Kak, maaf ya tadi gara-gara Alex kita gak jadi pergi. Tadi aku udah pengen siap-siap kok! Tapi tiba-tiba Alex narik terus ngajak pergi. Kalo kakak masih mau makan bakso, ayo aku temenin. Tadi aku udah izin ke Mamah kok."

Arkan menoleh menatap Onna yang juga sedang menatapnya. Ia berdiri lalu berjalan kehadapan Onna, lelaki itu mengulurkan tangannya.

"Ayo, gue mau makan pecel ayam."

---------------

Teman Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang