Onna meminum es tehnya yang tinggal sedikit sambil terus menggoyangkan kakinya. Ia melirik jam di handphonenya, sudah jam sembilan lewat.
Arkan masih menikmati makanannya. Entah hanya Onna yang merasa atau memang benar, Arkan sepertinya memperlambat kegiatan makannya.
"Kak?" Panggil Onna karena sudah sangat bosan. Sedari tadi ia hanya diam sambil sesekali meminum es tehnya. Onna lupa tidak membawa handphonenya. Dan yang lebih menyebalkan, Arkan tidak mau meminjamkan handphone miliknya.
"Iya?" Arkan menatap Onna yang duduk didepannya sebentar, sebelum kembali fokus pada makanannya.
"Bisa dicepetin gak makannya?" Ucap Onna sedikit ragu.
"Kenapa?"
Arkan meminum es tehnya karena merasa seret. Onna memang tidak memesan makanan, karena ia sudah makan malam. Nanti, kalau makan malem lagi jadi gendut gimana?
"Aku...ngantuk. Lagian kan, besok sekolah."
Arkan mengangguk lalu mencuci tangannya dengan air yang sudah disediakan. Ia berdiri lalu membayar makanannya terlebih dahulu.
Onna menatap Arkan dan sisa makanan lelaki itu bergantian. Tinggal sedikit sih, tapi...kan sayang.
--------------
"Onna! Buruan udah jam setengah tujuh!" Alex berteriak sambil berlari menuju lantai dasar.
Onna yang baru selesai mandi saat mendengar ucapan Alex pun segera bergegas. Tanpa menyisir rambutnya yang semakin hari semakin panjang itu, Onna menyatukannya menjadi satu lalu mengikatnya. Ia berlari menuju lantai dasar saat kembali mendengar teriakan Alex.
Alex mengendarai motornya dengan kencang membuat Onna memeluknya erat. Onna ingin protes, tapi...kalau tidak begini mereka akan telat.
Akhirnya mereka sampai, tepat saat Alex memakirkan motornya, bel tanda masuk berbunyi. Mereka menghela napas lega lalu berlari kecil menuju kelas masing-masing.
"Dadah Onna!" Ucap Alex lalu masuk ke kelasnya. Onna hanya tersenyum lalu masuk ke kelasnya.
Ia duduk dibangkunya, tapi seperkian detik berikutnya ia menyerit. Pasalnya Cindy tidak ada dikursinya. Tas gadis itu pun tidak ada. Apa dia tidak masuk? Atau telat?
Gifan duduk disebelah Onna sambil membawa tasnya. Lelaki itu menaruh tasnya di atas meja.
"Kok?" Onna menatap Gifan bingung. Sedangkan yang ditatap hanya menyengir.
"Cindy gak masuk,Na. Demam dia,"
"Ha?!"
"Gak usah teriak juga."
Onna menggaruk pipinya lalu kembali menatap Gifan serius.
"Lo yang bener, kok dia gak ngasih tahu gue?"
Gifan mengangkat bahunya, "mana gue tahu. Gue aja tahu dia sakit dari buku absen."
"Tumben lo liatin buku absen," Onna mendelik lalu mengeluarkan handphonenya dari saku seragam.
Terlihat banyak sekali notif dari Cindy. Onna meringis saat melihat itu. Memang, setelah telponan dengan Arkan , Onna tidak melihat handphonenya lagi.
"Cindy ngabarin gue, tapi gue gak tahu."
Gifan menggeleng-geleng, "astagfirullah Onna..."
Onna menatap Gifan sambil memelas, "Fan...gue ngerasa gak berguna banget. Bunda Cindy ada dirumah gak ya?"
"Coba telpon Cindy."
Onna mengangguk menyetujui saran Gifan. Tapi belum juga ia memfokuskan diri pada handphone guru pelajaran sejarah masuk membuat Onna menghela napas.
---------------
Onna, Alex, Gifan, Fahri, dan Steve berjalan beriringan menuju parkiran. Tentu itu menjadi tontonan seluruh siswa, ah,tidak, kebanyakan adik kelas. Onna yang merasa risih pun mempercepat jalannya, biasanya ia biasa saja karena ada Cindy. Tapi sekarang ia sendiri bersama empat laki-laki.
"Na, pelan-pelan aja. Gak bakal abis kali makanan dikantin."
Celetukan Gifan membuat Onna menoleh lalu membalikkan badannya yang sontak membuat keempat laki-laki didepannya berhenti.
"Gue mau istirahat sendiri ah, lo jangan pada ngikut!"
Onna kembali berjalan cepat menuju kantin. Sedangkan keempat laki-laki tadi hanya diam sebelum akhirnya Fahri berbicara.
"Udah, ayo. Laper gue."
-------------
Onna mengetuk beberapa kali pintu berwarna coklat didepannya. Sepulang sekolah, setelah mengganti baju sesuai permintaan Alex, Onna dan Steve pergi kerumah sakit bersama. Alex katanya nanti nyusul bersama Gifan dan Fahri, entahlah.
Setelah mendapat jawaban dari dalam kamar Onna dan Steve masuk. Terlihat Cindy tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya yang tidak diinfus.
"Onna! Steve!" Seru Cindy begitu semangat.
"Hai, Cin! Sorry ya gue dari semalem gak lihat hp jadi gue gatau ka-,
"Gapapa,Na. Steve, lo bawa pesenan gue kan?" Cindy menatap Steve dengan penuh harap.
"Bawa, tapi jangan pake saos ya!" Steve menaruh sekotak bungkus pizza diatas pangkuan Cindy.
Mata Cindy berbinar lalu menggenggam tangan Steve yang sedang berada dikepalanya, "makasih!"
Onna berdehem keras hingga sesi tatap-tatapan Steve dan Cindy berakhir. Cindy langsung salah tingkah dan memilih memakan pizzanya. Sedangkan Steve langsung izin kekamar mandi.
"Kalo mau mesra-mesraan tuh liat keadaan dong. Iri nih gue," Onna duduk dikursi yang ada disamping ranjang Cindy. Cindy membalas perkataan Onna dengan cengiran.
"Oh iya, Alex, Gifan sama Fahri mana? Masa cuma lo sama Steve doang."
"Gatau, katanya mereka nanti nyusul."
Tak lama Steve keluar dari kamar mandi bertepatan dengan Alex,Gifan, dan Fahri yang datang dari luar.
"Eh Cincin!" Alex berseru setelah menutup pintu kamar.
"Heh! Gue lagi sakit lho!" Gerutu Cindy sambil terus memakan pizzanya.
"Enak tuh," Fahri dengan tidak berdosanya mengambil satu potong pizza Cindy.
"Fahri,ih. Gue laper."
"Yaelah, satu doang gak ngaruh kali,Cin."
Melihat nikmatnya Fahri makan pizza Gifan jadi pengen. Jadi, lelaki dengan kaos hitam polos itu mengambil satu potong pizza juga.
"Gifan!" Cindy menatap Steve memelas, "Steve, tuh mereka ngerusuh,"
Sudah, sedang sehat saja manja apalagi sedang sakit. Cindy terus merengek pada Steve karena Alex,Fahri dan Gifan selalu mengganggu dan menjailinya. Steve hanya membalasnya dengan tawa kecil tanpa berniat membela. Onna juga hanya diam sambil sesekali tertawa.
"Udah ah, pizza gue abis!" Cindy menyembunyikan pizzanya dibawah selimut lalu menatap ketiga laki-laki didepannya tajam.
"Pergi kalian! Ganggu ketenangan gue aja,"
"Oh? Kita diusir nih? Oke, ayo guys tinggalin Cincin manja ini," Alex menarik Onna sedangkan Gifan dan Fahri menarik Steve. Belum Alex membuka pintu suara teriakan Cindy terdengar.
"Onna sama Steve disini! Cuma lo bertiga yang gue usir!"
--------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Saja
Teen Fiction[ sekuel friendzone ] Takdir kita memang hanya menjadi sebatas teman. Tidak lebih. Started: 4 september 2018 Completed: 15 Desember 2019 HAPPY READING!❣