8. pengakuan?

1.1K 62 3
                                    

"Kak Arkan!"

Onna menegang ditempatnya berdiri, tak lama ia merasa ada yang mengelus punggung tangannya. Saat ia menoleh, Alex tersenyum lalu menggenggam tangannya.

"Ayo pulang," ajak Alex namun tertahan oleh suara Arkan.

"Eh, ada kalian! Hm, Na, bisa ngomong sebentar?" Arkan menatap Onna dengan tatapan berharap.

Onna yang orangnya tidak-tegaan itu, langsung mengangguk ragu sambil melirik Alex yang hanya berekspresi datar.

"Bi-bisa,kak."

Onna dan Arkan pun pergi menjauhi Alex dan Nana. Nana yang tidak mengerti situasi pun kebingungan. Kok bisa kakaknya kenal dengan Onna?

Nana menepuk pundak kanan Alex, membuat laki-laki itu menoleh.

"Kak Arkan kok bisa kenal sama Onna, ya?" Tanya Nana.

Alex mengangkat bahunya, "kan kakak lo alumni sini, jadi kenal lah."

Nana mengangguk dengan mulut berbentuk seperti huruf 'o'. Ia menggoyangkan kakinya karena bosan menunggu kakaknya yang tak kunjung kembali. Gadis itu melirik ke arah Alex, lelaki itu sedang bermain games online di handphonenya.

"Alex, kok kak Arkan sama Onna lama banget,ya?" Nana haus, ia juga lapar. Haduh, kenapa kakaknya lama sekali,sih?!

"Mana gue tahu."

Tak lama, Arkan dan Onna datang dari arah depan. Entah darimana, Alex tidak mau bertanya sekarang. Tiba-tiba saja dia langsung badmood.

"Ayo pulang, udah sore," Alex menggenggam tangan Onna lalu menariknya pelan menuju parkiran, tanpa pamit ataupun basa-basi terlebih dahulu dengan Arkan dan Nana.

Onna yang terkejut hanya bisa mengikuti Alex. Sesekali ia menoleh kebelakang dan tersenyum kecil melihat Nana melambaikan tangan padanya.

"Alex, harusnya tadi kita pamit dulu. Gak sopan tahu," Onna terus mengoceh sepanjang jalan. Namun tidak ditanggapi oleh Alex.

Gini nih, kalo udah badmood sekitarnya pasti diabaikan.

"Alex! Gue ngomong sama lo, bukan sama jalanan." Onna memukul pundak Alex karena kesal.

Alex hanya berdehem singkat. Tanpa berniat membalas perkataan Onna.

"Bodo,lah,"

Onna berpegangan dengan menggenggam jaket yang Alex pakai. Ia memikirkan perkatan Arkan tadi.

Flashback on*

Onna menatap Arkan yang lebih tinggi darinya.

"Jadi...kak Arkan itu, kakak tiri Nana?" Tanya Onna setelah mendengar cerita Arkan.

Ibu Arkan meninggal saat melahirkannya. Dari kecil, ia terbiasa hidup dengan pembantu karena ayahnya yang sibuk dengan pekerjaan. Sampai saat ia kelas 5 SD, ayahnya memutuskan untuk menikah dengan ibunya Nana. Waktu itu, Nana kelas 4 SD, dia homeschooling karena fisiknya yang tidak kuat.

Satu bulan pertama, Arkan belum bisa dekat dengan Nana dan ibunya. Tapi, melihat Nana yang selalu mendapat kecupan dan pelukan setiap hari oleh ibunya, membuat Arkan iri. Dia juga mau seperti itu. Akhirnya sedikit demi sedikit Arkan menerima ibunya Nana sebagai ibunya, dan Nana sebagai adiknya.

Saat SMA, Nana harus homeschooling lagi karena keadaannya yang tidak memungkinkan. Tapi di kelas 12 ini, ia ingin sekolah formal. Permintaan itu pertamanya ditolak oleh ayahnya karena khawatir dengan keadaan Nana. Tapi Nana berjanji tidak akan terlalu lelah, terlalu banyak pikiran dan akan selalu minum vitamin. Dengan perjanjian itu, ayah dan ibunya pun menyetujuinya.

Teman Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang