22. Alex kenapa?

1K 43 2
                                    

Alex dan Onna memakan nasi goreng mereka dengan hening. Acara ulang tahun sekolah selesai sekitar jam setengah sebelas malam, dari sekolah mereka langsung ketukang nasi goreng dipinggir jalan untuk mengisi perut yang lapar.

Alex sering mencuri pandang ke Onna yang terlihat sangat lapar sampai tidak memperdulikan sekitarnya.

"Alhamdulillah, kenyang," Onna mengusap pelan perutnya yang rata lalu meminum teh tawarnya.

"Kayak lagi hamil aja ngusap perut," celetuk Alex setelah meminum air putih.

Onna mendelik kesal, "bayar sana, ngantuk gue".

"Sialan ya kamu," Alex bangkit untuk membayar makanan mereka namun sebelum itu ia mencubit pipi Onna.

"Alex!"

Alex tertawa lalu membayar makanan mereka. Setelah itu mereka pulang menggunakan motor Alex. Onna memeluk Alex lalu menyandarkan kepalanya dipunggung tegap Alex.

"Ngangtuk,ih." Gerutu Onna.

Alex hanya diam dan tetap melajukan motornya dengan kecepatan standar. Sesampainya dirumah, Onna turun diikuti Alex. Alex menahan lengan Onna saat ia ingin berjalan masuk kerumah.

"Kenapa?" Tanya Onna dengan tatapan bingung.

"Lo bakal gantungin gue?"

Kening Onna berkerut namun beberapa detik setelahnya ia langsung salah tingkah dan memilih melihat sepatu Alex yang berwarna hitam.

"Gue...nggak tahu".

Alex menghela napas lalu menangkup wajah Onna dan mengarahkannya untuk menatap kearah dirinya.

"Udah gue bilang, kalo ngomong sama orang jangan nunduk."

Onna menggigit bibir bawahnya, "tapi gue,-

"Perasaan lo ke gue masih sama 'kan?" Tanya Alex memotong ucapan Onna.

Onna kembali menunduk namun Alex langsung membuat mereka kembali bertatapan.

"Jawab,Na."

Onna memejamkan matanya lalu mengangguk pelan, ia membuka matanya saat rambutnya diusap pelan.

"Gue bakal tunggu lo seperti lo tunggu gue. Tapi, kalo boleh gue minta, jangan terlalu lama ya."

----------------

Onna panik sendiri saat melihat panggilan masuk dari Arkan. Entah mengapa, mungkin merasa bersalah?

Onna duduk dipinggir kasur lalu mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Ia mengangkat panggilan telepon Arkan setelah merasa tenang.

"Lama banget angkatnya, udah tidur ya?"

"Eh, maaf Kak, aku baru dari kamar mandi tadi."

"Oh, kirain udah tidur. Gimana tadi acaranya?"

"Lancar,Kak! Aku gugup banget tadi terus juga sempet hujan agak lama, untung acaranya di aula."

"Syukur deh kalo nggak ada masalah. Hm, besok mau nggak pergi bareng gue?"

"Hah, kemana?"

"Lihat besok aja, kangen ini udah nggak ketemu sehari padahal rumah sampingan."

"Apasih,Kak! Lebay tahu nggak."

"Hahaha, jadi besok bisa nggak?"

"Bisa, jam berapa?"

"Jam sepuluh aja."

"Oke, berarti aku bisa bangun sedikit siang, hehe."

"Dasar, yaudah abis ini langsung tidur. Jangan main hape lagi."

Teman Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang