12. Sama

1K 53 11
                                    

Onna mengetuk pintu berwarna coklat didepannya. Onna masuk kedalam rumah saat mendengar teriakan Cindy. Cindy sedang menonton televisi di ruang tengah. Gadis dengan celana pendek itu memakan snack dengan mode slowmo.

"Lama banget lo makan, gue bagi ya," Onna duduk disamping Cindy lalu mengambil isi snack yang ada dipangkuan Cindy.

"Na, gue...putus".

Onna tersedak dan langsung meminum air yang ada dimeja. Sedangkan Cindy masih menatap layar televisi dengan tatapan menerawang.

"Putus? Sama siapa?"

Cindy menghela napas, kenapa kebodohan Onna harus ada disaat sedih gini,sih?!

"Pacar gue siapa?" Tanya Cindy sambil menatap Onna dengan datar.

"Steve".

"Berarti kalau gue putus, gue putus sama?"

"Steve?"

Cindy kembali memakan snacknya. Kini tidak pelan-pelan. Onna masih terdiam mencerna perkataan Cindy.

"OH, LO PUTUS SAMA STEVE?!"

Cindy sontak memejamkan mata mendengar teriakan Onna. Ia menatap gadis disebelahnya dengan tajam. Sedangkan yang ditatap hanya menyengir.

"Terus?"

"Nabrak".

"Cindy! Yang bener," Onna meminum kembali air yang ada diatas meja.

"Iya, gitu. Gue putus, katanya sih Steve suka sama cewek lain makanya dia putusin gue,"

"Steve bilang begitu ke lo?!" Onna melotot mendengar penuturan Cindy. Gila, Steve gila!

Cindy menghela napas pelan, "iya. Terus dia minta kami jadi sahabat lagi, jangan musuhan".

Onna mengangguk, "lo mau?"

"Ya...mau gak mau. Daripada gue jauh dari Steve, lebih baik gue jadi sahabat dia walau mungkin itu bakal susah".

"Berarti...kita sama dong!"

Cindy menyerit lalu menatap Onna dengan bingung, "sama apanya?"

"Sama sama kejebak friendzone!"

Setelah itu Onna dan Cindy tertawa lepas. Merasa lucu dengan mereka yang bernasib sama dalam hal percintaan. Friendzone.

------------
Onna menghampiri Alex yang sedang duduk santai diatas kasurnya. Setelah pulang dari rumah Cindy tadi, Onna langsung bersiap. Ia ingin ke makam Mamahnya sekarang.

"Alex, gue mau ke makam Mamah. Temenin yuk!"

Alex menatap Onna yang sudah rapih dengan pakaiannya. Ia mengangguk lalu mengambil kunci motornya.

Onna dan Alex sudah sampai ditempat pemakaman umum. Mereka berjalan memasuki pemakaman yang tidak terlalu ramai. Sesampainya disamping nisan yang bertuliskan nama Chika.

Onna berjongkok diikuti Alex disampingnya.

"Maaf ya Mah, aku baru dateng lagi," Onna mengelus nisan berwarna hitam itu.

Alex tersenyum tipis melihat Onna yang antusias menceritakan kesehariannya. Ia mencabuti rumput liar yang tumbuh digundukan tanah. Setelah puas Onna bercerita, mereka mendoakan Chika.

"Ayo pulang," Alex berdiri lalu mengulurkan tangannya pada Onna yang masih jongkok.

Onna menggenggam tangan Alex lalu berdiri. Ia kembali menatap nisan itu.

"Assalamu'alaikum,Mah".

---------------

Hari senin.

Sungguh membosankan. Saat ini seluruh murid Jati Wuluh sedang mendengarkan amanat dari pembina upacara. Sudah lebih dari lima belas menit, tapi guru itu tidak juga menyelesaikan amanatnya. Entah apa yang ia bicarakan, Onna sudah sangat lelah sekarang.

"Aduh, jangan pingsan, jangan pingsan!" Onna mengipasi wajahnya yang penuh keringat. Ia sudah berkali-kali jongkok lalu berdiri lagi karena takut ketahuan.

"Na, lo pingsan dong biar gue bisa pergi dengan alasan nemenin lo".

Sialan!- umpat Onna dalam hati.

Sahabat macam apa Cindy menyuruh sahabatnya pingsan? Ck,ck.

"Lo aja sana".

Terdengar Cindy menghela napas lelah. Onna melirik barisan Alex, tidak ada Alex disana. Kemana lelaki itu?

"Cin, kok Alex gak ada ya?" Tanya Onna pada Cindy yang berdiri disampingnya.

"Lah, mana gue tahu," Cindy mengangkat kedua bahunya.

"Baik, Bapak kira cukup. Assalamu'alaikum," ucap Guru didepan.

"Wa'alaikumsalam!" Ucap seluruh murid serempak disambung helaan napas lega.

Saat sedang menyanyikan lagu nasional, Onna merasa pusing dan perutnya sakit. Ia menggenggam tangan Cindy membuat gadis disampingnya itu menoleh.

"Kenapa Na?" Cindy memegang kedua bahu Onna yang sudah lemas.

"Uks,Cin..."

Bruk

Cindy langsung teriak lalu mencoba mengangkat Onna dibantu dengan teman perempuannya yang lain.

----------------

Onna menerjapkan matanya pelan. Yang pertama kali dilihatnya adalah Alex.

"Na? Alhamdulillah akhirnya lo sadar juga. Lama banget lo pingsan, gue panik tahu gak!"

Onna tersenyum kecil, "kok lo tadi gak upacara?"

"Males. Pak Burhan mah kalo jadi pembina gak tahu diri,"

"Alex! Omongan lo".

"Kenapa? Bener kan. Udah tahu capek berdiri lama-lama. Dia malah ngasih amanat panjang kali lebar".

Onna hanya tertawa lalu melihat jam yang menggantung didinding.

"Hah?! Udah pengen istirahat?" Onna langsung terduduk karena kaget.

Alex juga melihat jam tersebut dan kembali menatap Onna.

"Iya, kenapa?"

Onna menatap Alex dengan mata melotot, "gue pingsan lama banget,ya?"

Alex mengusap wajah Onna membuat Onna memejamkan matanya.

"Gak usah melotot juga. Mata udah belo pake melotot segala".

"Alex!"

Alex tertawa kecil lalu merapikan rambut Onna yang berantakan. Onna menggigit bibir bawahnya karena jantungnya berdetak sangat kencang.

"Makan ,yuk," Alex menggenggam tangan Onna lalu mengajak Onna ke kantin.

Keadaan kantin masih sepi karena belum istirahat. Onna dan Alex duduk berhadapan. Saat mereka sedang menikmati mie ayam, Nana datang.

"Onna! Alex!" Nana berlari kecil menghampiri Onna dan Alex.

Onna tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya, sedangkan Alex hanya tersenyum kecil. Nana duduk disamping Onna.

"Lo kok udah keluar kelas?" Tanya Onna.

"Kelas aku lagi ulangan harian, jadi yang udah selesai boleh keluar".

Onna hanya mengangguk lalu menawarkan makan namun Nana menolaknya, ia membawa bekal dari rumah.

"Onna mau?" Tanya Nana sambil memperlihatkan isi kotak makannya.

"Enggak, makasih".

"Alex mau?"

Alex sedikit memperhatikan isi kotak makan itu lalu mengambil satu sosis goreng.

"Mau ini, boleh?"

Nana mengangguk membuat Alex langsung memakan sosisnya. Setelah itu, bel tanda istirahat berbunyi.

-----------------

Teman Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang