SATU

10.5K 670 67
                                    

Sorry for typo's

Happy reading

🌸🌸

"Biarlah air menenggelamkan lukaku, biarlah angin mempiaskan lelahku dan biarlah api yang membakar amarahku"

🌸🌸

¤¤¤


Kesucian kasih Tuhan adalah hal utama yang selalu para hambanya agungkan. Tetapi ketahuilah, banyak yang tak terima ketika kasih itu berubah menjadi murka. Meskipun jelas alasan penyebabnya adalah dosa dosa yang tak lagi semestinya.

Kokoh berdiri sebuah mansion bak kastil para Raja ternama, mansion yang dimiliki seorang Nyonya berhati lembut bak sutra. Keagungan nama yang ia miliki hampir setara dengan para penguasa dunia.

Hidupnya terlalu sempurna jika diukur dengan penilaian kasap mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidupnya terlalu sempurna jika diukur dengan penilaian kasap mata.

Pada salah satu ruangan mansion megah itu nampak punggung tegap pria berjas maroon yang berdiri menghadap jendela ruangan khusus miliknya. Sebuah cerutu bertengger pada kedua bibir tebal merah kehitamannya.

Tatanan rambut hitamnya begitu rapi disisir kebelakang dengan gaya rambut semi slick back.

"Semuanya akan segera kutangani, kau tidak perlu terlalu memikirkan semuanya. Kau hanya perlu duduk manis diatas kursi kebesaranmu dengan ditemani semua wine favorimu." suara berat itu terdengar begitu sexy, tersirat ketegasan pada setiap kata yang terlontar dari pita suaranya. "Mom, kau sudah terlalu banyak melakukan segalanya sendiri, ini sudah tiba waktunya aku yang bertindak."

Dibalik tubuhnya terduduk wanita yang ia panggil dengan sebutan Mom, wanita yang masih terlihat cukup muda untuk usia setengah abadnya. "Zang.. Aku tak pernah meragukan semua kinerjamu, tetapi aku hanya masih ingin berkutat pada semua hasil yang telah aku perjuangkan puluhan tahun ini."

Pria berjas tadi melempar cerutunya kadalam kotak sampah disamping jendela. Ia berbalik kearah ibunya, menampilkan paras rupawannya. Aksen wajah Tiongkok begitu nampak dalam sekali tatap. "Aku belum menemui adik tercintaku hari ini, apa kau sudah menemuinya?"

Sang ibu menarik tipis kedua ujung bibirnya, "Sudah, tadi aku yang mengantarkan makan siangnya, jika kau ingin menemuinya bawakan obat karena ini waktunya untuk minum obat."

Pria yang dipanggil dengan Zang oleh ibunya itu lantas berjalan meninggalkan ruangan yang hanya terdapat sang ibu.

¤¤¤

HIDDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang