Sorry for typo's
Happy reading..
🌸🌸🌸
"Jika hidup tak pernah mau menciptakan bahagiaku, lalu mengapa hidup tak lebih memilih menciptakan matiku dari pada harus melulu mencipta perihku, dan terus menerus mendengar rintihku."
🌸🌸🌸
¤¤¤
Gerak gerik, tunduk tanduk orang orang yang duduk mengelilingi meja makan besar itu menampakan betapa tinggi pelajaran etika yang mereka miliki. Manusia dengan kedudukan beserta nama besar memanglah sudah sepatutnya berlaku demikian.Percakapan dengan candaan seperlunya terdengar hangat tanpa menimbulkan kecongkakan ego tersendiri. Perpaduan suara garpu, sendok serta sumpit berdenting merdu beradu dengan piring.
"Aku tak pernah menyangka jika aku yang bukan siapa siapa ini, dikagumi selebriti dengan nama tersohor sepertimu. Bahkan kurasa keponakanku akan merasa iri jika tahu Aunty nya ini dikagumi oleh artis idolanya." Song Yoon Ah berbiacara dengan aksen ramah keibuan, wajahnya nampak lembut bersama senyum anggunnya.
"Mungkin jika ada waktu aku bisa menemui keponakan Madam untuk sedikit menyenangkan hatinya, atau mungkin aku bisa anda jodohkan dengannya." candaan Sehun menciptakan kekehan dari Song Yoon Ah dan putranya.
"Sepupuku itu masih anak anak, dia gadis kecil berumur sepuluh tahun." Kini giliran Yixing mencoba menciptakan obrolan agar semakin menghangat. "Tapi kurasa ia tak akan menolak meski usiamu jauh diatasnya, karna dia bahkan begitu mengidolakanmu."
Chanyeol yang sedari tadi hanya menyimak dengan sesekali ikut tertawa mencoba berbaur, "Tapi jika itu terjadi, akan sangat menyedihkan nasib gadis kecil itu karena mendapatkan seorang kakek tua bangka."
Ejekan itu menciptakan tawa semua orang kecuali Sehun yang mendelik tajam kearah Manager mulut besarnya itu.
"Maaf aku harus meninggalkan kalian untuk menelvon seseorang, jadi tetap lanjutkan santap malamnya bersama ibuku. Permisi." Yixing pamit undur diri untuk masalah pekerjaan, ia sebenarnya bukan tak tahu sopan santun. Tetapi ia sudah terlanjur memiliki janji untuk membicarakan beberapa pekerjaan dengan para client nya.
Suasana makan malam kembali tenang dengan sesekali mereka bercakap singkat.
¤¤¤
Tak banyak yang tahu kesakitan macam apa yang dirasakan Yoona, ia memang tak memiliki penyakit keras yang mengancam nyawanya. Namun sesungguhnya kesakitan yang ia rasakan ini jauh lebih mendalan dari penyakit penyakit keras itu.
Hati, fikiran, jiwa beserta raganya sama hancur bersama segala sesuatunya, tanpa pernah ada yang tahu langsung dari ucapan lisannya. Diam, menangis, berteriak, dan mengigau adalah cara terbaik untuk menyampaikan semua.
Disaat ia sendiri saja tak mampu memegang kendali atas tubuh beserta fikirannya, bagaimana mungkin ia dapat mengatasi segalannya.
Ia sudah begitu lelah berangsur melemah, semuanya terasa semakin menyiksa menciptakan dengungan yang memekikan telinga hingga ia merasa hendak meledakan seisi kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN
FanficBukan kehidupan seperti ini yang aku inginkan, bukan pula cara seperti ini yang aku perlukan. Tetapi hanya bebas, bebas dan bebas yang aku butuhkan. -Im Yoona Sekelam kelamnya jiwaku, tetap masih tersisa setitik cahaya terang dalam hatiku. Cahaya ya...