Terimakasih, Virda!

242 16 4
                                    

Virda: La, untuk pertanyaan kamu 4 hari yang lalu, aku mau. :)

Ila: Haah? Kamu yakin vir?

Virda: Kenapa tidak la. :)

  Kalimat itu, aku menghela nafas. Tersenyum. Menurut. Rasanya sudah lama tak segembira ini. Ya, 4 hari lalu aku bicara perihal perasaan ku pada Virda. Mungkin momennya tepat, sereda hujan, aku berdiri di depan batas pagar tempat makan lantai 3 itu. Virda menghampiri, berdiri tepat di samping pundak ku yang lama tak tersandar. Kami menatap langit, seraya bergurau.

"padahal habis hujan, tapi langit tetap memperlihatkan bintang nya, la" menarik nafas dalam, sambil meletakan kepalanya di bahuku.

Lagi, aku menghela nafas. Tersenyum. Menurut.

"bukan kah langit selalu seperti itu vir?" aku menatapnya.

Kami saling memandang begitu dalam. Terlihat tak ada kekosongan sedikit pun di matanya. Kembali, menatap langit.

"Aku senang seperti ini vir, kamu mau jadi hal menyenangkan yang aku senangi setiap hari?" Aku memegang tangannya, virda diam sejenak.

"beri aku waktu la" jawab virda, seraya meng erat kan genggamanku.

Genggaman erat itu, sama seperti genggaman ibu. Menenangkan, menyenangkan.

***

1 Januari 2015

  Untuk pertama kalinya aku mendatangi Virda dalam peran yang berbeda. Sebagai sebagian kepingan hatinya, tak sabar aku menemui nya.

"hai lama nunggu ya. Maaf"

"gapapa la, yuk. Katanya mau ajak aku ke suatu tempat"

Virda tidak terlihat canggung, aku lupa dia adalah seorang periang. Bersikap baik mungkin ke semua orang, ah aku tidak memikirkan hal Serumit itu. Yang terpenting aku bersamanya.

Oh ya, aku lupa cerita, virda bekerja di sebuah mall di Garut. Hari libur nya kamis dan Sabtu. Tak heran, jika hari ini virda bisa menemaniku mengisi beberapa ingatan seharian.

Aku membawanya ke sebuah villa, tempat aku dan teman-teman biasa berkumpul. Siapa tau, dia senang suasana tenang. Villa itu memang jauh dari hirup pikuk perkotaan Garut yang semakin kesini semakin padat.


Sesampainya, aku dan Virda beristirahat di teras Villa. Pikirku yang mengatakan kalau dia akan langsung akrab dengan teman-teman ku itu, ternyata salah besar. Virda yang periang itu berubah, menjadi pemalu sekaligus pendiam. Dia jadi tak banyak bicara, mungkin karena pertama kalinya.

Villa yang sederhana ini memang menjadi tempat favorit ku. Balcon nya yang cukup luas, 2 sofa yang langsung menghadap ke redup nya senja, bila sore ingin beranjak.

Kamis ini begitu spesial. Aku menikmati senja bersama teman dan dia.

Betapa waktu cepat berlalu. Rasanya baru saja dia terlelap di pundak ku, dengan kedua tangan saling menggenggam.

Apakah senja membius?

Ayolaah, aku mohon biarkan dia terlelap lebih lama di pundak ku. Biarkan rambut poni nya aku elus lebih lembut, teramat lambat.

Aku menyukai suasana ini, selalu menyukainya.

***

17.280 Jam silamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang