Waktu Selalu Berbaik Hati Menyembuhkan

99 5 2
                                    


720 jam berlalu.

Hari-hari setelah Patah hati. Masa dimana perasaan dan pikiran selalu bertengkar hebat. Waktu sesingkat itu terlalu angkuh, untuk memberikan luka sedalam ini. Selamat atas kemenanganmu. Lain kali, jangan terlalu memberi harap kepada orang yang mudah menyayangi seperti aku ini. Mengertilah, tidak selamanya kamu bisa menyembuhkan luka secepat seperti saat ini.

Setidaknya aku akan berpikir dua kali untuk jatuh cinta selanjutnya. Bagaimana tidak, untuk menutupi luka ini saja, aku telah menjadi pembohong paling handal. Mungkin aku akan mempersiapkan penyembuhan terlebih dahulu. Sebelum saat jatuh cinta nanti, berjuta luka telah menungguku di depan pintu.

Terlalu bahagia, adalah salasatunya. Hingga aku lupa bagaimana menghadapi luka. Sebelumnya, aku kira bahwa bersamamu, luka tidak akan pernah bisa singgah. Salah! Luka dengan leluasa singgah. Dan yang membuka pintunya adalah kamu.

Terimakasih.

Waktu memang selalu berbaik hati. Mengembalikan semuanya seperti semula. Tak terkecuali perasaanku. Namamu mulai redup, meski kenangan nya tidak bisa aku padamkan. Cara berifikirku mulai rasional. Tidak lagi buta. Maaf jika dulu aku teramat sulit melepaskanmu. Genggaman waktu itu terlalu erat. Membelenggu semua rindu yang tidak tahu akan kemana jika kamu tidak ada.

Pergilah, sekarang aku merelakanmu. Semoga kita selalu menjadi teman baik, bercerita tentang masa-masa kita dulu. Aku tidak akan memintamu kembali. Lagu yang sama akan menimbulkan bunyi yang sama, meski kita putar beratus-ratus kali. Setidaknya jika aku harus kembali patah hati, itu bukan karenamu lagi. Melainkan karena diriku sendiri.

Tidak baik berlarut dalam kesedihan. Terlalu memanjakan kenangan sama halnya dengan mendengarkan lagu yang tidak aku sukai secara berulang kali. Aku tidak akan mengunci diriku sendiri dalam nostalgia, melihat kebelakang, pada ingatan kita yang kini telah berbeda.

Banyak pembelajaran darimu. Tentang apa yang diyakini membahagiakan terkadang justru menjadi hal paling menyakitkan. Hal yang aku anggap mentari ternyata tak lebih dari sebuah belati yang aku asah dengan tajam untuk melukai diriku sendiri. Ampuni aku jiwaku.

17.280 Jam silamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang