14.400 jam
Maaf jika senyumku kali ini seringkali tersembunyi di balik mata yang berkaca-kaca. Diammu itu begitu menimbulkan suara langkah-langkah kepergian di telingaku. Sedikit demi sedikit jejak kenangan itu kamu hapus. Menjerumuskan cinta pada siklus yang seharusnya. Berawal bahagia dan tidak selalu berakhir seperti apa yang kita inginkan.
Segalanya terjadi tak terduga- duga. Yang pasti, diammu itu adalah kata-kata menuju ketiadaan. Jika itu terjadi, tolong pikirkan lagi dengan sangat hati-hati. Tentang kerasnya keegoisanku yang sama sekali tidak menginginkan kamu pergi. Aku akan tetap disini, kembali ke belekang. Menikmati apa yang sanggup aku nikmati.
Mungkin suatu saat, apabila sepotong bagian dirimu mulai merasa bosan dan kesepian, jemputlah setiap kenangan yang tersamarkan deras hujan itu. Meskipun itu hanya sebuah peluk kebohongan lagi, setidaknya itu dapat mengusir sepimu. Jangan merintih atas keterbatasan kita menerjemahkan cinta, sesalilah hati yang tidak bisa kita ajak berdamai. Karena sejatinya, raga kita berdua tidak ingin tercerai berai, namun begitu berbalik dengan hati masing-masing.
17.280 jam
Begitu lemahnya harap ini berbisik, hingga kamu tidak mampu mendengarnya. Harap ini lebih lembut dari kapas yang di balut sutra. Lebih halus dari jemari orang yang sangat kamu rindukan selain aku. Harap yang hanya bisa kamu terjemahkan dengan nuranimu sendiri. Namun hal apakah yang telah merenggut nuranimu itu, sampai kamu yang dulu bisa menerjemahkan semua harap itu hanya dengan menatap mataku, kini tidak ada lagi.
Sampai saat aku melepaskanmu, semoga kamu akan kembali dengan cara yang mengagumkan. Aku menunggu takdir hebat untuk kita berdua bila mana itu terjadi. Semua orang selalu diberikan kesempatan untuk kembali. Sampai maut menjemput, sampai semuanya benar-benar terlambat. Setiap hati berhak mendapat penjelasan atas apa yang meninggalkannya.
Meski kamu sudah memutuskan untuk menjauh, aku tidak akan memulai sebuah cerita baru. Hatiku masih terlalu yakin, bahwa kamu adalah seorang yang benar-benar aku tunggu. Meski itu semua menyakitkan atau sesulit apapun hal yang harus dilalui, kamu akan bersamaku kelak. Perasaan adalah persaan, meski setitik. Dan mencintai adalah mencintai, meski jika saat kamu kembali rasa itu sudah mulai mengecil. Maka sambut saja dengan tatap mata itu. Besarkan kembali cintaku, tumbuhkan kembali percayaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
17.280 Jam silam
Non-Fiction#1 non-fiksi (03-11-2017) Dua orang itu kini berusaha saling melupakan dengan jalannya masing-masing. Bagaimana rasanya? Kita yang dulu begitu benar-benar saling mengejar, kini silih berlari ke arah yang berlawanan. Tidak ada yang salah. Karena dari...