8.640 jam
Tidakkah kamu berpikir tentang pertemuan pertama kita? Saat semuanya masih begitu asing. Aku tidak mengenalmu pun kamu tidak mengenalku. Mungkinkah karena setiap hari kita bekerja bersama menjadi alasan paling kuat cinta itu datang? Selintas selalu terpikir hal-hal konyol yang aku lakukan padamu. Kamu bilang, saat pertama melihatku aku adalah orang yang kejam. Tapi bukankah semua pendapatmu itu sangat terbalik dengan kenyataannya sekarang? Aku telah begitu lembut mencintaimu.
Tidak ada yang memerintahkan hatiku untuk terus membahagiakanmu. Tidak sama sekali. Bahkan sampai saat ini aku masih berharap kamu menyimpan baik-baik boneka pemberianku sebagai hadiah ulang tahun itu. Terkadang aku menutup mataku dan terjatuh dalam semua pikiran tentangmu. "aku sungguh berterimakasih karena telah memilikimu, menyaksikan tawa dan bahagia yang nyata. Kamu yang hanya mendengar perkataanku dalam hening, ternyata mengetahui semua isi hatiku" aku hanya ingin melindungi tawamu sampai kapanpun. Karena itu adalah satu-satunya hal yang pertama aku dapatkan darimu.
Aku punya satu hati, dan jutaan kamu didalamnya. Tidak ada celah untuk orang lain. Semuanya telah penuh sesak atas kenangmu. Jutaan helai rambutku senantiasa menjadi saksi betapa halus usapanmu. Saat-saat kita sangat sering tertawa. Tidak perduli kita mempertawakan apa, bahkan kehidupan sekalipun. Cukup saat kita tertawa, semua lelah itu enyah. Semakin merasa bersalah jika sewaktu-waktu kamu meneteskan air mata. Maaf jika itu terjadi.
Aku sangat mencintaimu. Tapi nampaknya kata-kata itu terlalu lumrah dan biasa saja. Semua orang bisa untuk mengatakannya, bahkan seorang anak kecil yang sedang jatuh cinta. Tapi apakah memang ada kata yang bisa mengungkapkan hati seorang yang terlalu berbunga-bunga? Semua itu hanya kata-kata manusia. Yang jelas cinta adalah perbuatan. Bukan kata-kata indah dan rayuan, semua itu omong kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
17.280 Jam silam
Não Ficção#1 non-fiksi (03-11-2017) Dua orang itu kini berusaha saling melupakan dengan jalannya masing-masing. Bagaimana rasanya? Kita yang dulu begitu benar-benar saling mengejar, kini silih berlari ke arah yang berlawanan. Tidak ada yang salah. Karena dari...