12.960 jam
Kita; dua orang penyuka hujan yang saling berpeluk erat dalam harapan, sayangnya saat hujan reda ternyata pelangi kita telah berbeda. Hujan yang deras itu telah membuat kita terenyuh dalam mimpi diluar alam sadar. Derasnya rintik itu begitu pintar menyembunyikan bahwa pelukanmu itu hanyalah hadiah selamat tinggal. Lantas kenapa aku begitu menikmatinya, jika setelah ini tidak akan ada lagi pelukan-pelukan nyata untukku.
Akankah aku tetap menjadi teduhmu? Menjadi penghangat yang selalu pertama kali dicari saat tubuhmu basah kuyup karena berjuta rintik rindu? Atau aku hanya akan melebur bersama jutaan rintih daun yang terhempas rintik hujan, merelakan tubuhnya dihujani begitu banyak kenangan. Melihat semua harapan yang bulat dari atas, lalu hancur didepan mata. Seperti bentuk hujan yang hancur menerpa daun.
Aku dan hujan memang sama. Sama-sama pengecut. Harus bergerombol, memangil hujan lainya. Hanya untuk mengumpulkan rintik-rintik keberanian dan mengatakan, bahwa aku tidak ingin kehilanganmu. Setidaknya dalam pelukan selamat tinggal itu, kamu tau ada rindu yang aku titipkan dalam bulir hujan di kaca jendela kamarku. Sayangnya jendela itu terhalang embun. Menyamarkan betapa aku menikmati peluk kebohongan itu. Perasaan itu berlarian dalam hujan, menuju satu hal yang tak lagi genap. Kamu, rindu paling deras.
Sepertinya kepergianmu akan datang tiba-tiba. Serupa hujan yang terbawa angin. Dimana aku harus bermain dengan imajinasiku sendiri, membukakan payung keihklasan. Membiarkan kenangan menghujamnya, terseret dalam duniamu. Setiap hujan mempunyai pelangi, tapi sayangnya sebentar lagi pelangiku bukan lagi kamu.
Kau tahu? Pohon-pohon yang selepas di dera hujan derasitu akan menimbulkan air yang berjatuhan seperti bulir. Begitupun kenangan yangsedang kita buat ini, lalu kepada siapa nanti aku harus mengadu tentanghangatnya peluk kebohonganmu, selain pada kenangan. Mungkin selembar catatantentangmu juga, namun hujan deras itu enggan mendengar rayuan. Yang aku katakanhanya terdengar seperti gumam. Maka dekatkan saja hatimu, agar semuanya lebihterasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
17.280 Jam silam
Sachbücher#1 non-fiksi (03-11-2017) Dua orang itu kini berusaha saling melupakan dengan jalannya masing-masing. Bagaimana rasanya? Kita yang dulu begitu benar-benar saling mengejar, kini silih berlari ke arah yang berlawanan. Tidak ada yang salah. Karena dari...