6.480 jam
Mencintai sewajarnya adalah omong kosong. Jika seseorang bisa mencintai sewajarnya, lalu kenapa banyak dari orang tersebut merasakan luka? Itu semua berawal dari cinta yang wajar, lalu berubah menjadi besar. Jika khawatir dan takut kehilangan mulai bisa kamu rasakan, apakah itu cinta yang sewajarnya? Menelisik setiap gerak geriknya. Selalu ingin tahu dia dimana dan sedang apa. Apakah itu cinta sewajarnya? Tidak! Itu bukan cinta sewajarnya, itu adalah cinta yang benar-benar cinta.
Sebab saat kamu mulai berani untuk menyimpan sebuah nama dalam keseharianmu, bersiaplah untuk mengenal hal-hal baru dari orang tersebut. Tidak perduli tentang hal-hal yang tidak baik dari orang tersebut. Semuanya kamu enyahkan, karena kamu mencintainya.
Ketahuilah, aku mencintaimu bukan dengan cara yang sewajarnya. Rasa ingin tauku begitu besar. Tentang kenapa kamu mencintaiku dan kenapa aku memilihmu. Mencari setiap kebetulan-kebetulan tuhan yang mengagumkan, perihal cara-Nya mempertemukan.
Jika kamu tau, aku terjebak oleh hatiku sendiri. Meracuni pikiranku dengan hal-hal baik tentangmu. Membenenarkan setiap kejadian yang terhubung denganmu adalah suatu ketentuan yang harus aku jalani. Sehebat apapun aku yang berhasil melewati masa sulit itu, adalah lebih hebat kamu yang senantiasa meyakinkan rasa yang rapuh ini.
Aku harap ini adalah sejati. Sebab saat kita saling bertatap mata untuk pertama kalinya, bias-bias sinar kebahagian begitu jelas dimatamu. Memegang dengan kuat keraguan. Ada cahaya yang menggetarkan asa. Jika benar hanya orang-orang beruntung yang dapat melihatnya, maka aku ucapkan banyak terimaksih. Karena kamu membuat aku merasakannya. Kamu membuat aku menjadi orang yang beruntung.
Setiap makhluk berhak atas satu harapan. Dan aku salahsatunya. Apakah harapmu juga sama ? menginginkan aku yang selalu menggetarkan jantungmu. Menenggelamkan sedih saat dengan halus kamu memnaggil namaku. Selama kita yakin telah melalukan semuanya dengan sangat baik. Selalu belajar dari kesalahan, dan tidak menutup hati dari nasehat-nasehat hati sendiri. Maka kebahagiaan bukan suatu yang sulit didapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
17.280 Jam silam
Non-Fiction#1 non-fiksi (03-11-2017) Dua orang itu kini berusaha saling melupakan dengan jalannya masing-masing. Bagaimana rasanya? Kita yang dulu begitu benar-benar saling mengejar, kini silih berlari ke arah yang berlawanan. Tidak ada yang salah. Karena dari...