Chapter 9

3.6K 425 14
                                    

Pagi sudah berisik, pipi cireng kagak pulang, karena tidak jadi di jemput. Kemarin mbak Citra telpon, katanya titip si Tita dulu. Pak Danu lagi ada kepentingan, aku tidak tau hal penting apa. Jadi aku iyahkan saja. Untung hari ini libur. Maka aku tidak perlu ke kantor sambil gandeng tangan bocah pipi itu. Arka dan Ayah, uh bahagia banget ada si Tita. Mereka udah lama nggak ketemu. Makanya mungkin rindu. Tita emang dulu sering ikut aku kerumah, tapi nggak sampe nginep. Malamnya pasti di jemput mbak Citra. Pak Danu selalu di dalam mobil kagak pernah masuk ke rumah. Mungkin bosen dia ketemu sekertarisnya ini. Hah sudah cukup menceritakan pipi cireng itu, aku memejamkan mata lagi dengan masih ngantuk.

"Tante De !!!! Bangun bangun bangun!!" Astagfirullah baru saja mata ini akan menuju mimpi, sudah terganggu suara wajah berpipi. Duh ini pasti si kutu gajah nih yang nyuruh. Ku benamkan wajah kedalam kasur, dan menutup kepala dengan bantal. Sedangkan suara ketawa dari arah pintu sudah membuat rasa jengkel membara. Tita asik meloncat-loncat di kasur dengan teriakan yang mirip toa.

"Ayok tante De bangun ayok. Kata kakek udah siang." Terserah dia mau teriak gimanapun, aku tidak akan bangun titik. Enak saja hari liburku di ganggu dia. Oh tidak bisa. Tapi makin lama teriakan Tita makin bikin kesal.

"Tita." Dia berhenti meloncat lalu duduk dan melihatku. "Di lapangan ada jajanan cireng loh. Sono minta om Aka anterin," rayuan maut ala Adellia. Hohoho bangga nih aku bisa luluhin bocah.

"Bohong." Dia kedap-kedip dan melihat si kutu gajah. Ah di racunin nih sama dia, aku melancarkan rayuan lagi. "Tapi aku mau cireng." Lanjutnya yang sudah peluk-peluk guling, heh ? Dasar bocah. Baru saja bilang aku bohong.

"Iyah sana ajak om Aka. Banyak tau dilapangan."

"Oke." Dia turun dari kasurku, lalu aku ikuti arah jalan dia. Dan bagus, di sana Arka lagi pura-pura main handphone. Hoho kakakmu di lawan kisanak.

"Om ayo,"

"Kemana ?"

"Di lapangan ada cireng. Aku nggak ada duit, jadi ayok sama om." Ingin ku tertawa kencang. Bukan karena soal ajakan Tita yang nggak punya duit. Aku yakin Tita minta tas chanel pun Arka bakal nurutin, karena dia royal. Tapi dia paling sulit jika main di sekitar perumahan sini. Kata dia suka malu di godain ibu-ibu. "Ayok om !!!" Arka berdecak dan akhirnya pada keluar tuh manusia. Lanjutkan tidur lalu nanti bangun langsung makan dan ---.main-main dikit lah sama anak RT sebelah, siapa tau ada yang terang.

"Bu. Arka belom pulang ?" Ibu menoleh yang lagi asik nonton acara berita. Ini yang aku suka, ibu lebih milih nonton acara berita dan tidak terpengaruh sinetron. Bangga kagak ? Yoi bangga dong.

"Belom, coba susul sana !! Kasian dia nurutin Tita pasti nggak nyaman. Apalagi hari libur di lapangan banyak yang olahraga." Setuju sama ucapan Ibu. Arka tipikal tidak suka keramaian. Harus aku susul nih adik kesayangan, enak aja nanti di ganggu cabe pasar. Kagak ridho aing.

"Adell, susul Aka ya, Bu."

"Iyah. Lagian takutnya Tita mau di jemput lagi."

"Iyah ibu laksanakan perintahmu !!"

"Kamu ini suka banget ladenin ucapan ibu." Aku hanya tertawa dan salim ke ibu. Kutinggalkan saja istrinya pak Teguh itu, biarin lah sendirian. Nanti juga Ayah pulang kok. Di jalan banyak banget yang nyapa, huhu berasa artis kalau gini. Maklum aku kan orang yang terkenal di daerah sini, karena ibu yang suka arisan atau mungkin ikutan kredit perabotan sist.

Aku ke lapangan dan --- waw biasa aja sih. Karena udah terbiasa rame gini, jadi ya menurutku biasa. Mungkin kalau di kota ini taman, tapi menurut kami satu wilayah sini, ini tuh lapangan. Lihat saja banyak yang berjualan. Nah tuh sosok adiku tersayang lagi berdiri. Kulirik tatapan Arka, bagus di sana pipi cireng asik makan gulali. Kuhampiri dan kutepuk pundaknya, dia menoleh dan menghembuskan nafas jengkel. Duh Arka baru nemenin si Tita, belom juga anaknya.

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang