Chapter 35

3.4K 542 195
                                    

Alam kali ini apalagi ?.

Setelah dua hari tidak masuk kerja, akhirnya masuk. Sialan. Aku tidak masuk hanya karena sakit kepala doang. Ibu lebay sumpah. Aku sih bisa aja.

"Nanti pulang jam berapa ? Gue jemput." Dan pada akhirnya aku sekarang ikut si kutu. Mobilku di pake Ayah buat ke Tanggerang mau jenguk nenek, nenek yang amat sinis sama aku. Mungkin karena faktor aku anak Ayah Alif yang tidak mereka sukai.

"Jam lima sore kayaknya."

"Oh, oke. Jam enam gue nyampe sini."

"Ya udah. Hati-hati ya," aku memeluknya dengan erat, sengaja !!.

"Pengap ya Allah !!!!" Dia histeris yang aku tanggapi dengan tertawa keras." Lo tuh ya. Udah sepupu ngelunjak lagi."

Kumat ini onta. Kalau udah masalah berantem pasti anggap aing sepupu. Kampret. Kupukul saja lengannya.

"Oh lo udah nggak mau ya punya kakak kayak gue ?" Aku melepaskan sabuk pengaman. "Gue tidur di rumah Tita nih."

"Ya jangan dong kak," ala-ala rayuan najis si kutu. Geli lihatnya.

"Udah awas ."

"Iyah elah."

"Gue masuk," dia mengangguk. "Jangan ngebut."

"Iyah kak, gue ngeri kalau lo udah berperan kakak."

Rese kan ? Emang. Dimana-mana senang pas ada peran sosok kakak. Lah dia ? Malah nggak mau. Katanya kalau aku berperan jadi kakak, aku galak kayak Ibu.

"Rese lo tutup kecap."

"Bodo. Dah sana masuk, bosen tau lihat kakak mulu."

"Iyah," dia salim padaku, meski ni kutu badebah, tapi sopan. "Salam sama Yasmine ya, Ar."

"Yasmine udah punya pacar. Nggak usah salam-salaman." Jawabnya dengan ketus. Wah mampus. Kayaknya ada yang kepanasan.

"Lalu lo cemburu ? Ciyyee patah hati."

"Ngapain cemburu ? Biasa aja tuh." Jawabnya songong. Dia tuh hidup bareng aku, makan nasi sama-sama buatan Ibu. Kok dia lebih songong ?.

"Lah ? Lo nggak cemburu Ar ? Serius ?"

"Nggak. Kan pacarnya Yasmine, gue. Ngapain cemburu ?" Rupanya dia masih sombong yamg langsung aku geplak.

"Pea emang lo." Arka tertawa terbahak. Aku tinggalkan saja bodoamat.

Memasuki perusahan dengan keadaan baru. Fresh dan elegan.

"Pagi Mbak," sapaan yang aku tau ini pasti dua kurcaci, tau kan maksudnya. Si Arin dan Lia lagi cengengesan. Mau aku samperin, tapi ada sosok yang sudah mematahkan sebelum berjuang.

Kami sudah selesai.

Semuanya terasa asing.

Dia senyum. Aku tidak memperhatikan senyuman dia. Kulangkah kaki ke arah resepsionis, dengan menatap kesal aku cibir mereka.

"Pagi juga Rin, eh ada Lia. Gimana lamaran ? Lancar kan ?" Lia senyum cem taik ayam. So malu dia.

"Lancar Mbak," jawabnya dengan salah tingkah. Sedangkan aku tertawa.

"Jangan lupa undang. Ya udah saya masuk ya, kasian pada rindu." Terbahak mereka.

Please aku tidak mau lihat dia.

Udah cukup aku menjadi bodoh.

"Mas Oka nggak di ajak nih," ini bukan pertanyaan, tapi godaan setan. Aku jadi salah tingkah.

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang