Chapter 32

3.2K 492 128
                                    

Semuanya duduk siap mendengar cerita dari versi sisi pak Danu. Dia kakak tiriku, manggilnya apa ? Bos ? Bapak ? Atau --- Mas sesialan gitu ??. Mati aing !!!.

"Mas." Bos Danu melihat ke arah Oka, seolah Oka memberi semangat. "Papa tau ?"

Kemudian bos brengsek badebah ini menggeleng. Papa ? Maksudnya Oka anak dari istri yang muda ? Lalu kakak perempuan si Oka, anak siapa ? Masa anak yang tua ? Bapaknya si Oka doyan nikah dong. Ah pusing.

Pak Danu siap memulai cerita.

"Bunda itu panggilan saya untuk sosok wanita yang sudah melahirkan saya. Beliau perempuan sederhana yang bekerja di sebuah mall. Hanya pelayan restoran. Bertemu dengan sosok lelaki yang kemudian mereka saling mencintai. Mereka menikah, lalu hadirlah saya." Ada rasa luka di dalam cerita ini. Aku hanya diam untuk menjadi pendengar.

"Bunda nggak tau kalau --- ternyata Papa sudah beristri. Saat Bunda tau, dia meminta cerai. Lalu semuanya berubah begitu saja. Bahkan saya tidak tau sosok Ayah. Kami berdua hidup di salah satu kontrakan di Tanggerang. Bunda bilang saya punya Ayah. Tapi suatu saat saya pasti ketemu. Tahun demi tahun kami lewati berdua. Saat umurku 5 tahun ada sosok lelaki yang bersebelahan di kontrakan. Dia sendiri, tapi punya anak perempuan, yaitu kamu Adellia."

Aku menunduk untuk menahan segala luka, kupikir aku ini anak yang tidak penuh drama. Aku ternyata tidak lebih dari anak yang seolah tidak di inginkan.

"Dia kerepotan karena saat itu bayi yang masih berumur 2 bulan. Karena Bunda merasa tidak tega, Bunda bantu sosok lelaki itu. Pada saat bayi itu berumur 5 bulan, bunda menikah dengan pria yang Ayah bayi itu. Namanya Alif, dari situlah dia yang kupanggil ayah. Bahkan dalam tekad aku tidak akan mencari sosok siapa Ayahku. Bagiku sudah ada sosok Ayah yang tulus."

"Kami hidup berempat, di mana Ayah mencari nafkah. Ibu yang jagain kami berdua, pernikahan mereka hanya di hadiri om Teguh yang tak lain adik Ayah,"

Tangisan aku pecah, Oka memelukku dengan erat. Dia memenangkan aku seolah ini adalah saaatnya aku tau siapa diriku.

"Tolong lanjutkan pak," Ayah mengusap bahuku, sedangkan Ibu, aku tidak tau dengan tangisannya yang sudah mereda.

"Om Teguh itu adik Ayah." Aku negak tubuh, menoleh ke ayah. Dia mengangguk dan semakin membuat aku menangis kembali. "Om Teguh yang selama ini bantu Ayah."

"Jadi ini jawaban selama beberapa tahun, di mana keluarga Ayah tidak suka sama aku ?" Kulihat Ibu kembali menangis, tapi dia menangis tidak sehisteris aku.

"Ayah kamu pernah menikah sebelum ketemu Adellia. Adellia itu ibunya nak Danu," jawab Ayah yang kini memelukku.

Aku bukan sodara kandung sama bos sesialan ? Lalu di mana Ibu aku yang sudah menelantarkan aku dengan Ayah Alif ?

"Pak Danu tolong lanjutkan," mohonku pada bos yang tak lain kakakku sendiri.

" Kita hidup bahagia. Bahkan yang tadinya nama saya Kalef Kamandanu di ganti Ayah. Kamandanu Alif. Panggilannya Danu. Sedangkan nama awal kamu memakai nama Bunda. Adellia Naresha, itu Ayah yang mau. Ayah adalah idolaku, saat kamu umur 2 tahun, Ibu punya toko perabotan di pasar. Itu Ayah yang mewujudkan, Ayah bilang biar ada kegiatan. Tapi ternyata semuanya berakhir."

"Berakhir ?" Aku tidak paham kata berakhir ini.

"Saat pagi Ayah memeluk kita bertiga, dia di beri kepercayaan oleh atasannya. Ayah harus keluar kota karena kerjaan. Pada siang hari saat saya pulang sekolah toko itu sudah di makan api. Saya tidak tau mengapa api merambat begitu cepat. Dan pada saat itulah kamu sedang di titipkan di kontrakan om Teguh. Hanya dialah keluarga Ayah yang mau menerima kita."

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang