Chapter 25

3.4K 499 151
                                    

Aku hanya diam berdiri tanpa ada keinginan untuk menjawab pertanyaan bos sesialan. Bahkan pak Radit juga ikut bertanya ada apa dengan aku ?. Aku diam tidak ingin menjawab. Pikiranku, kerja di gaji lalu pulang. Semua kelar.

"Tolong Profesional, kalau kamu ada masalah jangan di bawa ke kerjaan. Saya tidak suka dengan sikap kamu."

"Sikap saya ? Sikap saya yang mana ? Kurang profesional ? Kalau kurang profesional kenapa nggak langsung kasih surat resign ?"

Aku hanya diam memikirkan semua kedepannya, sudah cukup aku tidak mau lagi berurusan dengan mereka. Nyatanya aku hanya di manfaatkan.

"Dell." Pak Radit menatapku dengan senyuman. "Kamu ada masalah ? Tolong masalahnya simpan dulu, kerjaan kita banyak."

"Kita ? Yakin kita ? Yang kerja kan kalian, saya nggak. Saya di sini cuma leha-leha lalu tandatangan dan ya kelar." Bos sesialan berdiri menatapku dengan dingin. Aku tidak boleh takut.

"Kamu berbicara kayak gitu karena kamu tidak saya kirim ke Jepang !? Iyah gitu ? Jangan kekanakan kamu. Bisa apa nanti kamu disana !?"

"Saya ? Nggak bisa apa-apa. Kan saya bisanya makan. Tapi ---

Aku menghela nafas dan menatap Mbak Lisa, pak Radit, dan bos bergantian.

"Tapi sekarang saya percaya perkataan Oka, pak Danu memang pengecut. Tidak ada pertanggung jawaban."

"MAKSUD KAMU APA !!!??"

Pak Danu teriak, aku diam mematung. Sudah terlanjur maka gasss aja terus. Pak Radit langsung menenangkan dengan dia sambil menatapku ada rasa kekecewaan.

Aku tidak peduli.

"Kalian pergi dengan niat kerja, saya tau kalian di sana kerja. Pak Danu memberikan tanggung jawab perusahaan dan Tita sama saya ? Mikir nggak bapak ? Di kantor saya sendiri bolak balik sana - sini, di rumah bapak menitipkan anak sama saya. Ada Ibu saya padahal, tapi kenapa saya ? Bukan saya tidak ikhlas, saya sayang sama Tita, tapi --- Bapak nggak tau kan di kantor saya menangani sendiri ?. Jessie dan team di kirim ke Anyer. Pak Yadi selaku HRD bapak kirim ke lombok. Sisanya karyawan, dan saya sekertaris bapak harus nangani sendiri ?"

Mereka diam, Mbak Lisa menunduk. Tangan di pak Radit yang tadi ada di bahu bos sesialan, langsung mengendur.

Kepengen nangis.

"Apa kalian di sana mikir, gimana yang di kantor ? Saya sendiri harus memberi laporan ini - itu lalu mengecek setiap karyawan kerjakan. Profesional ? Alhamdulillah saya profesional mesti saya harus makan dulu, minum dulu. Tapi hasilnya ? Itu ada di meja bapak, dan pak Danu meminta saya profesional ? Profesional apa yang kalian maksud ? Pak Danu bilang saya jangan kelihatan rendahan ? Ada kata maaf nggak, atas ucapan itu ? Nggak. Pak Danu selalu ikut campur urusan saya. Saat perusahan ini krisis, pak Danu hilang. Lalu hasilnya kalian nikmati jalan bersama. Saya memang perempuan paling bodoh !! Dan yang saya tau kerjasama dengan klien di Jepang hanya 3 hari, bukan 10 hari anyway."

Setelah mengucapkan isi otak dan hati, aku langsung keluar. Masuk ke dalam ruangan, mengunci dengan tangan bergetar. Kenapa aku nggak bisa nahan emosi sih ?. Aku nangis, dengan bayangan di mana tadi keluar semua ada dalam pikiranku. Eh tapi pertanyaan kenapa Bapak seolah peduli sama saya ?. Ck lupa nggak di keluarkan.

Aku melanjutkan kerja, handphone bunyi tidak aku tanggapi. Biarin aja. Soalnya biar cepat kelar, lalu ke bengkel teman si Arka. Jangan mogok lagi sih kalau bisa.

Handphone bunyi mulu. Nggak capek kali !!.

Hallo ?.

Di mana ?.

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang