Chapter 32

3.3K 469 166
                                    

Semakin hari Oka menunjukkan sisi peran pacar, aku sudah tidak mengerti lagi. Lama-lama bisa cinta beneran nih aku.

Jadi kami berdua mencoba, mencoba ke arah yang lebih enak di lihat. Maksudnya punya ikatan biar enakan aja di lihat kalau jalan, sekarang naik pangkat jadi pacar.

Kadang Oka kasih kabar nggak bisa jemput.

Kadang habis kerja langsung ke sini.

Sampe aing dapat godaan dari para pegawai dia. Keren kan ? Badebah yang ada.

Berasa aing tuh selebriti gitu.

Kayak sekarang tuh babang arab udah nangkring di depan siomay, ngobrol sama para pegawai.

Jangan nanya, kok babang arab emang nggak kerja ?. Tadi sudah kujawab kan sist ?. Jadi dia kerjanya sudah di tentukan jam berapa pergi dan pulang, nggak pake minggu ini siang, minggu depan malam.

Kata dia sih tergantung kalau ada yang jaga malam lalu ada kepentingan, maka dia yang gantikan.

Begitu kisanak.

"Tuh Mbak Dellia udah langsung ngegaas ya ke sini." Kata pegawai Oka yang ini memang sudah tau tabiat aku. Aku hanya mencibir saja.

"Pesan apa Mbak ?" Aku menatap mereka dengan garang, bukan takut malah terbahak.

Cucunya gendaruwo sih !!

"Ton, lo tau nggak ?" Toni salah satu pegawai Oka menggeleng tertawa sambil lihat rekannya. Sedangkan babang arab hanya tersenyum menunduk.

"Tau apa dulu nih Mbak, gue kan kerja di sini udah lama. Ya lumayan lah udah bisa di kategorikan pensiun mah."

"Mata lo pensiun mulu. Kebeli cincin juga belom. Tuh temen lo si Sinta, cinlok sama Mamat."

"Jangan di ladenin Ton. Dia kalau ngamuk, sepi job nih kita." Seloroh Sinta, rekan si Toni. Jadi setiap di penjualan ada dua pegawai. Kayak soto bakso atau siomay itu masing-masing berdua jagainnya.

Hebat nih babang arab.!.

"Lo cari masalah sama gue Sin ?" Toni terbahak, sedangkan Sinta cemberut.

Halah so cantik dia.

"Si Mamat masaa cinlok sama si Sinta !!!!!!" Teriakkku sengaja.

"Mbaak !!!!" Sinta kelabakan pontang panting tutup muka.

Semua pegawai tertawa keras, pada godain Sinta. Hah rame kan jadinya.

"Pantas aja Mbak, si Mamat sekarang mau aja di suruh Mbak ya," godaan dari arah pegawai siomay. Aku mengangguk ambil duduk di meja Oka.

"Namanya Muhamad ya bukan Mamat. !!" Balas Sinta teriak, makin jadi deh semuanya ngetawain si Sinta.

"Tuh kan di belain," godaku dan langsung Sinta nutup diri pake piring.

Dasar pegawai malu-malu ayam.

"Ton !!! Mie ayam kayak biasa." Toni mengacungkan jempol tanda iyah. Aku menghadap Oka yang kini tersenyum.

Suka kepengen tanya, capek nggak tuh senyum mulu ?

Lihat dia, adem aja, beda kalau versi pak Danu. Soal pak Danu seharian ini tidak terlihat. Aku curiga sama bos sesialan. Dia tuh, mereka yang tak terlihat kali ya titisannya.

"Suka Mie Ayam ?" Tanya Oka yang lagi minum teh hangat, aku mengangguk tanda iyah.

Lagi makan soalnya. Kalau di ajak ngobrol, suka nggak fokus nih makannya.

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang