Chapter 12

3.4K 436 32
                                    

Inginku berkata kasar. Ingin aku terbang, atau tenggelam nggak papa. Sist jangan mau kalau diajak mantan calon mertua ketemu. Nanti seperti aku ini. Dan, di hadapan aku ada Mas Bima bersama istrinya. Ini maksudnya apa ?. Sengaja ? Gini caranya kapan aing move on !? Mas Bima dan istrinya asik bercengkrama, sedangkan aku menahan luka. Tante Mila ngajak ngobrol yang aku nggak tau alurnya kemana. Manusia yang asik dengan dunianya, entah mengapa membuat rasa sesak di dada makin bertambah. Mereka tidak ada niatan minta maaf atau silaturahmi gitu.

"Gimana Dell, kerjaann ?" Tante Mila entah ingin membuat kedua sejoli itu menoleh ke arahku, atau ada maksud lain. Aku tersenyum mengangguk

"Lancar kok tante," tante Mila tertawa kecil yang bikin aku gagal paham.

"Bim. Ini Dellia-nya ajak ngobrol dong." Kulihat istrinya langsung menunduk, dan aku tidak mau menyebutkan nama dia. Istrinya ini teman SMA aku, di mana kita selalu bersama, tapi sekarang ? Hoho pengkhianatan itu ada sist.

"Maaf, pacarnya dibawa nggak Dell ?" Mas Bima sengaja dan aku tau dia tidak suka ada aku. Entah apa maksudnya tante Mila mengajakku kesini, aku harus ingat kata Jessie. Jangan nurut sama tante Mila, dan yeach aku malah nurut, pada akhirnya begini.

"Belum Mas, masih kepengen kerja."

"Loh emang kalau punya pacar nggak kerja ?"

"Takut terganggu. Nanti pas dia minta temenin, dan aku nggak bisa, gimana ? Terus dia akhirnya minta temannya gitu. Dan aku nggak mau." Kulihat Mas Bima gelisah tak karuan. Mampus !! Dia ingat mungkin dulu saat di mana dia minta aku temenin ke salah satu mall. Katanya mau beli kado untuk adiknya, dan aku nggak bisa. Lalu dia ngajak itu yang sekarang jadi istrinya. Nah dari situ mungkin tiap pergi nggak pernah ngajak aku. Aku menatap kedua orang di hadapan ini. Demi Allah kepengen teriak pada manusia seperti mereka.

Badebah !!!!.

"Langsung nikah aja ya Dell, itu lebih bagus." Aku hanya mengangguk aja. Tidak ada niatan untuk membalas, tatapanku ke arah mereka yang asik dengan makanan saling suapin. Ku pejamkan mata dan menghembuskan nafas. Mereka bukan silaturahmi tapi menambah luka hati.

"Hmm tante, semuanya maaf, saya pulang duluan ya." Mereka menoleh dan aku tidak ingin menatap mata lelaki itu lagi. Mulai sekarang aku harus benar-benar niat move on.

"Nanti aja dong Dell, bareng sama kita." Bagus !! Mereka semakin ingin menyiksa hati aku, lalu membuat luka ini bertambah. Aku tersenyum dan menggeleng.

"Hmm maaf tante, aku udah minta Arka jemput." Bohong sumpah bohong. Si Arka lagi ada kerjaan lembur, makanya aku tidak mungkin ganggu bentuk kayak dia. Saat aku beranjak pundakku terkena minuman. Kamprett !!! Udah sial nambah sial.

"Maaf mbak, maaf," aku menoleh dan yeach ketemu lagi sama babang arab. Dia ada di.mana-mana banget sumpah. Ngapain lagi malam-malam jalan di senayan !? "Loh Adellia ?" Kemajuan pesat, manggil kagak pake embel.

"Eh iyah ?"

"Panas nggak ? Coba sini di bersihkan," babang aran sibuk mengelap pundakku yang terkena kopi ---  sepertinya. Penyuka kopi sist, aku menoleh dan mengangguk tak enak sama mereka bertiga. Karena harus melihat adegan ini.

"Coba kamu duduk dulu, aku ke mobil sebentar," Andro mendudukkan aku di kursi tadi dengan lembut, lalu dia pergi gitu aja.

"Pacarnya ?" Bima seolah menyindir aku dengan pertanyaan tidak faedah.

"Bukan."

"Perhatian banget."

"Cemburu ?" Dia menegakkan badannya dan menatap istrinya. Hohoho bagus bikin rumah.tangga mantan berantakan. "Perhatian tidak perlu sama pacar." Lanjutku dengan tegas. Kulihat Andro berlari kecil ke arahku. Ck lebay amat sih ini anak, aku cuma kesiram kopi sist.

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang