Chapter 14

3.2K 448 52
                                    

Pembatalan kerjasama PT DAA dan PT BELLA'S telah merancang keseluruh 9 lantai. Maklum perusahaan kecil, jadi hanya 10 lantai doang. Yang lantai 1 khusus untuk tanggung jawab tempat tidur, OB dan Satpam. Tak ketinggalan supir kantor pun sama. Entah ide dari mana, tapi aku senang aja sih jadinya. Biar gajih OB tidak di pakai untuk bayar tempat tidur mereka. Makanya lantai 1 dipakai untuk penginapan mereka. Gosip sudah merambat, entah siapa yang menyebarkan gosip ini. Karena dalam gosip berdear, mbak Citra penyebabnya. Aku sih entah kenapa merasa ini kok sakit di hati. Lihat pak Danu yang makin kian diam. Yang biasanya sering tegur sapa dengan karyawan, kini tidak lagi. Dan hanya aku yang entah -- kenapa biaa berkomunikasi dengannya.

"De. Boleh saya bertemu dengan Ayah kamu ?" Untuk kesekian kalinya pertanyaan bos sesialan membuat pikiran aku kacau. Sebenarnya kalau mau bertemu, silahkan saja. Tapi kenapa harus ijin aku, maka aku menyetujui saja. Toh sudah telpon Ayah kok.

"Tolong nanti jemput Tita ya, nanti biar saya ke rumah kamu," tatapan sedih dan aku merasa hati aku kok sakit. Sebenarnya dia ini siapa ? Kenapa apapun yang menyangkut soal dia, membuat hati aku sesak. Jangan-jangan bos sesialan ini harusnya jodoh aku. Tapi karena bos lebih duluan ketemu mbak Citra maka nggak jadi deh.

Badebah !!

Khayalan makin merajalela. Dan aku sibuk tengah mengedit semua penawaran untuk perusahaan. Bahkan semua jabatan yang di sini punya andil di kumpulkan di ruangan meeting. Aku hanya diam yang entah pikiran aku kemana-mana. Pembatalan dengan perusahan PT BELLA'S begitu besar dampaknya.

"Saya minta tolong kerjasama kalian. Tolong kita berusaha lagi semampu kita. Saya tidak mau jika perusahan ini harus hilang." Pak Danu mulai memberi instruksi kepada kami. Aku yang tadinya diam kini ikut setuju. Setelah rencana demi rencana di buat, kini kami semua keluar ruangan dengan keadaan frustasi.

"Dell. Tenangin pak Danu ya. Kalau nanti dia pergi tolong ikuti," pak Radit yang tiba-tiba saja berbicara denganku. Dan Aku hanya mengangguk setuju, lalu aku melangkah untuk ke ruangan bos.

"Pak ?" Dia menoleh dengan wajah yang seperti biasa saja. "Kalau boleh Tita dijemput Ibu aja nggak pa-pa kan ? Soalnya saya masih kerja, l"

"Nggak usah De. Kamu pulang saja."

"Tanggung jawab saya di mana kalau gitu pak ? Boleh ya,"

"Ya terserah. Saya harus pulang, istri saya di rumah. Bilang ibu kamu tolong jaga Tita sebentar, saya bersama Citra harus menyelesaikan masalah ini." Dia bangkit dan pergi gitu aja. Tadi pesan pak Radit aku jalani apa nggak ya ? Tapi sudah ada mbak Citra ini. Aku menghembuskan nafas capek, dampaknya dahsyat banget. Sampe tidak ada yang mau memberi investasi pada perusahan ini.

Ya Allah Shiren sungkar lelah.

"Mas Danu ada ?" Baru aja buka pintu udah di kejutkan sosok babang Arab. Kagak adik, kagak kakak, demen ngagetin.

"Baru keluar, kata pak Danu dia mau pulang."

"Lallu Talita ?"

"Hmmmm ?" Aku mikir kok lama banget ya, babang Arab diam memperhatikan aku. Hahah jahat juga aku bikin dia menunggu jawaban aku. "Di jemput ibu saya pak,"

"Pak lagi ?" Aku hanya nyengir saja. Udah terbiasa formal sih, jadi susah. "Kalau begitu saya boleh jemput Talita ?"

"Besok aja ya pak --- hehehe oke Nandro Oktarin." Dia sudah melotot. Duh ilah serem juga pelototan dia.

"Kalau begitu boleh saya minta nomor handphone kamu. Untuk menghubungi kamu jika saya ingin menjemput Talita,"

Gaes barusan mimpi kagak !?.

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang