Chapter 21

3.6K 436 29
                                    

"Demen banget sih lo dekat sama tuh homo." Dalam perjalanan pulang nih, Arka dari tempat makan tadi, kagak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

"Dia juga manusia kali. "

"Tapi gue nggak suka."

"Wajarlah lo kan normal."

"Gue nggak suka dekat sama dia." Arka menoleh ke arahku, dan kembali menyetir fokus. "Soalnya dia itu homo dan brengsek."

"Gimana maksudnya ?" Udah homo brengsek gitu kali ya. Tapi bukan Arka kalau nggak ambigu.

"Pacar si Denis tuh teman kantor gue." Aku langsung duduk tegak. Ini lebih menarik kayaknya. "Dan parahnya udah nikah. Maksud gue, kasian bininya lah."

Aku diam memahami ucapan si kutu. Jadi pacar si Denis sudah menikah, dan istrinya siapa si Arka ? Kok peduli amat bocah satu ini.

"Ya itu resiko si ceweknya milih nikah sama tuh laki belok."

"Dan poin pentingnya, bini pacar si Denis tuh cinta sama suami homo tuh." Arka terus fokus nyetir. Ini kasus beda sist, aku yang asik di zona move on. Sedangkan ada sosok perempuan yang berjuang demi cinta untuk suaminya yang homo.

Luar biasa !!.

"Nama pacarnya si Denis siapa sih ?"

"Rey."

"Rey ? Gila namanya macho gitu. Terus kenapa si istrinya bisa nikah ? Masa dalam keadaan burem dia nerima lamarannya,"

"Kagak gitu juga kakak sayang," Arka membelokkan mobilnya ke dalam gerbang rumah yang sudah terbuka. Aku menatap dia yang sudah mematikan mesin mobil. "You know nikah tanpa cinta kan ?"

Aku mengangguk. Sist orang goblog juga tau maksud si Arka ini. Nikah tanpa cinta, kagak bakal jauh dari perjodohan. Jangan sampe si Arka kayak gitu. Kasian bininya.

"Teman lo namanya Rey, lalu bininya siapa lo ?" Arka menatapku jengkel. Dia langsung melepaskan sabuk pengaman dan menghela nafas.

"Mantan."

Mantan ? Ya salam, dunia sesempit ini. Gila aja si Arka harus tau soal keadaan rumah tangga mantannya. Tapi anyway mantan si Arka ada berapa sih ? Lalu yang dia buntuti di Ancol mantan keberapa coba !?

"Yang di Ancol mantan keberapa adeku sayang," dengan jurus ganjen, aku langsung meluk-meluk si Arka yang menatapku jijik. Jangankan dia, aku aja jijik harus so genit gini.

"Nggak tau. Mantan gue banyak sih. Dan gue kan bukan yang susah move on, apalagi di butakan cinta."

"Kurang ajar !!!" Aku mengamuk dan dia sudah keluar mobil. Nyinyir banget ini bocah. Sialan. Lihat saja akan kutelen dia hidup-hidup. "Sini nggak, lo kutu." Arka terbahak di teras, dia langsung duduk dan ku jambak rambutnya. Sakit ?

Biarin.

"Lagian ya kak, lo tuh jangan bego banget. Si Bima itu emang lelaki yang pertama bikin lo jadi perempuan kalem, manis. Tapi --- masih banyak yang bisa bikin lo jadi diri sendiri." Aku diam setelah Arka mengucapkan hal yang di lluar dugaan. Lalu Arka berdiri membenarkan celananya. Aku tetap memperhatikan sosok adiku. Kayaknya baru kemarin aku cebokin ini bocah, udah gede aja dia.

"Kak. Gue, ibu dan ayah sayang sama lo. Tau kan maksud gue ?" Aku menggeleng, Arka jongkok dan memeluk aku dengan mencium keningku. "Jangan kayak gini terus kak, hidup lo masih banyak yang harus di tuju. Jangan mencari sosok yang bisa membuat lo mengenal cinta. Karena cinta bisa berubah, tapi kenyamanan dan bisa menjadi diri lo sendiri."

Arka berdiri dan kayak biasa ndusel di pundak. Aku diam mencernai ucapannya.

Kok lebih dewasa dia sih !?.

MOVE ON DAN MAKAN ( KELAR )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang