Save Our Earth, Please
Cerpen Karya : Intan Syerully
Lelah, pusing, lemas.. Itu semua yang aku rasakan hari ini. Memang semenjak 2 hari yang lalu aku tidak enak badan. Entah mengapa itu ku rasakan.
"Zahra, ayo pulang. Udah bel pulang dari tadi kok masih di kelas saja." Ajak Indra yang masuk ke kelasku.
"Aku capek banget nih, nggak kuat mau pulang."
"Lhoh kamu tuh gimana, terus motor kamu mau di taruh mana?" Indra kaget dan segera duduk disampingku.
"Anterin pulang." Aku merengek seperti anak kecil.
"Aku?? Suruh nganterin kamu? Ogah ah, mending pulang sekarang aku-nya." Indra berdiri dari kursinya tadi.
"Ndra, tunggu. Aku beneran nggak enak badan. Katanya sahabat? Tolong, kali ini aja."
"Kamu beneran sakit Ra? Ya udah, aku anter pulang. Motor kamu titipin aja dulu ke penjaga sekolah, tapi kuncinya kamu bawa."
"Oke."
Aku dan Indra memang bersahabat sejak kecil, dari SD sampai kami duduk di bangku kelas 2 SMA ini, kami selalu satu sekolah.
Cerpen Motivasi - Save Our Earth, Please
Setelah aku diantar Indra menitipkan motor ke penjaga sekolah, aku diantar pulang olehnya. Tetapi sebelum pulang aku mengajak Indra untuk pergi ke taman yang dulu waktu kami kecil, kami sering bermain ke taman itu. Setelah aku diboncengkan Indra beberapa saat, kami pun sampai di taman itu.
"Ngapain sih Ra, mampir kesini segala. Kamu kan sakit?"
"Iya, Ndra, aku tahu. Sebentar aja, ya. Aku pengen duduk di bawah pohon ini sebentar. Ayo sini duduk, Ndra." Aku pun bersandar di bawah pohon itu.
Indra dan aku duduk di pohon trembesi yang rimbun dan tampak besar itu. Pikiranku melayang disaat kai kecil dulu.
"Ndra." Aku membuyarkan lamunan Indra.
"Apa?"
"Masih ingat nggak waktu kita kecil dulu? Kita main petak umpet di sini. Aku inget lho waktu kamu ngumpet di pohon ini. Ya ampun, sumpah kamu waktu itu imut banget, mana sukanya gelitikin aku lagi. Hahaha..."
"Iya Ra. Kamu juga lucu banget dulu. Andai waktu itu bisa terulang lagi, aku pengen balik lagi ke masa itu."
"Hufft, iya Ndra. Nggak nyangka kita sahabatan udah lama banget ya. Semenjak aku SD sampai SMA ini kita sama-sama terus."
"Iya. Agak geser sini duduknya. Aku jadi kangen waktu kita dulu di desa, Ra."
"Ya ampun, ternyata kamu juga masih inget desa, Ndra? Aku kira kamu udah lupa. Sekarang kamu jadi cowok yang smart, keren, dan populer di sekolah, masih ingat juga sama asalnya. Hahaha.."
"Aku bukan kacang lupa kulitnya dong, Ra. Aku ingat, dan akan selalu ingat akan desa kita dulu. Ya, desa yang jauh akan polusi seperti saat ini. Tempat dimana kita bisa melepas kepenatan, bermain di kebun teh, kejar-kejaran, bakar-bakaran jagung, semuanya aku ingat. Dan akan selalu aku ingat. Disini memang ada tempat yang seperti itu? Ada pun itu hanya beberapa tempat. Capek sih setiap hari berhadapan dengan polusi, mana harus bangun pagi buat ke sekolah."
"Kamu bener, Ndra. Masa kecil, ya.. itu indah. Ya, tapi sekarang kita meneropong ke depan, kita disini dikirim orangtua kita hanya buat kita mengejar mimpi kita. Kita akan wujudkan mimpi kita disini, memang susah payah kita mendapatkan mimpi itu, tapi kelak kita menuai keberhasilan kita. Mewujudkan cita-cita lebih baik, bahkan lebih indah dibandingkan masa kecil kita yang indah dulu." Aku berbicara panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Teenegers
Short StoryAku termotivasi dari seorang penulis sekaligus artis yang menginspirasi seperti Boy Candra, Maudy Ayunda, Febby Ristanty, motivasi saya untuk membuat cerita untuk seeorang yang ingin ku ceritakan disini tapi aku samarkan identitas asli, yang ku ceri...