Qonaah

1 0 0
                                    


Qonaah

Cerpen Karangan: Intan Syerully
Kategori:

Riko Zidney, seorang anak konglomerat yang dipondokkan di pesantren oleh ayah dan ibunya. Dalam sejarah keluarganya, Zidneylah satu-satunya anggota keluarga yang pernah mencicipi pahit, getir dan manisnya pesantren. Oleh karena itu keluarganya selalu...
"ma, aku minta ini ya ma? Ma aku minta itu ya ma? Aku butuh itu! Aku butuh ini!"
"iya nanti saya kirim uangnya...",

DITURUTI oleh kedua orangtuanya. Lebih-lebih sang kakak, dia sangat sayang pada adik semata wayangnya itu. Akan tetapi Zidney sering menyalah gunakan kasih sayang kakaknya. Ia sering bilang bahwa ayah dan ibunya telat mengirim uang padahal ayah dan ibunya selalu tepat waktu dalam mengirim uang untuknya bahkan sebelum waktu pengiriman ayahnya sudah mentransfer uang untuknya.

Kebersamaan, kesederhanaan, tolong-menolong, kekeluargaan, dan peraturan-peraturan yang membentuk jiwa berakhlakulkarimah, itulah pesantren. Kesederhanaan, meskipun hidup di lingkungan pesantren Zendney sangat jauh dari kata sederhana. Berkali-kali pengurus dan cak-cak (kakak-kakak) pondok mengingatkan, akan tetapi Zedney selalu saja mncari-cari celah untuk melanggar peraturan dan hidup jauh dari kata sederhana.

"Zedney... Ayo makan bersama, mumpung lauknya enak. Kamu ngak usah ke kamtin, sama aja kan. Hari ini lauknya ayam goreng. Sama seperti lauk yang biasa kamu makan. Ayolah zidney, sekali-kali makan bareng" ajak salah atu temannya.
Zedney tersenyum, sekedar untuk menghargai ajakan temannya.
"kalian makan dulu aja, aku belum lapar. Oh iya kalau kalian mau, lauk untukku makan aja, nanti kalau aku lapar aku akan ke kantin aja. Ya udah ya aku mau keluar dulu, ada urusan. Maaf ya...".

Disaat teman-temannya bersusah payah untuk hidup dalam kesederhanaaan. Ia malah bersenang-senang menghabiskan uang orangtuanya.

Kehidupan selalu beputar. Takdir terkandang ada di pihak kita dan terkadang tidak berpihak. Sebenarnya bukan masalah berpihak ataupun tidak akan tetapi bagaimana menyikapinya.
Kini zidney telah menjadi Zidney yang dewasa. Kehidupannya berubah 180 derajat dari kehidupannya yang dulu. Pabrik yang terbakar, hutang yang membengkak, dan perusahaan yang gulung tikar membalik kehidupan mewahnya menjadi serba kekurangan. Beruntung dia masih mempunyai rumah lama neneknya yang masih dapat ditempati walaupun hanya sekedar untuk istirahat malam dan berteduh dari terik surya.

Bagi seorang santri, bagaimanapun keadaannya, bagaimanapun kondisinya dia akan dapan bertahan hidup. Dalam jiwa seorang santri yang taat akan tertanam jiwa yang ikhlas dalam menerima segala

Life TeenegersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang