Mata Jiwa Yang Ku Cintai

6 0 0
                                    

MATA JIWA YANG KU CINTAI
Dalam hidup ini Ia menciptakan manusia dengan jalan yang berbeda dalam setiap helai napasnya. Begitupun dengan cinta. Ketika Ia menghendaki kepada siapa hati ini akan berlabuh, maka terjadilah. Dengan cinta semua akan terasa indah terasa nyaman nan penuh ketenangan. Apalagi ketika cinta tumbuh dari mata hati bukan dari mata penglihatan, pastilah luar biasa bukan? Tinggal mana yang kau inginkan. Ajaib jika Ia ciptakan manusia milyaran lebih dengan skenario cerita cinta yang berbeda. Siapa lagi kalau bukan sutradaranya Sang Pemegang Cinta mempertemukan adam dan Hawa, ialah Allah SWT.. *** Siang memang tampak terik tak mengapa ingin segera lekas sampai rumah melepas dahaga untuk beristirahat dari rutinitas yang mengungkung setiap harinya. Ada sesuatu menarik di hari itu, tidak biasanya aku pulang sendiri seusai kerja mengendarai angkutan umum lalu bis menuju tempat asalku. Maklumlah motor sedang ada kendala sedikit. Tapi tak menyurutkan semangatku pulang setelah sekian lama berada di kota perantauan ini jauh dari keluarga. Jarak memang tak seberapa hanya menempuh waktu 2 jam lebih sedikit saja akan sampai dirumah tercinta. Ini memang bukan kali pertamanya aku menggunakan transportasi umun semacam angkutan dan bis ya bisa dibilang kadang kala. Dalam perjalanan, pak sopir terus fokus dengan kendalinya mengemudikan angkutan umum. Jam menunjukan pukul 4 sore. Senja beranjak merangkak turun menuruni bukit untuk segera terlelap dalam peraduan. Jalanan tak tampak padat merayap kendaraan seperti siang hari. Seperti sekawanan burung kembali kesarangnya. Manusiapun demikian kembali kerumah masih masing. Namun ditengah perjalanan ada yang mengusik pandanganku. Dua orang saling bergandengan sambil melambai-lambaikan tangan di seberang jalan sepertinya hendak butuh tumpangan. Tatapannya kosong memandang lurus sambil membawa tongkat ditangan kanannya, sudah kupastikan ia orang buta. Untunglah sopir ini memilki kepekaan sosial dan merasa simpati dengan mereka. "Mau kemana mbak sama mas?" tanya pak sopir. "Mau kursus keterampilan ke LPK Lestari jalan Danau Toba." Sahut salah seorang. "Mari saya antar, hati-hati nyebangnya." Ujar pak sopir.
Mata Jiwa yang Ku Cintai Karya Wanita Penyair Desa Sontak aku hanya memperhatikan mereka berdua saling bergandengan. Walaupun mereka sama-sama buta tampak pria itu tetap melindungi wanita yang menggandeng tangannya. Akhirnya mereka satu angkutan denganku. Heran mata tak melihat tapi begitu tahu bahwa aku seorang laki-laki. "Mas bisa geser," mintanya. "Silahkan mas.." Sesuatu mengusikku untuk mengajak mereka bercakap-cakap dan melakukan interaksi. "Emm maaf nih kok bisa tahu kalau saya laki-laki. Ngomong-ngomong darimana ini?" "Dari feeling atau perasaan jadi saya tahu walaupun kadang takut salah. Kami tadi dari rumah mau kursus keterampilan mas. Sebelumnya saya jemput dia dulu dirumahnya," jawab sang pria bernama Fahlan itu. "Oh, sudah berapa lama kursus. Jadi setiap kursus kalian selalu berangkat bareng ya? Maaf saya malah jadi nanya-nanya." "Baru 2 tahun ini. Iya kalau mau kursus pasti berangkat bareng." "Berarti sudah kenal ditempat kursus dong?" tanyaku lagi. "Lebih lama kami satu SMA SLB dulu mas. Ya mohon doanya sebentar lagi kami akan menikah juga." Perasaanku begitu bergetar kala melihat mereka. Ada pancaran cinta antara keduanya. Bukan karena mata penglihatannya tetapi hati, sekali lagi hati. "Saya heran ketika bertemu orang seperti kalian. Bagaimana perasaan itu bisa ada. Sedang terkadang kalau kita melihat sekarang orang-orang melihat cinta dari mata penglihatannya?" tambahku menggali pertanyaan lanjut. "Mudah saja, mata hati dapat melihat segala yang gelap menjadi bercahaya, segala yang sepi menjadi ramai, segala yang tertutup menjadi terbuka dan sebagainya. Semua akan tampak mas. Saya memang tidak bisa melihat bagaimana rupa wajahnya sekalipun. Hanya lewat suara itu saja. Namun, lebih lagi dapat membuat saya jatuh hati ada rasa ketenangan, keteduhan dan kekurangan pada kami masih saja tetap saling menerima begitupun sebaliknya. Sehingga karena kemantapan hati kami ingin membawa hubungan ini ke jenjang pernikahan" jelasnya. "Syukurlah, saya ikut senang." Aku diam sejenak memperhatikan keduanya. Aduhai jika lelaki ini melihat calon istrinya secara fisik tak nampak kurang ia manis dan anggun mengenakan jilbab. Sebaliknya lelaki itu juga memilki tubuh yang gagah nan ideal. Sudut mataku merasa iri. Selain karena sampai saat ini belum ada yang cocok dihatiku, mereka sangat serasi. "Iya, wah jadinya saya malah cerita panjang lebar hehe.. pada intinya cinta itu ada disetiap saat kadang secara sadar, tidak sadar atau tiba-tiba datang tanpa pernah kita tahu sebelumnya. Ketulusan cinta berasal dari hati bukan mata penglihatan yang terkadang memberi kepalsuan terlebih nafsu. Sekali saja menikmatinya terbawa hawa syaitan dalam bujuk rayu menyesatkan. Bagaimana kalau begitu sudah pasti menodai cinta. Padahal cinta terlahir suci bukan? Saya berucap begini bukan karena saya buta tak melihat. Mengerti cintapun tidak tetapi itu bahasa yang saya terjemahkan selama ini." Tambah Fahlan. "Sunguh pelajaran berharga bagi saya. Selama ini terlalu silau oleh keindahan fisik semata, pantas saja susah nyari yang pas" kataku. "Sudah mas tidak apa-apa. Bolehlah mengidamkan sesorang yang lebih tetapi ingat mau sesempurna apapun seseorang itu akan ada sisi kekurangannya tentu harus diterima untuk saling melengkapi. Jalan masih panjang, setiap orang punya cerita hidup yang berbeda. Insyallah dengan perbaiki akhlak akan menemukan jodoh yang tepat." Pungkasnya. "Aaamiin." "Mbak mas ini udah sampai." Pak sopir menyela pembicaraan kami yang tepat selesai. "Ya sudah mas sampai ketemu di lain waktu." Sahut Fahlan sambil menjabat tanganku. Sigap aku langsung mengeluarkan uang untuk membayar ongkos mereka. Sekaligus beramal, apalagi kepada orang-orang seperti mereka "Tunggu nggak usah bayar ini mas mbak saya bayarin saja" "Aduh ngerepotin malah dibayarin terimakasih. Semoga masih bisa bertemu kembali.." sahut Eliani sambil tersenyum. Aku masih memperhatikan mereka berjalan masuk ke dalam LPK tersebut. Terlihat keduanya cukup senang dengan pertemuan tak sengaja ini. Aku menghela napas panjang lalu tersenyum. Orang-orang seperti merekalah yang patut dihargai. Luar biasa dalam memahami cinta. Tak memandang keterbatasan fisik ketika hati mereka telah sepakat saling berkata "iya" dalam hati merasakan cinta yang menghujani setiap detik. Bunga-bungan bahagia sebentar lagi akan mereka rengkuh bersama pada ikrar suci dihadapan-Nya. Semoga senantiasa mendapat keberkahan berlimpah untuk keduanya. Aamiin ... *** Senja lamat-lamat meredup dan temaram lampu mulai berjajar. Menyalakan cahaya nan rapi disepanjang jalan. Ini tentang cinta. Hati tak pernah salah memilih ketika Ia utarakan cinta. Akan terasa hangat nan lembut seperti mentari menyirami bumi... *)

Life TeenegersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang