Waiting for Autumn

2 0 0
                                    


Waiting for Autumn

Cerpen Karangan: Intan Syerully
Kategori:

Bukankah akan muncul pucuk pucuk baru setelah dedaunan kering menggugurkan dirinya? Lalu bertunaslah dia hingga berkembang menjadi pepohonan indah. Bagiku tidak ada yang lebih indah dari pesona Autumn meski orang orang akan mengatakan bahwa Spring dan Winter lebih mengagumkan. Aku yang telah menjadi penikmat setiamu bersedia menantikanmu di deruan angin yang menjatuhkan daunmu hingga meranggaslah kokohnya tubuhmu tanpa dedaunan.

Sebuah figura terpampang indah di sebuah meja kerja berwarna cokelat tua. Gambar seorang gadis dengan sebuah toga dan pakaian kebesaran untuk seseorang yang telah bergelar wisudawan. Di samping kirinya seorang perempuan berkerudung krem tersenyum anggun dan di sebelah kanannya seorang laki laki paruh baya berpeci hitam tersenyum simpul memamerkan deretan giginya yang putih. Ada seorang gadis kecil lainnya di sana, si bungsu dengan rambut dikepang dua dan sepasang lesung pipi yang indah. Di sudut ruangan itu, layar komputer sedang berkedip kedip di hadapan gadis muda itu sambil sesekali dialihkan pandangannya pada jalanan yang dipenuhi kendaraan yang sibuk berlalu lalang. Jalanan yang dipenuhi dengan pepohonan yang mulai meranggas. "Welcome Autumn", Lirihnya pelan.
Kini tatapannya tertuju kembali pada layar komputer yang seakan menyuruhnya mengerjakan kembali pekerjaannya. Pekerjaan kantor kembali menenggelamkan lamunannya pada sebuah musim.

"Let's have lunch, zya" sebuah pesan masuk diponselnya, dilihatnya nama si pengirim. "Sure, Ran. At the usual place, ya" lalu dengan menekan tombol send terkirim sudah pesan singkat tersebut kepada si pemilik nomor, Rani. Salah satu temannya yang bekerja di kantor yang sama dengannya namun mereka berbeda divisi.

Sebuah diary berwarna cokelat muda berada di dalam genggaman tangannya. Gadis itu bernama Zya Ardita. Seulas senyuman pun terukir di wajahnya melihat sampul diary yang sudah mulai kusam itu. Catatan hariannya tiga tahun yang lalu. Sebuah kalimat sederhana tertulis di sana.

Apakah kau akan mencariku
Atau aku akan terbuang sia sia seperti bunga yang mekar
Kala spring tiba? Aku yang menunggumu
Dikala dedaunan kering dan kecokelatan menghias musim panas di pekatnya siang
Autumnku, pucuk pucuk rindu telah bertunas

Kali ini dipandanginya pepohonan yang mulai berwarna kuning dan kecokelatan di pinggir jalan. Terasa sebuah kisah menyeruak masuk mengingatkannya pada Autumn yang sempat ingin terajut oleh asa disaat itu. Sebuah kisah pertemanan yang sempat bersimpulkan benih benih kerinduan, berisikan harapan dan senandung kalimat penyemangat jiwa. Sebuah kisah yang berasal dari sebuah perkenalan oleh seorang teman. Sebuah sapaan hangat yang membangunkannya dari penantian panjang yang hadir disetiap pagi. Sebuah kalimat sederhana yang mengggugah jiwanya untuk lebih dekat dengan sang pencipta. "Jika tidak bisa tidur atau gelisah di malam hari, bukankah lebih baik bagimu melaksanakan tahajjud". Sejak perkenalan itu, bertambah pula kedekatan di antara keduanya. Belum, hingga kini mereka bahkan tak pernah bertatap muka sekalipun. Hanya pesan singkat yang mewakili diri mereka. Kembali dibukanya halaman di dalam diary yang dipegangnya.

"Bait bait lagu istikharah cinta membuatku selalu mengingatnya. Seorang laki laki yang bernama serupa dengan sahabat nabi. Kurasa akhlak dan pribadinya juga tak kalah baiknya dengan beliau. Namun, malam itu membuat keringat dinginku bercucuran dan air mata mengalir begitu saja di pipiku. Entah apa yang harus kupilih. Dua rasa yang kudapatkan, rasa bahagia dan rasa malu. Rasa bahagia karena Tuhan mempertemukan aku dan kamu, seorang laki laki yang mempunyai kepribadian yang baik ditambah pula dengan pengetahuan agamanya dan rasa malu karena aku tak seharusnya memiliki rasa yang salah padamu juga meskipun kau yang lebih dulu mengatakan itu. Aku malu pada diriku, malu pada tuhanku yang melarang kita bahkan untuk mendekatinya, zina dengan cara berpacaran. Sungguh saat itu aku juga ingin seperti gadis gadis lainnya yang memiliki seseorang yang disebut kekasih. Aku bukanlah gadis sempurna dengan akhlakku dan prilakuku yang masih belum begitu baik. Meskipun aku tidak pernah mengatakan iya saat kau mengungkapkan kata kata "I have a crush with you, zya" aku bahkan ingin mengatakan bahwa aku ingin tetap menjadi temanmu sampai nanti tangan tuhanlah yang menentukan akhir dari semua ini. Terlambat, kita memilih untuk mengakhiri tanpa bernegoisasi. Tidak apa apa, bukankah rencanaNya akan indah nanti?"

Sejak saat itu, dedaunan kering telah terbang entah ke mana. Berangsur angsur warna daun yang kekuningan menggugurkan dirinya di siang yang pekat. Meninggalkan pohon itu sendirian tanpa teman. Sejak itu Autumn baginya benar benar penting. Akankah peluang itu akan tiba? Akankah kesempatan kedua akan tiba lagi? Seperti tunas tunas baru yang akan segera tumbuh. Tahun terus saja berganti, hingga bangku perkuliahan telah usai dan pekerjaan baru menjamu dirinya.

Di bawah sebuah pohon yang besar, seorang perempuan berkerudung merah jambu duduk di bawahnya. Daun daun mulai menjatuhkan dirinya ke bumi dan mengenai sebuah lembaran berwarna cokelat muda.

"Aku ingin mengucapkan selamat atas keberhasilanmu menjadi seorang pengajar muda, aku masih dibawah pohon yang sama. Masih membebaskan diriku dari siapapun atau mungkin spring, winter dan sebagainya. Jika mungkin, adakah akan kudengar lagi kalimat itu dengan cara yang tepat. Jika bukan dirimu, maka rencana tuhan mungkin akan lebih indah. Seperti munculnya calon daun yang baru di pohon ini, terus dan terus begitu. Seadanya tanpa perlu memusimkan dirinya dengan musin semi".

Ditutupnya lembaran cokelat itu perlahan, sesekali matanya memperhatikan kendaraan yang pulang entah ke mana. Ya gadis itu, Zya Ardita.

Cerpen Karangan: Intan Syerully
Facebook: Intan Syerully II

Instagram :  @intansyerully212 

Wattpad :  @intasyerully12

T.Tgl lahir: Painan, 02 Desember 2001
Kecamatan Bayang Kab. Pesisir Selatan Prov. Sumatera Barat

Life TeenegersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang