💕Bonus Chapter - Three

871 144 41
                                    

"UDAH PUNYA ANAK?"

Gendang telinga Jonghyun serasa akan pecah dengan seruan Minhyun dan Jaehwan.

Lelaki itu hanya menghela napas dan mengangguk lemah.

"Bagus lah kalo gitu. Setidaknya dia bahagia."

Ucapan Jaehwan membuat Jonghyun dan Minhyun meliriknya tajam.

"Kenapa? Kalo dia bisa punya anak dengan suami-nya, itu artinya dia bahagia kan? Meskipun nikahnya terpaksa karena dijodohkan," ujar Jaehwan.

"Logika lo, Hwan. Emang kalau punya anak artinya dia bahagia?" sinis Minhyun.

Jaehwan berpikir kembali. "Setidaknya dia bisa bahagia bareng anak-nya."

Mood Jonghyun malah tambah buruk mendengar kata-kata Jaehwan.

"Udah ah, gue capek, mau tidur." Jonghyun mendorong kedua sahabatnya itu keluar dari kamar.

"Eh baru juga jam 5 sore, Jong--"

Jonghyun keburu menutup pintunya terlebih dahulu sebelum Jaehwan menyelesaikan perkataannya.

Lelaki itu melempar tubuhnya ke ranjang dan menatap kosong langit-langit diatasnya.

Ia merasa sedikit kesal dengan kata-kata Jaehwan tadi. Ucapannya yang mengatakan Jisoo mungkin bahagia dengan suaminya.

Dia tahu ia tidak boleh seperti ini. Namun, selama ini, disaat ia mencoba melupakannya, bagian hatinya yang lain berharap kalau di suatu tempat Jisoo tidak menemukan kebahagian bersama pasangannya, sehingga mungkin ia bisa mempunyai kesempatan untuk bersama wanita itu lagi.

Jonghyun tahu, harusnya ia mendoakan Jisoo agar bahagia. Namun, sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan, harapan tersebut tak pernah berhenti terbersit di hatinya.

Lelaki itu mendecak kesal.

Pemandangan dan hal yang terjadi di toko souvenir tadi membuatnya sedikit kehilangan harapan.

Dan, apabila perkataan Jaehwan benar, mungkin ia benar-benar harus melupakan Jisoo.

===

Hari ini sudah hari keempat trio Minhyun-Jonghyun-Jaehwan berada di Bali. Jam menunjukkan pukul 21.35 malam, ketika Jonghyun meliriknya.

Lelaki tersebut berjalan ke tempat tidur seraya mengeringkan rambutnya yang basah.

Dia baru saja selesai mandi. Tubuhnya terasa penat setelah seharian jalan mengelilingi segala bentuk tempat rekreasi di sekitar Hotel.

Jonghyun memakai baju dan celana yang nyaman untuk tidur, dan memutuskan untuk mengunjungi kamar Minhyun dan Jaehwan dulu sebelum ia beristirahat.

Namun, ketika dia baru saja keluar, matanya menangkap sosok yang tak asing di ujung lobi.

Jisoo sedang berdiri di sana. Matanya melebar, terkejut dengan kemunculan Jonghyun yang tiba-tiba.

Wanita tersebut otomatis membalikkan badannya, dan bergerak cepat kembali ke arah Lift.

Ia menekan tombol close berulang kali, seakan benda itu tidak akan berfungsi apabila ia hanya menekannya sekali.

Namun, sebelum pintu itu menutup sempurna, Jonghyun sudah sampai di depannya dan masuk ke dalam.

Lelaki itu terengah-engah, berusaha mengambil napas sekuat-kuatnya.

Ketika Jonghyun merasa sudah mendapat oksigen yang cukup, Ia berdiri tegap dan menatap lurus ke mata Jisoo.

"K--," Dia baru saja ingin memanggilnya dengan sebutan itu lagi, namun mengingat kejadian sebelumnya, Ia menggantinya.  "Jisoo..."

Bulu kuduk di tengkuk Jisoo meremang mendengar namanya sendiri keluar dari mulut lelaki tersebut. Suara yang selama ini ia rindukan.

Lift mulai bergerak, membawa mereka ke lantai yang tadi asal dipencet Jisoo.

"Jisoo."

Jonghyun bergerak selangkah mendekatinya, tapi Jisoo melakukan kebalikannya dengan bergerak menjauh dari Jonghyun.

"Lo jahat," ucap Jisoo. Ekspresinya mengguratkan kemarahan.

"Selama ini lo nggak pernah nyari tahu keadaan dan keberadaan gue. Sedangkan gue? Lihat aja sekarang, gue sampe nyari nomor kamar lo."

Kemarahan yang dipendam Jisoo, membuat matanya berair. Ia tidak kuasa menahannya, sehingga membuat setetes air mata itu jatuh begitu saja.

Jonghyun ingin sekali memeluknya, dan sekali lagi bergerak mendekatinya. Namun, sekali lagi juga, Jisoo menjauhinya. Hingga ia tidak bisa mundur lagi karena dinding kaca di belakangnya.

"Gue nyari tau tempat tinggal lo yang sekarang, pekerjaan lo, tempat kerja lo. Bahkan gue datang ke wisuda lo, Jonghyun! Tapi lo... Lo nyari tau tentang keadaan gue aja nggak ada! Bodoh banget gue berharap sama cowok kayak lo!"

Jonghyun terhenyak.

Selama ini ia menganggap bahwa Jisoo membenci dan menjauhi dirinya, tapi ternyata salah. Ia juga salah dengan tidak mencari tahu keadaan Jisoo selama ini, karena ia berharap dengan hal itu, ia bisa melupakan Jisoo. Namun, semua itu tidak berhasil.

Jonghyun sangat menyesali hal itu, terlebih setelah mengetahui keadaannya malah seperti ini.

Jisoo menangis terisak sambil menutup wajahnya yang penuh dengan airmata.

Jonghyun tidak tega melihatnya. Ia meraih tubuh wanita itu dan membawanya ke dalam pelukannya.

"Jisoo..."

Jisoo membenamkan wajahnya di pundak Jonghyun, seraya tangannya bergerak melingkari pinggang lelaki itu.

Masih dengan terisak, ia berkata, "anak itu bukan anak gue, Jonghyun... "

"Gue bahkan udah pisah dari cowok itu."

===






Eaaa bisa aja ya diriku buat cerita mewek kayak gini. Maaf ya kalo kurang menyentuh, masih belajar juga 😁

Last chapter, the very real end, apakah harus di private? Because you knowwww ada ide ide 'ehem' buat chapter selanjutnya 😂😂



Crush - Kim Jonghyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang