Chapter 7 - Bersaing

52 6 10
                                    

Pak Sewoon masih belum pulang dari luar negeri. Jadi Pak Taehyun masih ngajar di kelas biola, lalu Pak Seongwoo masih ngajar di kelas flute. Rumornya Pak Seongwoo lagi nyari anak-anak dari tempat les buat dibawa ke luar negeri juga. Karena dia juga bakal ngadain pertunjukan di luar negeri setelah Pak Sewoon pulang nanti. Kalau main flute, sudah jelas Pak Seongwoo bakal bawa Jaehwan karena dia udah berhasil dapat flute platinumnya itu. Kalau dari kelas biola, harusnya gue sih. Kalau dari kelas piano, persaingannya ketat banget.

Di tengah persaingan yang ketat, muncul anak baru di kelas piano yang memanaskan suasana. Kelas piano juga ruangannya tanpa AC, jadi makin bikin gerah. Anak itu namanya Hyungseob. Dari penampilannya, dia masih muda, terus keliatan berbakat. Katanya dia memang pernah juara lomba, tapi lomba pantun sih di sekolahnya. Ga tau apa hubungannya sama kelas piano. Tapi katanya dia membanggakan sertifikat juaranya itu ke Pak Sungwoon. Gue tahu cerita ini dari Jaehwan yang suka ngintipin kelas piano.

Seperti biasa, gue dateng kecepatan karena pulang pelatihan lagi. Seperti biasa juga, gue ga mau nunggu di kelas biola karena ada Jihoon. Hari ini Jaehwan kayaknya ga ada kelas juga, jadi gue ga ada temen nunggu. Tapi gue baru inget, hari ini Baejin kan ada les. Jadi gue memutuskan untuk nunggu di kelasnya Baejin sambil nonton permainan anak baru yang katanya juara lomba pantun itu. sekalian gue pengen tahu kriteria Pak Seongwoo itu yang mainnya seperti apa.

"Gue numpang ya Baejin." Gue nyapa Baejin yang udah duduk sendirian di dalem. Dia selalu dateng cepet karena ga ada kerjaan selain les piano. Dipikir-pikir, gue juga belum pernah liat Baejin main piano.

"Kompetisi buat ke luar negeri." Kata Baejin dengan muka datar. Gue udah paham kalau dia suka ga nyambung, jadi gue ngangguk aja. Mungkin dia jawab duluan sebelum gue tanya lagi ada apa kelas ini kok dihias-hias dindingnya.

Belum berapa lama, Pak Sungwoon masuk ke dalam kelas. Pak Sungwoon ini juga termasuk guru yang jam tangannya dicepetin sekitar lima belas menit. Katanya bukan biar ga telat, tapi biar pas aja sama jam tayang acara kesayangannya di TV. Acara musik yang tayangnya itu jam 5.15 sore. Dia selalu duduk di kursi piano di depan dan main piano sambil nunggu anak-anak muridnya masuk kelas. Gue merasa adem dan damai saat Pak Sungwoon mulai main piano sambil nyanyi. Suaranya itu kenceng tapi enak didenger. Baejin juga kayak setuju sama gue, sampai dia merem-merem. Eh, tapi kayaknya dia ketiduran karena bosen nunggu dari tadi sih.

Ada orang lagi yang masuk. Itu anak lucu yang waktu di kebun jagung, Seonho. Gue juga belum pernah liat dia main piano. Dari mukanya sih, gue yakin anak ini baru belajar musik juga kayak gue. Apalagi dia keliatannya ga terlalu tertarik gitu sama piano. Tangannya penuh ayam goreng, di kiri sama di kanan. Gue ga ngerti dia ke tempat les buat jajan atau buat les beneran. Eh, ada lagi anak lucu satu lagi. Gue tahu dia namanya Daehwi. Katanya sih dia itu anak yang pinter, jadi walau baru belajar sekitar dua bulan, dia udah jago. Anak-anak di kelas piano ini kecil-kecil semua, kecuali Seonho.

"Mulai saja ya. Jadi saya ada titipan dari Pak Seongwoo. Katanya beliau mau ada pertunjukan di luar negeri nanti." Pak Sungwoon mulai menjelaskan dengan wajah serius. Sesekali dia ngebenerin kacamatanya.

"Beliau butuh satu orang pianis. Tolong nanti pas Pak Seongwoo datang, kalian tunjukin permainan terbaik kalian." Lanjut Pak Sungwoon. Dia ngeliat ke arah gue, seperti mempertanyakan ngapain gue ada di kelas ini.

"Ah, permisi Pak Sungwoon. Saya mau liat aja, sekalian nunggu kelas di sebelah selesai." Kata gue sebelum Pak Sungwoon nanya. Mukanya Pak Sungwoon ga keliatan marah. Dia malah senyum ke arah gue.

"Ya, silakan liat hasil dari ajaran saya di kelas ini. Siap-siap untuk pindah ke kelas piano, karena ajaran saya itu selalu sempurna." Kata Pak Sungwoon dengan wajah penuh kebanggaan. Duh, gue tahu kok dari kejadian Baejin dan Seonho waktu itu kalau dia itu cuma memperbudak murid-muridnya buat kerja di kebun.

239 cmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang