Damar POV
Aku membaca kembali obrolanku dengan Saras, si gadis aneh, dari awal hingga saat ini. Benar saja. Gadis ini benar-benar aneh.
Dimana orang sudah tertidur pulas, dia masih bangun. Saat orang sudah bangun dan berada dikantor untuk bekerja, dia justru baru bangun. Ketika orang sibuk makan siang seperti saat ini, dia justru baru tiba di kantornya.
Aku tidak berhenti tersenyum membaca jawaban-jawabannya yang di luar dugaan.
“Cukup menarik” pikirku.
Aku akhirnya memutuskan untuk segera menyelesaikan makan siangku yang baru tiba.
“Ekkkk”
Nggak ada rasanya alias hambar. Akhirnya aku tambah sedikit garam dan merica yang ada di botol-botol kecil didepanku. Rupanya ini alasan mengapa di setiap meja tersedia garam dan merica.
Ah bodo amat. Aku disini untuk makan, bukan untuk menikmati makanan. Sikat saja lah...
Aku baru sehari berada di kantor Jakarta untuk menyelesaikan beberapa tugas. Untungnya tidak terlalu banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan selama seminggu nanti aku disini. Jadi aku bisa sedikit bersantai dan menikmati ibu kota yang katanya kejam ini.
#####
Aku melihat kembali tiket The Raid 2 yang baru aku beli. Film mulai jam 18.30, sekarang jam ditanganku menunjukkan angka 5. Masih lama.. Akhirnya aku putuskan untuk berjalan-jalan sebentar di foodcourt yang ada di salah satu mal terbesar di Jakarta ini.
Aroma makanan disini menggoda sekali. Tidak tahan aromanya yang nikmat, mengingat makan siangku tadi sama sekali tidak memuaskan, akhirnya aku memutuskan untuk memesan seporsi steak dengan sayuran dan kentang goreng. Sedangkan minumnya, aku lebih memilih air mineral dingin. Aku tidak terlalu suka minuman yang ada rasanya. Air putih lebih sehat.
Sambil mengunyah makanan yang sampai 15 menit kemudian, aku membaca lagi beberapa pesan di aplikasi media chatku.
"Huh, perempuan-perempuan jakarta sombong-sombong sekali. Diajak berkenalan, aku dibilang kepo. Kasihan kalau mereka wawancara kerja kalau jawabannya kepa kepo terus," gumamku setelah membaca balasan cewek-cewek yang ku ajak berkenalan.
Ah iya, Saras. Si gadis aneh yang berbeda. Aku akan mencoba mengajaknya ngobrol saja. Daripada makin bete dengan gadis-gadis sombong itu. Aku memfoto tiket yang tadi aku beli dan mengirimkan ke dia.
D: Aku lagi di XXI, mau nonton ini sendirian.
S: Okey, enjoy ur movie.
'Ih, segini doang?"
Aku mulai mengetik lagi
D: Filmnya bagus nggak? Semua tiket terjual habis. Ini tadi tinggal satu, makanya aku sendirian.
Agak lama, balasan dari Saras muncul.
S: Katanya sih bagus. Aku juga belum nonton. Nggak suka.
Hmm... Sepertinya gadis ini nggak suka film action.
D: Lalu kamu suka film apa?
S: Kartun. Eh aku rapat dulu ya, nggak enak sibuk sama hape dari tadi.
Kartun? Seriously? Perempuan seumur dia lebih suka nonton film kartun? Wow. Benar-benar aneh.
D: Okey, take your time.
Aku melanjutkan makanku sembari mengedarkan pandangan di sekitar. Siapa tau ada gerombolan cewek-cewek cantik yang bisa dibuat cuci mata. Dan ternyata memang lumayan para hijaber yang sedang makan bersama di meja ujung kanan bisa menyegarkan pemandangan yang seharian hanya berkutat dengan mesin-mesin tambang saja.
Ah, di meja sebelah kiriku juga ada beberapa gadis cantik tengah menikmati sepiring.. errr... sayuran mereka sambil berhaha hihi.
Rambut mereka tergerai hitam panjang dengan beberapa highlight. Ada juga yang rambutnua diwarna seperti artis-artis korea, blonde, sedikit sipit, dan berkulit putih cemerlang.
Pakaian yang mereka kenakan juga... hmmm... Pantas saja begitu banyak kejahatan di Jakarta ini. Mereka terlihat seperti orang berada, namun pakaian mereka yang bermerek itu ternyata jauh lebih mahal daripada paha mulus mereka.
Juga sebagian dada yang menyembul keluar. Menggoda untuk dipegang.
"Ah, mikir apa sih! Sadar Dam!"
Segera ku tepis pikiran mesumku dan bergegas menyelesaikan makan ini sebelum aku makin ngawur. Aku lirik jam di pergelangan kiriku, sudah jam 6. Sebaiknya aku bergegas. Aku ingin menikmati wajah cantik Julie Estelle dengan palunya di film yang akan ku tonton.
#####

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Tiba
RomanceBerawal dari satu keisengan di dunia maya saja saat berkenalan dengan Damar Satria Bagaskoro. Namun siapa sangka keisengan kecil itu justru membuat perubahan besar bagi kehidupan Sarasvati Wulan Sasongko, gadis 22 tahun yang bekerja di sebuah perusa...