HECTIC DAY 2

2.5K 23 4
                                    

Saras POV

Tit tit tit tit tit tit tit tit

Dengan malas aku membuka mata dan mematikan alaram di ponselku. Setelah chatting dengan kak Damar pagi tadi aku sempat ketiduran. Aku lihat ada beberapa email masuk. Sebagian besar dari pemberitahuan online shop tentang produk baru mereka. Ada beberapa email juga dari beberapa hotel dan catering yang berisi balasan emailku semalam.

Sebagian memberitahukan bahwa mereka tidak bisa menyanggupi permintaanku karena jadwal sudah padat. Namun ada beberapa dari mereka mengatakan ingin bertemu denganku untuk membicarakan penawaranku. Aku segera bangun dan menelepon kantor hotel dan catering tersebut.

“Baik mbak. Jam 11 ya? Saya akan datang ke kantor anda,” tutupku sambil menuliskan beberapa catatan di agendaku.

Ada 2 hotel dan 3 catering yang harus aku datangi hari ini. Hhhhh....  Baiklah... Sepertinya aku akan sangat sibuk sekali. Aku segera bangkit ke kamar mandi dan bergegas bersiap. Hari ini jadwalku padat sekali.

Ternyata segar sekali bangun di pagi hari dan mandi pagi. Sambil membuka jendela apartemen kamar kosku, aku mencoba hirup udara pagi yang masih segar. Tiba-tiba lagu milik Sabrina yang berjudul I’m Yours terdengar dari atas kasurku.

“Pagi Mbak Venny cantik. Ada apa?"

“Tumben lo udah bangun Ras?" Gimana urusan pertemuan tahunan PNG?”

“Ah.. Ternyata pagi-pagi mbak Venny ini telepon cuma buat memata-mataiku. Hahahah... Tenang. Hari ini aku udah janjian sama mereka buat nego. Doakan ya mbak”

“Bagus lah. Kalau ada apa-apa lo kontak gue aja. Hari ini gue nggak terlalu sibuk kok”

“Siap mbak. Tapi tolong bilangin bos ya, sepertinya aku baru kekantor malam nanti. Ada 5 tempat yang harus aku datangi”

“Beres. Semoga sukses Ras”

Mbak Venny ini memang senior paling baik yang pernah aku kenal. Dia nggak pernah segan membantu anak buahnya ataupun anak baru sepertiku. Meskipun dia juga sangat tegas dan disiplin. Sifatnya itulah yang membuatku kagum. Tidak heran banyak cowok di kantor yang naksir diam-diam kepadanya.

*******

Author POV

Setelah menyiapkan semua berkas yang diperlukan, Saras segera berangkat menuju lokasi pertama. Dengan hati-hati dia menyetir Kijang bututnya menerjang kemacetan Jakarta. Untungnya pagi itu hotel yang harus didatangi tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Dalam waktu 30 menit saja, Saras sudah tiba di parkiran hotel.

Sebelum turun dari mobil, Saras kembali memeriksa beberapa berkas yang harus dia bawa. Dia juga merapikan rambut panjang sebahunya yang hanya dikuncir kuda.

Pagi itu Saras tampak casual namun rapi dengan celana bahan yang pas dikakinya. Dia juga hanya mengenakan kemeja krem dengan blazer cokelat tua yang serasi dengan celananya. Dengan percaya diri gadis 23 tahun itu melangkah memasuki lobi hotel dan segera disambut PR yang baru muncul dari arah lift. PR itu segera membawa Saras ke ruangan pemasaran yang ada di sayap kiri gedung tersebut.

“Selamat pagi Mbak Saras. Silahkan duduk,” sapa Manajer Pemasaran hotel dengan senyum ramahnya.

Setelah berbasa basi sebentar, Saras segera mengajukan proposal yang sudah dia siapkan. Pihak hotel tampak antusias dengan penjelasan Saras. Namun wajah mereka langsung berubah ketika Saras menyebutkan nominal budget yang disediakan.

“Maaf Mbak Saras. Tadi acaranya untuk 10 Mei besok ya? Kami punya ruangan kosong. Namun dalam waktu yang mepet dan budget yang disediakan, kami rasanya sedikit keberatan,” ujar manajer Hotel to the point.

“Lalu berapa harga yang hotel ini minta?” tanya Saras tidak kalah to the point.

“Biasanya kami akan mengenakan tarif 2 kali lipat dari biasanya mbak. Apalagi diwaktu yang sangat sibuk seperti ini,” terang si manajer.

“Tapi bukannya belum ada antrian pemesanan untuk ruangan tersebut? Lagi pula ini bukan pertama kalinya kami akan menyewa ruangan dari hotel ini. Tidak bisakah hanya menaikkan sedikit saja dari harga biasa pak?” jawab Saras mencoba negosiasi.

“Tapi ini terlalu mepet mbak. Kebetulan pagi ini ada yang menanyakan ruangan itu untuk pernikahan. Dan mereka bersedia membayar tawaran kami. Namun kami tidak enak mengiyakan karena sudah ada janji sebelumnya dengan Mbak Saras,” tutur pihak hotel.

“Oh.. begitu. Baiklah. Saya tidak punya banyak waktu untuk bernegosiasi. Saya tetap pada keputusan saya. Jika kalian tidak melepasnya tidak apa-apa.” Saras mulai melunak.

Dia sudah bisa membayangkan kesulitan orang yang akan menikah itu untuk mencari gedung dengan harga terjangkau meskipun harus membayar dua kali lipat. Dia berpikir untuk mengalah. Toh masih ada 2 venue dengan standar harga yang beda tipis dengan hotel pertama ini.

“Kami mohon maaf Mbak. Mungkin lain kali kita bisa bekerja sama lagi” kata manajer hotel sambil mengantar Saras keluar ruangan.

Saras melangkah kembali ke parkiran mobil tetap dengan wajah tersenyum.

“Semangat lah. Masih ada tempat lain. Semoga bisa,” ujarnya menyemangati diri sendiri.

*****

Ketika Senja TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang