PERASAAN ANEH

1.7K 20 0
                                        

Saras POV

"Uuugghhhhh"

Aku merentangkan tangan dan menggeliatkan badanku dengan nyaman. Rasanya segar sekali. Sepertinya aku sudah tertidur cukup lama tadi.

"Eh udah nyampe mana ya? Kok busnya nggak kerasa bergerak?" Gumamku perlahan.

"Udah sampai dari tadi"

Sebuah suara terdengar dari arah depan kursiku. Refleks aku melongokkan kepala ke sumber suara. Terlihat seorang laki-laki yang tadi menyebutku 'gadis tukang nenen' tengah asik dengan ponselnya.

"Udah berapa lama?"

"Sekitar 10 menit yang lalu. Kamu tidurnya kayak kebo. Venny sudah membangunkanmu berkali-kali tapi kamu malah ngorok kayak babi"

Kurang ajar banget orang ini. Sudah berapa banyak julukan yang dia kasih ke aku! Enak aja ngatain orang sembarangan. Huh!

Dengan perasaan kesal aku merapikan rambutku dan bergegas keluar dari bus. Baru akan membuka pintu bus, terdengar ponselku bernyanyi.

"Ya Mbak Ven?"

"....."

"Udah. Baru aja. Kalian posisi dimana?"

"....."

"Oke aku segera kesana"

Sedikit tergesa aku melangkah keluar tanpa sadar kalau ada satu pijakan di bawah pintu.

"Waaaaaaa!!!"

GEDEBUKKKK

Tubuhku mendarat dengan sukses di aspal dengan posisi miring ke kanan. (Bayangin deh..coba.. Kayak gimana itu posisinya. Hehehe)

"Are you ok?"

Sebuah tangan membantuku untuk berdiri.

'Ok ok pala lu' rutukku dalam hati.

Udah tau orang nyungsep gini masih kelihatan ok apa.

"Aku nggak apa-apa"

"Makanya kalau jalan dilihat dulu. Jangan asal jalan aja"

"Aaaah.. Sakit"

Aku menjerit kecil saat orang itu menarik tanganku. Nyeri banget...

"Gimana nggak sakit. Tanganmu lecet gini. Ayo kita masuk aja. Kita minta obat ke dalam. Masih bisa jalan?"

"Bisa kok. Bisa..."

Aku mencoba melangkah. Tapi ternyata kakiku terasa sangat sakit. Hampir saja aku jatuh lagi kalau orang itu nggak segera menopang tubuhku.

"Udah nggak usah sok nggak kenapa-kenapa. Kayaknya kakimu sedikit terkilir. Udah kita jalan pelan-pelan aja"

Mau nggak mau aku nurut. Daripada makin parah. Laki-laki menyebalkan itu memapahku berjalan masuk ke gedung yang tak jauh dari tempat bus kami parkir.

Sudah berapa lama aku nggak sedekat ini dengan laki-laki. Rasanya aneh, tapi nyaman. Aroma Bellagio rave cultur tercium samar dari tubuh laki-laki yang tengah merangkulku ini. Entah kenapa jantungku tiba-tiba berdetak semakin kencang. Tapi aku justru merasa nyaman.

Sampai di dalam gedung, dia membawaku duduk di salah satu kursi terdekat. Tak lama kemudian dia muncul lagi dengan sekotak alat PPGD (kalau dulu disebutnya P3K) yang entah dia dapat dari mana. Sesaat kemudian datang seorang waitress dengan baskom kecil berisi air es dan langsung diberikan pada laki-laki yang menolongku tadi.

"Ditahan bentar ya. Ini agak sakit"

"Aaaauuuuw.. Periiihhh..." jeritku tertahan.

"Jangan manja. Kalau mau sembuh ya harus ditahan sakitnya"

Selanjutnya dia membersihkan luka di tangan dan sedikit di pipiku dengan air es tadi. Setelah bersih, dia melanjutkan dengan menggunakan antiseptik yang sudah dituangkan di kapas untuk mengoles luka-luka itu. Aku hanya bisa memejamkan mata sambil mengigit bibir menahan sakit.

####

Damar POV

Gadis dihadapanku berhenti menjerit. Saat akan mengobati beberapa goresan di pipinya, aku melihat dia memejamkan mata erat-erat dan menggigit bibir bawahnya.

Baru kali ini aku mengamati wajahnya dari dekat. Saat di bus tadi aku hanya bisa melihatnya dari jarak yang lebih jauh dari sekarang.

Entah kenapa tanganku sedikit bergetar saat menyentuh pipinya. Gadis ini cukup cantik meskipun tak secantik gadis-gadis yang pernah aku kencani. Alis matanya terlihat rapi meskipun tidak ada tanda-tanda bekas dicukur atau dicabut. Bulu matanya panjang dan lentik. Meskipun dia memakai maskara, tapi sepertinya memang lentik alami.

Hidungnya tidak mancung, tapi juga tidak pesek meskipun tergolong mungil. Pipinya sedikit chubby dan membuatku gemas ingin mencubitnya. Dagunya sedikit belah ditunjang dengan bibirnya yang berwarna pink dengan sapuan lipgloss terlihat penuh dan... dan... Errrr...

Menggoda untuk dicium.

Aku menggelengkan kepala perlahan berusaha menepis pikiran kotor yang muncul tiba-tiba. Lebih baik aku segera selesaikan ini daripada pikiranku semakin tak terkendalikan.

"Udah. Selesai"

Dia membuka mata. Sedetik kemudian dia memundurkan kepalanya dan memalingkan wajah. Sekilas aku melihat pipinya yang disapu blush on semakin memerah.

"Te..terimakasih pak"

"Sudah ku bilang namaku Satria. Jangan lagi panggil aku pak. Aku belum setua itu"

"Iya iya. Terimakasih Satria"

"Ya sudah kalau begitu. Kamu udah nggak kenapa-kenapa kan? Aku mau nyusul orang-orang"

"Aku disini dulu aja. Kakiku masih nyeri"

"Ok"

Ketika aku baru melangkahkan kaki, tiba-tiba suara agak cempreng itu memanggilku. Mendadak aku berhenti dan memutar badanku ke arahnya. Dia kenapa ya? Masih sakit kah?

"Apa?"

"Enggak, cuma mau bilang makasih aja. Makasih ya udah mau ngobatin lukaku Satria"

"Hm"

Dengan langkah kupercepat aku meninggalkan gadis itu sendirian. Tiba-tiba aku merasa ada yang aneh dengan jantungku. Saat tanganku menempel di dada, rasa detaknya sangat kencang.

Jangan-jangan aku sakit jantung? Ah entahlah.

####

Ketika Senja TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang