Author POV
Akhirnya acara pertemuan PT PNG tinggal menghitung jam saja. Saras sejak siang tadi sudah berada di Bandung untuk mengawasi persiapan di Waroeng Daoen. Urusan di Jakarta sudah selesai dia kerjakan. Bus untuk angkutan sudah siap. Memang pada akhirnya mereka akan menggunakan bus milik PT PNG.
Saras melihat lagi ruang utama yang akan digunakan sebagai tempat pertemuan. Kursi-kursi sudah ditata melingkari meja. Satu meja berisi 6-7 kursi. Sedangkan di sisi depan sudah siap panggung kecil untuk pertunjukan dan sambutan-sambutan. Spanduk acara juga sudah menempel rapi di dindingnya.
"Halo Mbak Saras. Bagaimana? Sudah siap semuanya? Masih ada yang kurang?"
Dewi menyapa Saras yang tengah menginstruksikan pekerjanya untuk memindahkan alat-alat musik agar lebih indah di pandang nantinya.
"Eh Mbak Dewi. Alhamdulillah sudah mbak. Tinggal masang nama-nama tamu di meja aja. Urusan makanan gimana?"
"Inshaa Allah sudah 90 persen Mbak. Tinggal kita masak yang sekiranya hanya butuh waktu sebentar aja. Mbak Saras ada agenda lagi setelah ini?"
"Belum ada lagi nih mbak. Eh, Mbak Dewi tahu studionya Keroncong Puteri nggak? Katanya mereka mau latihan sore ini. Aku mau lihat,"
"Oh itu.. Di daerah Buah Batu itu mbak. Yuk aku antar. Mumpung sudah free"
"Makasih lho Mbak Dewi. Sering-sering aja mau aku repotin. Hehehe"
####
Saras POV
Berjalan-jalan di Kota Bandung melayangkan ingatanku pada kenangan-kenangan yang pernah aku alami disini. Ya, aku pernah beberapa waktu tinggal disini setelah lulus kuliah. Mencoba peruntungan dengan mengikuti berbagai tes wawancara kerja.
Oh iya, aku sudah kembali ke Waroeng Daoen setelah sekitar satu jam melihat latihan Keroncong Puteri, band pengisi acara besok. Saat ini aku tengah menanti kedatangan karyawan PNG yang akan tiba sebentar lagi. Acara memang baru dimulai besok pagi, namun beberapa karyawan dari luar kota dan luar pulau sengaja datang lebih awal agar bisa beristirahat.
"Saras"
"Eh Pak Sugi"
"Sudah siap semua kan?"
"Alhamdulillah sudah Pak. Bapak kapan datang?"
"Sudah sore tadi. Saya datang bersama Stevan. Saya dengar tadi kamu sedang melihat latihan pengisi acara? Siapa?"
"Iya Pak. Grup band perempuan indie dari Bandung. Namanya Keroncong Putri. Mereka masih muda-muda tapi sangat piawai memainkan lagu keroncong. Bapak jangan khawatir, keroncong yang mereka mainkan tidak hanya lagu-lagu keroncong lama. Tapi mereka bisa memainkan lagu-lagu pop masa kini dan diubah ke keroncong"
"Saya bisa percaya seleramu?"
Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan Bos Besar PNG itu. Rupanya dia belum bisa benar-benar percaya dengan pekerjaanku. Wajar sih, kan aku masih bayi di perusahaan ini, dan tiba-tiba diberi tanggung jawab yang cukup besar. Dia belum mengenalku.
"Percayakan pada saya Pak. Silahkan rekomendasikan pemberhentian kerja saya pada Pak Stevan kalau ternyata kerja saya kurang memuaskan Bapak"
Setelah mendengar jawabanku, Pak Sugu hanya manggut-manggut dan beranjak pergi. Aku sendiri memilih untuk berjalan-jalan sebentar sebelum kembali ke kamarku.
Hari ini cukup melelahkan. Memastikan semuanya berjalan dengan baik hingga hal terkecil. Aku tidak mau klienku kecewa. Apalagi ini tugas besar pertamaku.
Saat melewati areal kolam pemancingan, aku melihat dua orang sedang ngobrol. Eh tapi lebih terlihat seperti sepasang kekasih habis bertengkar dan si cewek sedang berusaha meminta maaf.
Ketika semakin dekat, aku kaget melihat dua orang yang ternyata Mbak Dewi dan Satria. Satria hanya diam dan terlihat ingin pergi dari situ, tapi Mbak Dewi memegang tangannya dengan wajah memohon. Samar- samar aku mendengarvsuara Mbak Saras seperti meminta maaf dan pengertian Satria.
Ah, mereka kenal? Kenapa mereka seperti sepasang kekasih yang bertengkar?
"Mbak Dewi, Pak Satria"
Aku menyapa mereka setelah jarak kami cukup dekat.
"Eh Mbak Saras"
Kedua orang itu terlihat kaget saat melihatku. Mbak Dewi buru-buru melepaskan tangannya dari lengan Satria.
"Belum istirahat Mbak Saras?"
"Ini aku baru mau ke kamar Mbak. Tadi habis ngecek ruang utama sekali lagi dan akhirnya berjalan-jalan sebentar"
"Oohh.. Begitu"
"Eh aku ke kamar dulu ya Mbak. Mari pak Satria"
Aku menganggukkan kepala sekilas dan segera berjalan menuju kamar. Sedangkan kedua orang tadi masih terlihat canggung saat aku pergi.
Mereka berdua ada hubungan apa ya? Sepertinya mereka sudah saling kenal sejak lama? Waktu aku mengenalkan mereka juga keduanya tampak terkejut meski pada akhirnya berkenalan.
Ah sudah lah. Buat apa aku memikirkan urusan orang lain. Apapun hubungan mereka tidak berpengaruh juga dalam hidupku. Aku mempercepat langkahku ke kamar. Lebih baik aku segera tidur daripada terua bertanya-tanya tentang Mbak Dewi dan Satria.
####
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Tiba
RomanceBerawal dari satu keisengan di dunia maya saja saat berkenalan dengan Damar Satria Bagaskoro. Namun siapa sangka keisengan kecil itu justru membuat perubahan besar bagi kehidupan Sarasvati Wulan Sasongko, gadis 22 tahun yang bekerja di sebuah perusa...