TERLALU CEPAT

1.4K 33 8
                                        

Halo para readers yang budiman. Maafkan saya baru sempat update, dan part ini hanya pendek.

Para readers yang budiman, jujur saya sedang galau. Menurut kalian, apakah baiknya cerita ini mau langsung di end-kan saja? Bisa kasih masukan ya, apa yang kalian pengen ada di cerita ini di part-part selanjutnya?

Ramadhan tahun ini ternyata membuat saya jauh lebih hectic dari tahun lalu para readers yang budiman. Maaf kalau tidak bisa rutin updatenya..
Btw, thanks buat vote dan sudah mau baca cerita geje ini.. ^_^
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Author POV

Saras keluar dari mobilnya saat terdengar suara ponsel berbunyi.

D: Udah nyampe mana? Awas jangan sampe nggak datang.

S: Udah diparkiran.

Dengan sedikit tergesa dia naik ke lantai tempat studio Blitz berada. Berbagai pertanyaan sudah siap dikepalanya. Begtu bertemu Damar aka Satria nanti, dia sudah berencana meminta penjelasan pada cowok yang sudah mengganggu ketenangan hidupnya itu.

Sesampainya didepan Blitz, Satria langsung berdiri dan menghampiri Saras.

"Ayo ikut"

"Kemana?"

"Udah ikut aja dulu"

Saras berusaha mengikuti langkah lebar Satria dari belakang. Anehnya, justru laki-laki itu mengajak Saras turun lagi beberapa lantai. Rupanya Satria mengajak Saras ke Magnum Cafe. Dia terlihat melewati antrian begitu saja dan langsung menunjukkan sesuatu pada security.

Masih dengan langkah lebar, Satria menuju ke balkon dan menempati kursi di salah satu sudut yang ditunjuk oleh karyawan cafe itu. Setelah duduk, Saras langsung membuka tasnya dan memberikan jaket pada laki-laki yang sudah duduk di hadapannya.

"Makasih jaketnya. Aku balik dulu"

Saras bergegas berdiri setelah berpamitan pada Satria. Hilang sudah pertanyaan dan rasa penasaran yang sejak tadi disimpannya. Jantungnya sudah berdetak tak karuan. Saras takut kegugupannya itu akan tercium oleh lawan bicaranya.

"Loh. Kok gitu? Nggak bisa, lo duduk dulu disini"

"Aku cuma mau balikin jaket"

"No Saras. Paling tidak duduklah sebentar dan pesan minum sebelum pergi. Lo nggak ngehargain gue kalo lo pergi sekarang"

Sampai pelayan datang Saras masih terdiam. Dia bingung harus melakukan apa.

"Ras, pesen apa?"

Suara Satria membawa Saras kembali ke dunia nyata. Dia akhirnya kembali duduk dan memesan magnum clasic dengan topping aneka buah. Satria memesan menu yang sama dan dua piring snack untuk menemani mereka.

"Lo kenapa?"

"I'm okay"

"You're liar Ras"

Percakapan mereka diinterupsi oleh waitress yangembawakan pesanan Saras dan Satria itu.

"Lo nggak baik-baik aja. Gue tau. Lo kenapa?"

Saras hanya bisa diam. Sedetik kemudian dia mengubah arah pandangannya menuju matahari yang mulai beranjak ke peraduannya. Warna jingga kemerahan itu berhasil membuat Saras sejenak melupakan perasaannya yang campur aduk.

Tanpa dia sadari, tangan Satria mengangkat ponsel dan mengcapture momen indah didepannya. Perpaduan senyum seorang gadis yang dia kagumi, ditambah dengan senja yang indah.

"Ras.."

"Maumu apa Sat.. Dam.. Ah, aku harus memanggilmu apa? Namamu ada dua, dan dengan dua karakter yang beda. Saat ini aku bicara dengan siapa? Damar atau Satria?"

"..."

"Pernah ngerasain terbang terus jatuh nggak? Sakit? Ah mungkin kamu selalu bahagia ya. Hidupmu sepertinya baik-baik aja. Waktu itu kenapa kamu bisa mesum didepan  bungalo sih? Nggak malu apa kalau ketahuan orang? Atau kamu udah nggak tau malu? Itu istrimu? Yah walaupun istri sih tapi nggak sebaiknya seperti itu,"

Tiba-tiba Saras berbicara tanpa henti. Dia meracau menumpahkan segala unek-uneknya yang sedari tadi hanya di pendam.

"Namanya Mia. Dia bukan siapa-siapa Ras. Okey, just listen to me, i will tell you about me,"

Damar menceritakan semuanya pada Saras. Bagaimana dia memulai menghidupkan alter egonya didunia maya. Bagaimana akhirnya dia bertemu dengan Mia dan dekat dengannya. Hingga kejadian memalukan di Bandung yang bisa saja membuatnya didepak dari perusahaan tempatnya bekerja sekarang.

"Aku tau kamu kecewa dan sedih Ras. Aku juga tau kamu mulai menyukaiku. Aku memang brengsek. Tapi, bisakah kamu membuatku kembali jadi yang dulu?"

"Maksudmu?"

"I think i like you Saras"

"..."

"Kamu baik, kamu menarik, kamu unik. Bisakah kita jalan pelan-pelan dari sini?"

"Beri aku waktu mengenalmu lebih lagi"

#####

Saras POV

"Beri aku waktu mengenalmu lebih lagi"

Aku kemudian diam dan sibuk dengan es krimku yang mulai meleleh setelah mengucapkan kalimat terakhir tadi. Pikiranku yang sedang kacau makin kacau dengan semua penjelasan Satria.

Apa mungkin aku bisa menerima dia begitu saja setelah semua yang aku lihat? Dan bagaimana bisa dia tiba-tiba menyukaiku. Tidakkah itu terlalu cepat?

#####

Pendek banget kan ya? Maaf para readers yang budiman..

PS: Apa kabar kamu? Iya, kamu.

Grazie~

Ketika Senja TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang