SAKIT DAN PENYESALAN

1.4K 46 8
                                    

Halooo...
Author amatir muncul lagi.
Biar deh dibilang nggak konsisten karena votenya belum nyampe 13 tapi udah updet.
Gimana ya.. Soalnya readers yang budiman ada baik kasih komen sih. Kan saya jadi sukak. Hehehe...

Part ini saya persembahkan buat @EtaLemoe karena sudah mau jadi pertamax di kolom komentar. Juga buat @ganisca yang sudah membuat saya terharu karena dukungannya.

Terimakasiih readers yang budiman... Lov you dah... ^_^

Selamat berlayar...

####

Author POV

Tok tok tok

"Saraas! Open the dooor!”

Saras masih bergelung di dalam selimutnya saat seseorang di luar sana tidak sabar menggedor pintu kamar Saras sejak 15 menit lalu. Gedoran di pintu semakin keras memaksa gadis itu beranjak dari kasur nyamannya untuk membuka pintu.

"Lama banget sih buka pintunya! Eh, lo kenapa? Kok pucet?"

"Masuk mbak"

"Saras, lo sakit ya? Ah badan lo demam"

"Semalam aku kehujanan mbak"

"Ck. Lo udah minum obat? Tadinya gue mau ajak lo sarapan. Tapi kalo lo kayak gini gue ambilin sarapan dulu deh. Habis itu lo ke rumah sakit aja. Nggak usah ikut kegiatan hari ini"

"I am ok mbak Venny yang cantik. Aku nggak perlu ke rumah sakit. Nanti juga sembuh. Aku nggak bisa nggak ikut lah, kan aku yang bertanggung jawab. Lagi pula cuma setengah hari"

"Tapi lo kayak gini. Ntar kalo makin parah gimana?"

"Aku cuma butuh minum obat. Nanti aku nggak akan terlalu sibuk deh. Aku kuat mbak"

"Ya udah terserah lo aja. Gue ambilin lo makan dulu ya"

Saras hanya mengangguk. Saat Venny sudah keluar dari kamarnya untuk mengambil makanan, Saras segera bersiap-siap. Hari ini hari terakhir acara PT PNG. Dia menjadwalkan acara jalan-jalan di Kota Bandung untuk beli oleh-oleh sebelum mereka kembali ke Jakarta.

####

Venny meminta pramusaji untuk menyiapkan menu sarapan Saras. Sementara dia sendiri juga asik memilih beberapa potong roti dan selai untuk mengisi perutnya. Para karyawan PNG yang juga tengah mengantri makanan menyapa Venny dengan ramah.

Tidak lama kemudian, datang Stevan bersama Sugi dan Satria yang kelihatannya baru akan mengambil makanan.

"Ven, mana Saras?” tanya Stevan

"Ada di kamarnya. Ini gue lagi ambilin dia sarapan"

"Dia kenapa? Sakit?"

"Sepertinya begitu. Badannya demam. Tadi gue lihat dia juga pucat gitu."

"Mungkin dia kelelahan. Pasti akhir-akhir ini dia sibuk mempersiapkan acara ini. Ajak dia ke rumah sakit Stevan. Bagaimana kamu ini jadi atasan" timpal Sugi.

"Semalam dia kehujanan. Saya tadi sudah membujuknya untuk ke rumah sakit pak. Tapi dia tidak mau. Dia bilang hanya butuh minum obat saja" sela Venny.

Mereka bertiga masih terus membicarakan keadaan Saras tanpa tahu bahwa ada seseorang yang dari tadi cemas setelah mendengar percakapan itu. Setelah sarapan Saras yang dipesn tadi siap di nampan, Venny segera berpamitan untuk ke kamar Saras.

Satria yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka diam-diam mengirimkan pesan ke Saras melakui wechat.

D: lo sakit ya? Sakit apa?

Tidak ada balasan. Dia mengirim pesan lagi.

D: Ras, are u ok?

Lagi-lagi tidak ada balasan.

Penasaran, Satria kemudian menekan tombol call pada aplikasi itu. Berkali-kali dia mencoba, tetap tidak ada respon dari si gadis aneh yang telah memergokinya berbuat mesum semalam.

Setelah mencoba dan selalu tanpa hasil, Satria akhirnya menyerah dan memutuskan untuk segera menghabiskan sarapannya dengan kesal.

####

Rombongan karyawan PNG akhirnya berangkat ke kawasan yang tidak terlalu jauh dari Waroeng Daoen. Mereka menyebar ke berbagai factory outlet yang menjamur di sepanjang jalan Dago. Masing-masing ingin membeli kebutuhan fahion mereka dan beberapa oleh-oleh untuk kekuarga di rumah.

Satria tampak mencari Saras diantara orang-orang yang berjubel itu. Dia memang tidak satu bus dengan gadis itu karena mereka berangkat juga tidak bersama. Tapi sepertinya gadis yang dicarinya tidak ada diantara ratusan orang itu.

"Ven, Saras dimana?" dia langsung bertanya pada Venny yang kebetulan lewat di sampingnya.

"Ada di busnya. Ada apa lo nyari dia?"

"Nggak apa-apa. Sudah sehat dia?"

"Masih demam. Tadi udah minum obat tapi belum ada pengaruhnya"

Setelah berbasa-basi sebentar, Satria segera menuju bus Saras. Dia ingin memastikan keadaan gadis yang mulai memasuki hidupnya itu.

Bus yang ditumpangi Saras terlihat sepi. Hanya sopir bus yang sedang menghirup kopi di kursinya sambil menunggu penumpangnya berjalan-jalan.

Satria tersenyum sekilas kepada sopir bus yang menawarinya kopi. Dia berjalan sampai di kursi ketiga dari depan sebelah kiri, dan melihat Saras disana. Dengkuran halus terdengar dari bibir gadis itu.

“Obatnya pasti sudah bereaksi. Saras, are you ok?”

Satria menggumam pelan sambil duduk di sebelah saras. Dia mengamati wajah Saras yang terlelap. Gadis itu memiliki wajah yang polos saat tertidur. Pelan-pelan Satria menempelkan tangannya ke kening Saras.

“Badannya masih demam. Kasihan dia semalam kehujanan”

Tiba-tiba Saras bergerak tidak nyaman. Tangannya bersendekap. Dahinya mengkerut menandakan tidurnya terganggu. Satria menyadari sepertinya gadis di depannya kedinginan. Dia segera melepas jaketnya dan menyelimutkan ke tubuh saras. Pelan-pelan telunjuknya menentuh dahi Saras yang berkerut dan mengusapnya lembut hingga dahi itu kembali normal.

Tangan Satria perlahan turun ke pipi Saras dan mengusapnya pelan. Dia sadar, gadis di hadapannya itu sepertinya kesal karena melihat adegan tidak senonoh semalam. Satria bukanlah lelaki bodoh. Dia tahu bahwa Saras mulai menyukainya. Dari sikapnya, dari setiap reaksinya saat tanpa sengaja mereka bersentuhan. Satria sangat menikmati itu.

Satria mengenang kembali perkenalan mereka berdua yang tanpa sengaja melalui dunia maya. Obrolan mereka selalu seru meskipun topiknya tidak pernah penting dan selalu loncat-locat dan absurd.

Hingga akhirnya mereka bertemu tanpa sengaja di kantor Saras. Diam-diam Satria selalu memperhatikan gerak-gerik gadis yang menurutnya sangat unik itu. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang gadis yang seharusnya bisa memikat pria-pria dengan paras manis dan tubuh padat berisinya itu justru terlihat seperti anak-anak yang ceroboh.

Meskipun begitu, Satria juga mulai menyukai keunikan Saras. Gadis itu memilik banyak nilai lebih selain kecerobohannya. Dia mandiri, cekatan, cerdas, meski kadang sedikit pelupa dan teledor.

Tangan Satria bergerak turun ke bibir Saras. Hembusan uap panas terasa sekali di jemari Satria dari nafas gadis itu. Perlahan-lahan Satria mendekati wajah Saras. Mengecup pipinya sekilas.

“Maafkan aku Ras. Seharusnya kamu tidak perlu melihat itu semalam. Maafkan aku”

####

Maaf ya pertanyaan tentang gadis yang bersama Damar aka Satria belumterjawab di part ini.
Kita lihat saja nanti seperti apa.

Btw, selamat berpuasa buat readers yang budiman yang menjalaninya... Semoga puasanya lancar dan berkah sampai lebaran nanti.

Kelupaan. 13 vote for next chapter yak... ^_^

Grazie~

Ketika Senja TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang