PAGI PERTAMA

1.8K 32 0
                                    

####

Tit tit tit tit tit tit tit tit

Alarmku berbunyi nyaring sekali. Dengan malas tanganku meraba nakas, tempat dimana ponselku selalu beristirahat tiap malam.

Jam 9 pagi..

Setengah mataku yang baru terbuka langsung melihat ada beberapa pesan di aplikasi chat. Dari Kak Damar..

“Hey”

“Pagi”

Keduanya dikirim sekitar jam 5 pagi.

Tak ku balas.

Ku letakkan lagi iphone 5 ku ke nakas yang berada tepat di samping tempat tidurku.

“Ugghhh... Pagi Raras... “ gumamku pada diri sendiri sambil meregangkan otot-otot yang sudah cukup beristirahat semalam.

Setelah nyawaku cukup terkumpul, kembali aku meraih ponsel dan menyalakan beberapa lagu dengan irama up beat. Memaksa tubuhku berdiri, dan beranjak ke kamar mandi untuk menunaikan hajat rutin setelah bangun tidur.

Badanku lumayan segar setelah bersentuhan dengan air dingin pagi ini. Tidak terasa badanku mulai bergoyang-goyang mengikuti irama musik yang sejak tadi mengalun menambah semangat mengawali hari.

Iya, aku suka menari.

Meskipun aku tidak pernah mengikuti kursus tari, tapi aku suka mengikuti irama musik dan membuat gerakan tubuhku sendiri. Rambut hitamku yang dikuncir kuda bergoyang-goyang mengikuti gerakan tubuhku dengan sangat percaya diri.

Menari memang jadi rutinitasku setiap pagi. Aku sangat benci olahraga. Makanya aku pilih tari sebagai salah satu pengganti olahraga. Aku senang, dan yang terpenting tubuhku tetap berkeringat kan?

Jangan protes.

Puas menggerakkan tubuh secara acak selama 30 menit, aku kembali memeriksa ponselku untuk membalas pesan dari Kak Damar.

“Pagi” *send

Tidak lama terdengar lagi tanda pesan masuk

D: “Baru bangun? Hih, anak gadis bagun siang”

S: Biarin. Selama gue baru buka mata itu artinya masih pagi.

D: Mana bisa. Duh duh duh... pemalas.

“Sial. Aku dikatain pemalas”

S: Gue baru tidur jam setengah 4 tadi. Wajar dong.

D: Ngapain baru tidur jam segitu? Insomnia?

S: Enggak, ada kerjaan yang harus gue kelarin.

Tidak ada balasan lagi.

Baiklah. Lagipula aku harus segera bersiap untuk berangkat ke kantor.

Jam di tanganku sudah menunjukkan angka 10. Aku bergegas mandi dan bersiap.

Hanya butuh waktu 20 menit sampai di kantor. Ternyata orang-orang sudah berada di tempatnya masing-masing. Aku juga segera duduk dan menyalakan komputerku. Mengecek email, siapa tahu ada tugas baru lagi.

Kalian pasti merasa aneh, aku mengatakan bahwa aku jurnalis, bekerja di kantor, tapi jam 10 lebih baru masuk?

Aku memang bekerja sebagai jurnalis di suatu perusahaan yang bergerak di bidang event organizer, tur dan travel. Aku bertugas membuat ulasan tentang tempat-tempat menarik untuk dikunjungi. Ulasan itu nantinya diunggah di situs perusahaan, untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi orang yang ingin memesan paket tur di tempat kami.

Bekerja ditempat ini sangat menyenangkan. Aku bisa bekerja sekaligus berlibur jika sedang ditugaskan keluar kota. Bahkan aku juga sekalian berwisata kuliner untuk mengulas dan mencari tempat-tempat yang sekiranya menarik untuk ditawarkan.

Aku baru beberapa bulan bekerja disini. Belum terlalu banyak tempat yang aku datangi. Tapi aku yakin suatu saat nanti pasti aku bisa mengelilingi Indonesia dengan pekerjaanku ini.

Setelah selesai mengecek email, aku segera memindahkan tulisan karyaku semalam ke folder kantor untuk di edit dan diunggah.

“Bagaiana perjalananmu ke Bali kemarin? Menyenangkan?” tegur seseorang yang sepertinya ditujukan padaku.

“Eh bos. Menyenangkan. Sangat. Terimakasih,” jawabku.

“Tugas yang aku berikan beres kan?” ujar laki-laki berusia 30 tahun itu tepat disamping mejaku.

Aku hanya mengacungkan jempol sambil tersenyum pada atasanku itu.

Bosku itu memang masih muda. Tapi dia sudah bisa membawa perusahaan atas namanya sendiri itu hingga menjadi salah satu perusahaan EO dan travel terkenal di Indonesia.

Ngomong-ngomong, namanya Adi. Dia merintis usaha ini sejak masih duduk di bangku SMA. Tapi awalnya dia hanya bergerak di bidang event organizer saja. Tur dan travel baru dimulai setahun ini. Tapi kami sudah punya cukup banyak pelanggan yang meminta jasa tur dan travel.

Rata-rata mereka adalah pelanggan EO yang akhirnya tertarik mengadakan acara sambil liburan ke luar kota. Tak heran bisa sesukses ini. Keren sekali kan?

Makanya aku sangat kagum pada semangat dan perjuangannya itu. Suatu saat aku ingin menjadi seperti dia.

Setelah bos Adi pergi, aku melanjutkan pekerjaanku. Sesekali aku mencari tempat-tempat indah di google yang belum pernah dimuat oleh perusahaan ini.

Tring...

Bunyi pesan di ponselku membuatku berpaling.

D: What are u doing?

S: Working.

D: Don’t u get a lunch?

Aku melirik jam tangan di pergelangan kiriku. Jam tangan hadiah dari ibu saat ulang tahunku ke-17.

Ternyata sudah jam 12.30 jam kantor normal istirahat. Tapi diperusahaan ini, kecuali admin, sekretaris, dan marketing, bebas beristirahat jam berapapun asal pekerjaan kami selesai tepat waktu. Makanya aku tidak terlalu perhatian dengan jam makan siang.

S: Ya, nanti saja. Aku baru saja tiba, tidak mungkin aku langsung pergi lagi untuk makan siang.

D: Hahaha. Pekerjaanmu aneh sekali.

S: Biarin.

Kemudian aku sibuk lagi tengan tulisanku.

###

Ketika Senja TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang