ADA YANG ANEH

1.3K 37 2
                                    

Hi... I'm back!

Maafkan saya... Saya baru bisa update setelah hampir sebulan lamanya.

Mumpung masih syawal, saya mengucapkan mohon maaf lahir batin atas segala salah dan khilaf.

Hehehe...

Silahkan berlayar para reader yang budiman...

-------------------------------------------------------------

Saras POV

Aku melajukan mobilku pelan berkeliling kota Jakarta yang lengang. Jam di dashboardku sudah menunjukkan angka 00.05 WIB. Tapi aku rasanya sama sekali belum ingin kembali ke rumah. Pikiranku masih berkelana tanpa tujuan seperti mobil yang ku kendarai ini. Aku msih kepikiran percakapanku dengan Satria sore tadi.

"Apa iya di serius? Tapi dia semesum itu. Jangan-jangan kalau belum kepergok mereka benar-benar masuk kamar dan melakukan yang iya-iya?"

Jujur saja hatiku kebat-kebit tak karuan. Antara senang, kaget, sekaligus kesal. Cowok macam apa yang tiba-tiba bilang suka padahal baru kemarin aku lihat dia bersama cewek lain? Kampret banget sih!

Akhirnya setelah puas menikmati malamnya jalanan Jakarta, aku meluncur pulang. Kepalaku butuh didinginkan daripada besok kerjaanku berantakan. Masa bodoh lah sama Satria alias Damar itu.

#####

Ponselku tidak berhenti berdering sejak tadi. Dengan malas aku meraihnya dan mematikan ponsel yang sudah mulai butut itu. Namun rasa kantuk dan malas seketika lenyap saat melihat jam menunjukkan angka 11 siang. Dengan segera aku melompat ke kamar mandi bersiap-siap pergi ke kantor.

Sesampainya di kantor, justru pandangan aneh dari mbak Venny yang menatapku sejak masuk ke ruangan. Beberapa pasang mata dari teman-teman sekantorku juga memberikan tatapan yang sama.

"Kenapa sih pada ngliatin aku sampe segitunya?" bentakku kesal.

Orang-orang yang sejak tadi memandangku spontan mengalihkan pandangannya dan kembali mengetik dengan kacau. Aku tahu itu hanya untuk mengalihkan perhatian dari bentakanku saja.

"Loh mbak Saras masuk toh? Kagak Ino siapin minum kan. Mbak saras mau diambilin minum sekarang aja?"

"Boleh deh No. Es teh manis gulanya dikit ya"

"Siap mbak"

Aku menghempaskan tubuhku ke kursi sambil menyalakan  PC di mejaku. Ino, OB kantor membawakan pesananku dan pamit pergi bersamaan dengan mbak Venny yang tiba-tiba menghampiri mejaku.

"Lo ngapain masuk?"

"Lah ini hari senin mbak"

"Kan kemarin Stevan udah ngasih lo libur dua hari. Lagian bukannya lo sakit? Gimana badan lo?"

"Udah enakan kok mbak. Eh masa sih aku disuruh libur? Tau gitu tadi aku nggak usah kekantor"

Aku bersungut-sungut menyadari kecerobohanku. Aku baru ingat, sebelum mengantarku pulang, pak Stevan menyuruhku libur. Apalagi badanku kemarin memang sedang tidak sehat. Tau begitu tadi aku teruskan saja tidur. Ini sudah sampai kantor masa mau pulang lagi?

"Udah, kalo lo mau pulang, pulang aja nggak apa-apa. Daripada lo nggak jadi istirahat"

"Eh, mbak Venny tau aja apa yang aku pikirin"

"Mumpung bos belum datang. Pulang aja"

"Emm.. Ya udah aku pulang ya mbak?"

"Iya. Eh lo bawa mobil nggak?

"Bawa mbak. Kenapa?"

"Hehehe.. Gue nebeng ke Senayan ya?"

"Pantesan aku disuruh pulang. Cari tebengan ternyata dianya," aku mencebikkan bibirku ke arah perempuan keturunan Tionghoa itu.

"Hehehe.. Daripada bawa mobil sendiri Ras. Capek."

Mbak Venny mengekoriku berjalan ke parkiran. Aku merasa ada yag ingin dia sampaikan padaku. Pasalnya sejak tadi aku melihatnya memandamgku dengan wajah sangat penasaran tapi tidak juga disampaikan.

Kami memasuki mobil dengan diam. Suasana agak canggung sangat terasa antara kami berdua. Tapi aku putuskan untuk diam dan menunggu sampai seniorku itu berbicara dengam sendirinya.

Jalanan agak padat dengan mobil para karyawan yang tengah istirahat makan siang. Sampai akhirnya mbak Venny mulai buka suara.

"Ras"

"Ya mbak?"

"Gue boleh nanya sesuatu nggak?"

"Nanya aja sih mbak. Biasanya kan juga gitu"

"Emm.. Sorry, bukan maksud gue kepo. Tapi penasaran aja"

"Hahaha.. Apa bedanya mbak? Hahaha.. Penasaran kenapa?"

"Lo ada apa sama Satria?"

Aku sedikit kaget mendengar pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut Mbak Venny. Tapi aku segera menormalkan lagi detak jantung yang tiba-tiba berdetak cepat ini. Dengan nada setenang mungkin, aku memperjelas pertanyaannya untukku tadi.

"Ada apa gimana maksudnya mbak?"

"Kalian ada hubungan spesial? Maksud gue, kalian pacaran?"

"Ah mana mungkin mbak. Kan aku juga baru kenal dia beberapa hari lalu. Hahaha.. Aneh-aneh aja Mbak Venny nih"

"Yakin? Kok gue merasa ada yang kalian sembunyiin ya?"

"Yaelah mbak. Nyembunyiin apaan sih. Dia cuma beberapa kali pernah nolongin aku pas aku jatuh dari mobil waktu itu. Nggak lebih"

"Cuma itu?"

"Iya, gitu aja. Kenapa sih mbak?"

Sekilas aku melihat dia menghela nafas singkat. Wajahnya yang tadi terlihat tegang, mulai terlihat agak lega.

"Nggak. Nggak apa-apa kok. Eh turunin gue di jembatan penyebramgan depan ya. Gue nyebrang sendiri aja"

"Nggak aku anterin sampe depan Senayan mbak?"

"Nggak usah. Lo langsung pulang aja. Istirahat"

"Ooh.. Oke.."

Aku menepikan mobilku di jembatan penyebrangan di depan SCBD. Setelah Mbak Venny turun, aku melajukan mobilku lagi.

Otakku dipenuhi rasa penasaran dengan sikap Mbak Venny tadi. Kenapa dia tiba-tiba nanyain tentang aku dan Satria ya? Atau jangan-jangan....

#####

Terimakasih masih mau membaca cerita GeJe ini...

Semoga kalian suka.

Grazie~

Ketika Senja TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang