SARAS???

1.8K 20 0
                                    

Damar POV

"Demikian presentasi dari saya. Apabila masih ada yang kurang jelas atau ada pertanyaan, silahkah diajukan"

Suara gadis itu terdengar tegas dan penuh percaya diri. Aku bisa melihat sekilas wajahnya terlihat lega setelah mengucapkan kalimat penutup itu.

"Hmmm... Menarik. Bagaimana kalau kita langsung saja ke tempat itu sekarang Stevan?" suara Pak Sugi menimpali.

"Sekarang Pak Sugi? Anda tidak ingin makan siang dulu?"

"Nanti saja kita makan disana. Lagipula kue-kue ini sudah cukup mengganjal perut."

Aku melirik ke piring kue di depan atasanku itu. Pantas saja dia bilang kenyang, orang 5 jenis kue yang tadi disuguhkan sudah tidak bersisa. Aku sendiri baru menyentuh sepotong croissan yang ada di piringku selama meeting singkat ini berlangsung. Selebihnya aku sibuk dengan tabletku menyelesaikan pekerjaan yang tersisa.

Stevan sendiri terlihat sibuk menginterupsikan beberapa tugas pada Venny. Tidak lama kemudian, dia mengajak semua orang untuk menuju lobi dimana bus kami sudah menunggu. Rencananya kami akan pergi ke....

Eh. Kemana tadi ya? Ah, ternyata aku melewatkan banyak presentasi gadis tukang nenen itu tadi.

Sementara semua orang sudah menuju lobi, dia masih mengemasi berkas dan memasukkannya ke dalam tas.

Gadis ini tidak terlalu cantik. Biasa saja malah. Tapi cukup manis dengan make up tipisnya. Dia tidak tinggi, badannya pun tidak selangsing dan seseksi Mia. Tapi entah aku merasa dia cukup menarik meski terlihat sedikit kekanakan. Padahal pakaian yang dia kenakan cukup formal, namun tidak membuat dia terlihat dewasa.

"Hey. Kita mau kemana?" ku beranikan diri untuk menyapa gadis tukang nenen itu.

"Ke Bandung Pak"

"Bandung?"

"Iya. Pak Sugi ingin melihat langsung lokasi tempat pertemuan yang saya usulkan. Disana kebetulan sedang ada grand pembukaan restoran. Bukannya tadi saya sudah menjelaskan semuanya Pak?"

"Eh.. Um.. Iya. Saya hanya memastikan gadis tukan nenen seperti kamu tidak pikun"

Ffuuh.. Hampir saja ketahuan tadi tidak menyimak penjelasannya. Aku melihat ke arahnya. Dia terlihat sebal. Bibirnya mengerucut setelah mendengar jawabanku tadi.

Hahaha... Godain aja sekalian ah.

"Dan kamu jangan panggil aku pak. Aku belum setua itu nona tukang nenen. Panggil saja aku Satria"

Dia makin manyun dan menggembungkan pipinya. Sepertinya dia masih sebal. Hahaha...

"Dan tolong jangan panggil saya tukang nenen lagi. Panggil saya Saras. Nama saya Saras" ujarnya sambil melangkah pergi.

Hahaha... Lucu sekali tingkahnya. Benar-benar seperti anak kecil.

Tapi tunggu dulu..

Dia tadi bilang namanya Saras? Sepertinya aku merasa familiar dengan nama itu. Apa jangan-jangan....

"Hey tunggu dulu. Tadi siapa namamu? Saras?"

Aku berjalan menyeimbangi langkahnya. Dengan wajah yang masih cemberut dia mengangguk.

Apa benar dia Saras yang sama dengan si gadis aneh di wechat? Atau hanya kebetulan saja? Nanti aku harus memastikannya. Tapi kondisi sekarang tidak memungkinkan.

Kami sudah tiba di lobi. Semua orang sudah masuk ke dalam bus kecil yang akan membawa kami ke Bandung. Pak Sugi dan Stevan duduk di satu deret bangku sambil berbincang-bincang. Venny duduk di belakang mereka berdua dan mengobrol dengan Pak Anwar.

Kedua rekan kerjaku yang tadi ikut meeting memang tidak ikut pergi karena harus menghandle beberapa pekerjaan di kantor.

Saras sendiri langsung mengambil tempat duduk agak ke belakang, dikursi dekat jendela di sisi sebelah kanan setelah berbisik pada Venny. Aku juga mengambil tempat duduk di sisi kiri deretan kursi didepannya.

Setelah dipimpin berdoa oleh Pak Sugi, bus mulai berjalan perlahan. Aku masih saja mengamati Saras diam-diam. Dia mengeluarkan ponsel dan memasang earphone di telinganya. Sambil memandang ke luar jendela, dia sepertinya terhanyut dengan pemikirannya sendiri.

Aku makin penasaran. Benarkan dia Saras yang ku kenal?

Ah aku tau! Lebih baik memastikannya sekarang.

Kemudian tanganku sibuk dengan ponsel dan membuka aplikasi wechatku. Setelah mencari nama Saras, aku segera mengetikkan beberapa kata dan mengirimkannya.

D: *hammer

Aku lirik Saras, dia tak bergeming. Aku coba lagi mengirimkan pesan.

D: hmmmm

.....

D: Lagi apa?

......

D: hoaaahmm

Satu menit. Dua menit. Sampai 15 menit aku tunggu tidak ada respon di wechatku. Dengan sebal aku kembali mengetikkan beberapa sapaan. Tetap tidak ada respon. Jangan-jangan dia memang bukan Saras kenalanku?

#####

Ketika Senja TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang