HECTIC DAY

1.8K 23 0
                                    

Saras POV

“Kapan rapat ini berakhir ya” gumamku dalam hati sambil melirik jam tangan yang menujukkan jam 7 malam.

Rapat sore ini terasa sangat membosankan. Bos dan para senior sibuk mendiskusikan beberapa job bermasalah. Ada yang pelanggannya super cerewet, minta servis cepat tapi tidak mau keluar uang banyak. Ada yang permintaannya aneh-aneh dan sulit dicari meskipun mereka memiliki budget besar. Ada pula pihak vendor kami yang kehabisan stok menjelang tahun baru ini. Mau tidak mau kami harus putar otak mencari vendor lain atau merayu pelanggan untuk menambah budget.

“Baiklah. Kalau begitu sudah ditetapkan, Venny akan bertanggung jawab di konser Super Junior bulan Maret nanti. Marcell yang menghandle tahun baru di hotel Shang Ri La. Dan Saras, kamu bisa bantu handle pertemuan tahunan PT PNG minggu depan ya. Sekian rapat hari ini. Selamat malam,” tutup Pak Stevan.

Hah?? Handle rapat tahunan PNG? Minggu depan?? Oh My...

“Mbak Ven. Tadi pak Bos bilang aku harus handle rapat tahunan PT PNG minggu depan ya? Maksudnya mbak?” tanyaku setelah keluar ruangan pada salah satu senior di kantorku.

“Iya. Lo nggak dengerin Ras?” tanya Mbak Venny dengan nada khawatir.

“Ummm... Aku tadi nggak dengerin mbak. Aduh, gimana dong? Tolong jelasin lagi dong mbak...” pintaku dengan wajah yang dibuat semelas mungkin.

“Aduh lo tuh.. Ya udah, gue kelarin kerjaan gue bentar ya. Nanti gue samperin ke meja lo. Makanya jangan nglamun aja,” ujarnya sambil menowel hidungku.

Mbak Venny usianya 5 tahun lebih tua dariku. Dia termasuk senior disini, teman Pak Stevan dari kuliah. Jabatannya memang manager event. Tapi karena dia penggemar Super Junior, dia rela terjun lagi di lapangan untuk memastikan konser idolanya itu berjalan sukses dan lancar.

Dengan malas aku melangkah ke mejaku. Memeriksa lagi email-email dan tulisan yang sudah ku buat. Beberapa diantaranya sudah naik di website perusahaan. Tidak lama kemudian Mbak Venny muncul dan menyerahkan setumpuk berkas.

“Nih buat PNGnya,” kemudian dia mejelaskan semuanya.

Setelah aku cek berkas-berkas yang diberikan Mbak Venny, aku haya bisa melongo. Katanya sih orang yang diberi tanggung jawab sejak 3 bulan lalu tiba-tiba mengilang 10 hari menjelang hari H. Acara ini adalah agenda tahunan salah satu perusahaan minyak cukup besar di negara ini. Dan itu waktunya seminggu lagi.

Makanya mau tidak mau perusahaan harus memutar otak agar semuanya berjalan lancar.Dari sekian banyak list yang harus dilakukan, penanggung jawab sebelumnya hanya menyelesaikan 30 persen saja. Hanya dari pembawa acara, pengisi acara, dan tempat. Itupun ada catatan bahwa tempat yang dia order membatalkan reservasi kami karena tidak segera ada kejelasan. Catering untuk jamuan juga belum diorder. Hanya ada beberapa list kandidat saja.

Ya ampun. Matilah aku.

Dengan segera aku mencari informasi tentang PT PNG dari file perusahaan. mereka adalah salah satu calon pelanggan kami. Sudah 2 tahun ini mereka selalu menggunakan jasa kami untuk membuat pertemuan tahunan bagi petinggi dan karyawan mereka.

Dengan sedikit tergesa aku memencet nomor PR PT PNG untuk konfirmasi. Meskipun sempat diomeli panjang lebar karena masalah penanggungjawab lama, akhirnya mbak-mbak diujung telepon sana mau menjelaskan apa saja kebutuhan mereka. Dia juga mengirimkan email berisi data-data petinggi PNG, daftar acara, dan segala info yang aku butuhkan.

Lokasi acara tahunan, katering dan dekorasi, aku segera menghubungi beberapa tempat. Ya ampun. Ini berat sekali. Rata-rata menolak karena waktu yang terlalu mepet. Kalaupun ada yang mau, mereka menaikkan tarif hingga 100 persen karena waktu terbatas.

Alamat lembur ini..

Tring tring tring. Ponselku berbunyi.

D: Hi. Lg apa?

S: Working.

D: Ya ampun. Udah jam segini dan kamu belum selesai? Masih rapat?

S: Enggak. Tapi aku ada tugas mendadak. Pusing banget nih

D: Oke. Take ur time. Aku tidur dulu ah. Ngantuk

S: Yaelah. Temenin kek.

D: Ogah.

S: Dih. Ya udah deh. Night kakak tua.

D: *hammer

Singkat saja percakapan kami hari itu. Ya iyalah. Dia orang yang sangat disiplin waktu biologisnya. Tidur nggak lebih dari jam 10 malam, bagun jam 5 pagi. Aku? Ini udah jam 10 dan aku masih berkutat dengan pekerjaanku.

Aku masih terus berusaha mencari beberapa tempat dan catering langganan kantor untuk dilobi lagi. Aku juga mencari beberapa catering baru yang bisa diajak kerjasama dalam waktu seminggu ini.

“Belum selesai Ras?” tanya Mbak Venny. Sepertinya dia sudah siap pulang. Tas Lvnya sudah dicangklong di lengan kiri.

“Belum mbak. Rata-rata minta naikin harga sampai 100 persen karena waktunya mepet. Gila banget kan,” keluhku.

“Hmm.. ya memang gitu sih. Gara-gara Dipta nih perusahaan harus kelimpungan. Gini aja, ini ada beberapa list catering langganan perusahaan kakak gue. Mereka servisnya ok dan biasanya mau nanganin acara dadakan. Kalo buat venue, lo tawar sampai maksimal 30 persen dari harga normal nggak apa-apa,” ujarnya.

“Baiklah. Terimakasih ya mbak,”

“Sama-sama. Kalau besok sampai jam makan siang lo belum dapet deal. Lo bilang aja sama gue atau sama Stevan. Kita bakal bantu kok. Gue pulang dulu ya,”

“Iya mbak. Hati-hati”

Setelah Mbak Venny pergi, aku mulai melihat beberapa data yang dia beri. Dan mencari nama-nama itu di mbah google. Hmm.. Beberapa ada yang sepertinya menarik. Jenis-jenis makanannya, cara penataannya, aku segera mencatat data mana saja yang menarik dan menyimpan kontak mereka.

Aku lirik jam tangan di lengan kiriku. Sudah jam 12 malam. Aku segera merapikan meja dan mematikan pcku. Aku butuh istirahat.

Untungnya kantorku terletak di pusat kota. Jadi masih banyak taksi yang berlalu lalang untuk mengantarku pulang.

#####

AUTHOR POV

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Saras mendapatkan taxi untuk pulang. Wajahnya terlihat lelah dan tegang. Sebagai karyawan baru di kantor wajar kalau Saras merasa khawatir. Tugas yang dilimpahkan padanya bukan main-main. Mata bulatnya yang sayu menatap ke jalanan. Hujan perlahan turun membasahi ibu kota.

Iseng dia memainkan ponselnya. Saat membuka aplikasi wechatnya, jemarin Saras membuka bar percakapannya dan Damar. Digesernya percakapan mereka dari awal. Sesekali dia tersenyum sendiri.

"Ah kak Damar. Ada ya cowok udah berumur tapi aneh gini. Kira-kira aku bakal bisa ketemu dia nggak ya?" gumam Saras dalam hati.

Disisi lain, Damar yang sudah berpamitan mau tidur pada Saras tadi justru asik mencumbu seorang gadia dikamar hotelnya. Bibir Damar menelusuri setiap lekuk tubuh telanjang itu. Gadis itu hanya bisa pasrah dan memandang setiap gerakan Damar dengan tatapan bergairah.

#####

Ketika Senja TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang