Author POV
Semua orang sudah siap di lapangan pagi itu. Mereka semua bersiap untuk senam pagi dan melakukan aktivitas selanjutnya, outbond. Masing-masing sudah berkumpul dengan kelompok sesuai dengan pembagian. Tiap kelompok dipandu oleh seorang trainner dan pendamping.
Stevan, Venny, dan Saras juga ikut terlibat langsung. Saras sebenarnya mendampingi kelompok Sugi. Tapi atas permintaan bos besar itu, dia terpaksa bertukar dengan Venny yang tadinya mendampingi kelompok Satria.
"Hai bocah. Kamu jadi pendampingku ya?"
Saras langsung menghela nafas panjang.
"Welcome to the hell Raras" gumamnya pada diri sendiri.
Dia merutuk, kenapa harus dia yang bertugas mendampingi kelompok laki-laki yang selama ini selalu membuatnya sebal.
"Cewek. Sombong kali. Senyum sikit lah"
Suara Satria kembali menganggu pendengaran Saras.
"Mohon kembali ke barisan pak. Senam akan segera di mulai"
Saras mencoba menahan emosinya. Tidak mungkin dia meladeni laki-laki gila itu sementara semua orang memperhatikannya. Sedangkan Satria hanya meringis saat teman-temannya mulai menggodanya.
Pagi itu Saras hanya mengenakan setelan training dan t-shirt seragam EO. Rambut panjangnya seperti biasa hanya dikuncir kuda.
Banyak mata karyawan PNG yang memandangnya. Sebagian penasaran karena event planner mereka kali ini terlihat biasa saja. Tidak seperti Venny ataupun event planner sebelum-sebelumnya yang sudah cukup matang dan terlihat berwibawa.
Sebagian yang perempuan sudah berbisik-bisik melihat Saras yang sedari tadi digoda oleh Satria. Kalau mungkin kamu ingat percakapan Dewi dan Satria bahwa mantan kekasih Satria adalah teman sekantornya.
"Bapak-bapak, ibu-ibu, semua yang ada disiniiiii... Mari rapikan barisaaan. Kita mulai senam paginyaaa"
Sura lantang instruktur senam membuyarkan suara bisik-bisik dan ganti menjadi suitan-suitan menggoda ditujukan untuk siapa lagi selain instruktur senam perempuan di depan mereka.
Kalian tahulah, intruktur senam memang identik dengan pakaian ketat dan tubuh sintal hasil rutin senam mereka selama ini.
Setelah melenggak-lenggokkan badan mengikuti gerakan instruktur yang membuat mereka cukup berkeringat, akhirnya senam pagi selesai. Sekitar jam 9 barisan itu bubar untuk istirahat sejenak sambil menikmati santapan pagi.
Dewi dan karyawannya sudah menyiapkan sarapan sederhana di ruang makan. Nasi goreng, mi goreng, ayam goreng tepung, bubur ayam, dan buah-buahan. Bagi yang tidak terbiasa makan berat saat sarapan, Dewi juga sudah menyiapkan roti bakar, aneka selai, sosis, juga omelet yang bisa dipesan langsung agar tetap terjaga kehangatannya.
Saras yang sedang malas makan berat akhirnya memilih bubur ayam, omelet, sosis, dan segelas susu hangat untuk mengisi perutnya. Saat dia tengah menikmati buah-buahan yang baru diambilnya, tiba-tiba suara yang selalu membuatnya kesal kembali terdengar tepat di depannya.
"Cantik-cantik makannya banyak juga ya. Pantes gembil gitu"
"Bisa berhenti menganggu saya?"
"Kenapa sih Ras? Dari tadi sewot mulu. Kan aku cuma menyapa pendampingku aja"
"Iya tapi nyebelin. Lagian aku bukan pendampingmu. Aku pendamping kelompokmu"
"Duh.. Gadis tukang nenen ngambek ceritanya?"
Saras semakin memanyunkan bibirnya mendengar julukan tidak manusiawi dari Satria. Sampai saat dia melihat Venny kebingungan mencari meja untuk duduk, dia langsung berdiri dan memanggil seniornya itu.
"Kak Ven! Sini duduk sama aku!"
Saras berharap dengan adanya Venny, Satria bisa lebih menjaga sikapnya. Atau pergi sekalian dari bangku itu. Tapi ternyata harapan Saras tinggal harapan saja. Satria justru terkihat akrab dengan Venny dan semakin gencar menggoda Saras.
"Ven, lo nemu darimana sih anak buah kayak gini?"
"Kenapa Sat?"
"Heran aja. Perusahaan lo kan gede. Lo sendiri juga dewasa dan berwibawa, apalagi Stevan. Kok dapat anak buah tukang nenen gini"
"Tukang nenen?"
"Iya. Lo lihat aja, kalau minum susu belepotan gitu. Kayak anak kecil habis nenen"
Venny melihat Saras beberapa saat sebelum kemudian dia tertawa terbahak-bahak setelah mengerti maksud Satria.
"Hahaha.. Ras, dilap dulu bibirnya. Hahaha.. Lo bisa aja Sat. Hati-hati kalau godain Saras. Gitu-gitu dia primadona kantor loh. Ntar lo naksir baru tau rasa"
"Dia? Primadona? Mana mungkin"
Satria langsung tertawa terbahak-bahak membayangkan seperti apa laki-laki yang menyukai Saras. Tawanya terus terbahak hingga tiba-tiba dia tersedak potongan roti yang belum sempat dia telan.
"Sukurin. Makanya jangan terlalu menghina orang" celetuk Saras sebelum meninggalkan meja.
Venny hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat dua orang didepannya yang saling serang. Dia menyodorkan minuman untuk Satria yang masih tersedak.
Venny sudah mengenal Satria cukup lama. Sejak pertama laki-laki itu ikut pertemuan tahunan PNG 5 tahun lalu, dia belum pernah melihatnya segila ini menggoda orang. Venny lebih mengenal Satria sebagai sosok laki-laki perfeksionis dan sedikit angkuh.
Setelah mereka akrab pun, Venny tidak pernah melihat Satria begitu mudahnya menggoda orang, apalagi orang yang baru dia kenal.
"Apa dia mulai bisa membuka hatinha?" pikir Venny.
####

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Tiba
RomanceBerawal dari satu keisengan di dunia maya saja saat berkenalan dengan Damar Satria Bagaskoro. Namun siapa sangka keisengan kecil itu justru membuat perubahan besar bagi kehidupan Sarasvati Wulan Sasongko, gadis 22 tahun yang bekerja di sebuah perusa...