Author POV
Pagi itu Saras bagun lebih awal dari biasanya. Lebih tepatnya dia tidak bisa tidur karena terlalu grogi menghadapi hari ini. Hari dimana dia harus mempresentasikan hasil kerjanya beberapa hari ini kepada klien untuk pertama kali.
Kemarin dia sengaja meminta ijin pada atasannya untuk ke Bandung melihat langsung lokasi yang akan digunakan sebagai tempat pertemuan PT PNG. Dan untungnya agenda kantor saat itu sedang tidak terlalu sibuk sehingga Stevan dan Venny memutuskan untuk ikut karena penasaran. Dan hasilnya, mereka bertiga puas dengan tempat itu. Tinggal tugas Saras membuat kliennya berpendapat sama dengan mereka.
Jam 8 pagi Saras sudah siap di kantor dengan berkas-berkas presentasinya. Dia tampak manis mengenakan celana bahan biru tua dan kemeja garis-garis berwarna biru-putih sebagai padanannya. Rambut hitamnya sperti biasa, diikat rapi ke belakang seperti ekor kuda. Make up tipis yang dipakainya tadi menyamarkan wajah Saras yang kurang tidur.
Jam ditangan Saras sudah menunjukkan hampir jam 10. Tidak lama lagi si klien akan datang bersama beberapa perwakilan dari kantor cabangnya. Saras sedari tadi tidak berhenti meremas tangannya karena terlalu gugup.
Dia selalu seperti itu jika sedang resah. Belum lagi sejak tadi dia tidak pernah bisa duduk tenang. Hanya berjalan mondar-mandir di depan mejanya.
"Heh Ras. Mondar mandir terus dari tadi. Pusing tau lihatnya" tegur Venny yang gemes melihat juniornya itu seperti cacing kepanasan.
"Mbak... Aku takut"
"Takut apa sih lo. Takut itu sama Tuhan"
"Tapi ini kan pengalaman pertamaku. Aku gugup"
"Udah sekarang lo tenang. Gue yakin lo berhasil kok"
"Iya Ras. Mending kamu duduk, dan minum ini. Rileks dulu. Kalau kamu kayak gini malah nanti makin nggak konsen" sahut Stevan yang tiba-tiba muncul dan menyodorkan segelas cokelat hangat untuk Saras.
"Terimakasih bos"
Saras mencoba mengikuti saran dua atasannya itu. Sambil duduk dan mengatur nafas, dia mulai menyesap cokelat spesial buatan bosnya itu. Sejenak Saras tenang. Dia mulai menikmati cokelat yang kini tinggal cangkirnya saja itu. Tiba-tiba 5 orang laki-laki masuk ke ruangan mereka.
"Eh, Pak Sugi. Selamat datang"
"Halo Stevan. Lama saya tak bertemu kamu. Makin tampan saja sekarang"
"Ah Pak Sugi memuji berlebihan. Saya masih biasa saja pak. Kalau saya tampan mana mungkin saya masih jomblo"
Suara tawa terdengar dari para laki-laki itu. Mereka saling berjabat tangan dan berpelukan layaknya saudara jauh yang baru bertemu.
"Eh iya Pak. Ini Venny, tentunya anda masih ingat bukan? Dia yang mengatur acara pertemuan PNG 2 tahun lalu"
"Ya.. Ya... Mana mungkin saya lupa. Event planner handal yang mendapat pujian dari semua bos-bos PNG karena kesuksesan acara 2 tahun lalu itu" orang yang dipanggil Pak Sugi oleh Stevan itu kemudian menjabat tangan Venny.
"Dan ini Saras pak. Dia yang bertugas sebagai event planner anda tahun ini. Dia baru beberapa bulan disini. Tapi kinerjanya sangat profesional"
Pak Sugi tadi sedikit mengerutkan dahi saat melihat Saras. Namun kemudian dia mengembuskan nafas panjang.
"Semoga kamu tidak salah pilih Stevan. Saya tidak mau acara saya berantakan"
Saras terkejut. Dia tidak menyangka mendapat respon yang bisa dibilang kurang positif bahkan sebelum dia memulai presentasinya. Hatinya semakin kebat-kebit.
"Apalagi setelah presentasi nanti" pikirnya.
"Eh mana Satria?" tanya Sugi kepada salah satu orang yang bersamanya.
"Tadi katanya mau ke toilet dulu pak"
"Oh ya sudah. Baiklah Stevan, saya tidak sabar ingin melihat kerja anak buah barumu itu"
Stevan dan Venny mengantarkan para tamu besar itu menuju ruang rapat. Sementara Saras masih merapikan lagi berkas-berkas presentasinya.
#####
Saras POV
Aku nggak habis pikir. Kenapa sepertinya Pak Sugi tidak suka melihatku. Padahal aku sama sekali belum bersuara dari tadi. Apa mungkin dia tahu kalau aku sangat gugup? Aarrggh.... Memangnya sejelas itu ya.
Aku baru akan masuk ke ruang rapat ketika tiba-tiba seseorang bertanya padaku dimana ruang pertemuan dengan PT PNG. Laki-laki.
Dari penampilannya seperyinya dia seumuran dengan Bos Stevan. Tapi wajahnya terlihat lebih tegas. Tingginya sekitar 185 cm aku rasa. Karena aku hanya sepundaknya. Apalagi aku hanya mengenakan Hush Puppies flat hitamku.
Rahangnya yang tegas semakin menambah kesan tegas pada dirinya. Ditunjang dengan hidungnya yang tinggi dan alis matanya yang lebat membuat dia terlihat cukup tampan. Hanya saja matanya agak sipit membuat wajahnya terlihat lebih lembut.
Rambutnya agak cepak dengan model biasa saja. Tidak tampak seperti laki-laki metroseksual yang suka mengikuti tren rambut baru. Sedangkan kulitnya kuning langsat, cukup terang untuk ukuran laki-laki.
"Heh. Ditanya malah bengong. Ruang pertemuan PNG di sebelah mana?"
"Oh iii..iiya disini. Masuk saja" jawabku agak gugup.
Dia memperhatikanku sekilas. Lalu sebuah bisikan tapi tajam terdengar sebelum dia melangkah masuk.
"Kalau habis nenen di lap dulu. Dasar anak kecil"
Sial. Aku dibilang anak kecil. Songong banget sih tu orang!
Eh, tapi tadi dia bilang apa? Habis nenen?
Aku langsung menyambar ponselku untuk berkaca.
Sial dua kali. Pantas saja tadi Pak Sugi melihatku dengan tampang pasrah dan speechless. Di sudut bibirku masih ada bekas cokelat yang tadi kuminum.
Dengan segera aku lap dengan tisu yang kebetulan aku bawa.
Haduh... Aku maluuuuuu...
Kalau saja mbak Venny tidak segera keluar, mungkin aku sudah kabur dan mengunci diri di kamar mandi. Sumpah ini malunya udah pake ekstra banget.
"Kok masih diluar? Ayo masuk. Lo udah ditungguin"
Mau tidak mau aku harus masuk dan menyelesaikan tugas pertamaku. Ini menyangkut citra baik perusahaan di mata klien penting yang udah bekerja sama dengan kami sejak lama. Sedangkan citraku, ah sudah lah. Sudah jauh dari kata baik di kesan pertama.
Huhuhuhu...
#####
Gimanaaaaa?
GeJe yak. Hehehe...Ditunggu kritik dan sarannya yaa... ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Tiba
RomanceBerawal dari satu keisengan di dunia maya saja saat berkenalan dengan Damar Satria Bagaskoro. Namun siapa sangka keisengan kecil itu justru membuat perubahan besar bagi kehidupan Sarasvati Wulan Sasongko, gadis 22 tahun yang bekerja di sebuah perusa...