PERIH SEIRING HUJAN

1.5K 36 10
                                    


Haloo..
Karena permintaan saya dikabulkan oleh para readers yang budiman, akhirnya saya mulai semangat menulis lagi..

Terima kasiih..
Berkat kalian part ini bisa segera muncul.

Silahkan berlayar... ^_^

####

Saras POV

"Hai Saras. Gue Damar. Damar Satria Bagaskoro. Lebih sering dipanggil Satria sama orang-orang disekitar gue. Senang akhirnya bisa ketemu lo"

Aku diam. Berusaha mencerna kalimat orang yang ada di depanku sekarang.

Dia bilang apa? Damar? Namanya Damar?

Tanpa sadar bibirku menyebut namanya pelan.

"Iya. Gue Damar. Damar yang lo kenal di wechat. Damar yang selalu lo sebut kakak tua dan tukang mesum"

"Kamu bercanda Sat.."

Aku masih belum bisa percaya bahwa dia adalah Damar. Orang yang selama ini jadi teman curhatku. Orang yang selalu menemaniku ngobrol, sementara waktuku tidak banyak untuk bersosialisasi dengan orang lain.

Tiba-tiba teleponku berdering.

Panggilan dari Damar di wechat.

"Angkat Ras"

Dengan ragu aku menerima panggilan itu.

"Saras.."

Aku masih syok sambil menatap lurus ke arah Satria..Damar..Sat..

Ah entahlah harus kupanggil siapa dia sekarang. Aneh rasanya mendengar dua suara yang sama persis dari speaker ponselku sekaligus dari orang dihadapanku.

"Gue Damar Ras. Gue juga Satria. Kami adalah orang yang sama. Gue tahu lo kaget. Lo boleh kesel, marah, atau nggak percaya. Tapi ini nyata. Kita akhirnya bertemu"

"Se..sejak kapan?"

"Sejak gue tahu nama lo Saras. Gue udah curiga awalnya karena lo mirip dengan karakter lo di dunia maya. Tapi gue baru bener-bener yakin setelah lo bales chat gue di depan mata gue sendiri tadi, sebelum gue nyamperin lo"

Hening.

Aku nggak tau harus berkata apa. Aku masih terlalu syok. Antara kaget bercampur malu.

Saat aku mulai merasa perasaan yang aneh pada sosok Satria, ternyata dia adalah orang yang sama dengan teman curhatku selama ini.

Sudah berapa banyak aib yang ku bongkar pada sosok Damar. Kenapa dia haruslah orang ini? Aku malu...

Kami berdua masih sama-sama terdiam dan saling menatap. Mungkin dia sadar bahwa aku masih butuh waktu untuk berpikir lebih jernih. Butuh waktu untuk menerima kenyataan mengejutkan ini.

"Saras!"

Sebuah suara memanggil namaku membuat kami berdua secara reflek mengalihkan pandangan pada sumber suara yang ternyata Mbak Venny.

"Ras, acara sudah mau mulai. Lo ngapain disini?"

"Iya mbak. Aku turun sekarang"

Aku bergegas meninggalkan Damar aka Satria tanpa basa-basi. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat sebuah tangan menahan lenganku.

Sebelum dia mulai bicara, aku mendahuluinya.

"Nanti saja kita bicarakan lagi. Sebaiknya kamu turun sebelum orang-orang sekantormu mencarimu"

Aku lepaskan cekalan tangan laki-laki itu dan segera menghampiri mbak Venny yang menatap kami dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan sama sekali. Tapi aku tidak berpikiran macam-macam karena sekarang aku ingin fokus pada acara yang harus segera ku tangani.

Ketika Senja TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang