Populer. Menurut kamus, definisinya adalah "dikenal dan disukai orang banyak (umum)"
Coklat, bunga, boneka, dan surat cinta.
Umumnya hanya perempuan atau lelaki populer yang mendapatkannya.
Populer tidak hanya terurai dalam satu kategori saja. Dalam spekulasi populer terdapat beberapa kategori.
Jika mau populer makan harus tergabung dari beberapa kategori tersebut.
Kategori pertama, orang pintar.
Kategori kedua, orang kaya.
Kategori ketiga, orang cantik atau tampan.
Dan tentu saja kategori tersebut tidak semuanya bersifat profitabel. Ada juga yang terdapat kategori merugikan.
Jika kalian melakukan keterbalikan dari ketiga kategori tersebut,
Maka terdapat kemungkinan kepopuleranmu bakal menyisihkan beberapa orang populer tersebut dengan hitungan detik.
Mengapa? Karena kebanyakan manusia lebih menilai keburukan daripada kelebihan seseorang.
Sekali saja kalian melakukan kesalahan maka seluruh orang di sekitarmu bakal mulai menceritakan buruk tentangmu.
Kelebihanmu adalah senjata mereka.
Tidak percaya? Kalau begitu cobalah.
Semua orang cuma hanya mementingkan kesalahan daripada kelebihan orang.
Hyerin melepas rekatan bibirnya dari minuman karbonasi itu. Sambil duduk di salah satu bangku, ia memandang sekolahnya.
Awalnya ia berniat menenangkan diri seorang disana, sampai suara bising muncul menganggunya.
"Kyaaaa!!"
Hyerin memutar matanya. Oke, lagi-lagi begini. Batinnya.
Dia menoleh ke arah sebelah barat sana. Melihat segerombolan para gadis yang tengah mengepung seseorang disana.
Padahal jarak mereka tidak termasuk dekat tapi suara teriakan para siswi tersebut terus menusuk gendang telinganya.
Menunjukkan bahwa popularitas orang itu sungguh tidak main-main. Ahh, ia juga ingin populer. Sepertinya itu menyenangkan.
Mendapatkan kado, menerima perhatian dari seluruh orang.. hah, membayangkannya saja sudah cukup membuat Hyerin senang.
Tapi, sayangnya itu mimpi. Seorang gadis pendiam sepertinya tidak ada apa-apanya di bandingkan orang itu.
Hyerin mendengus, "beruntungnya mereka." Dia mengangkat minumannya, kembali mengisi tenggorokan.
"Yak, pabo." (Hei, bodoh)
Suara bisikan iri para siswi dapat di dengarnya kala pemuda itu memanggilnya.
Hyerin mengacuhkannya, ia tidak peduli sama bisikan itu. Lagipula ini sudah sering terjadi.
Gadis itu menatap ke arah sumber suara. Memandang seorang laki disana.
Pemuda yang mempunyai ratusan umat gadis memuja kepadanya dan satu-satunya orang yang selalu membuat sekolah ini berisik dengan kehadirannya.
Jeon Jungkook.
"Waeyo? Kau membutuhkan sesuatu?"
Bibir kiri Jungkook terangkat, membentuk seringai kecil. Alih-alih menjawabnya ia malah berbisik ke telinga sang gadis tersebut.
"Pulang nanti tunggu aku di taman belakang."
***
"Kau sampai lebih cepat dari yang kukira."
Hyerin tersenyum canggung. Itu karena kau mengancam akan memghukumku kalau terlambat, lelaki gila. Umpatnya.
"Apa yang ingin kau bicarakan kepadaku?" Tanyanya duluan.
Jungkook diam. Sementara matanya terus meneliti Hyerin, otaknya memikirkan suatu hal yang akan dilakukannya kepada gadis itu.
Udara sore hari menyentuh permukaan kulit mereka, serta membuat beberapa helaian rambut panjang Hyerin terbang.
Selagi menunggu Jungkook menjawabnya, ia terpaku kagum melihat langit senja oranye didepannya.
Benar-benar indah. Sudah berapa lama ia tidak melihat pemandangan ini?
Detik demi detik telah berlalu dan akhirnya Jungkook kembali bersuara. "Yak, Park Hyerin."
Hanya dua-tiga detik Hyerin berpaling pada lawan bicaranya. Jungkook berjalan mendekat ke arahnya dengan pandangan tak bersalah.
Hyerin mencoba bersikap biasa dan menghilangkan rasa gugupnya, tapi ia tidak bisa.
Jungkook menarik kedua tangannya, mengikis jarak antar mereka. Dia memeluk pinggang gadis itu intensif dan menyudutkan Hyerin ke pohon.
Mata mereka bertemu.
"Apa yang kau lakukan Jungkook, minggir!"
"Aku cuma ingin bermain sebentar kok." Lagi, ia menyengir. Kemudian tak lama habis itu Jungkook menciumnya. Melumat pelan bibir gadis itu.
Hyerin memberontak. Dia terus memukul dan mendorong Jungkook, tapi percuma tenaganya tidak ada apa-apanya bagi lelaki itu.
Astaga, rasanya ia ingin sekali menangis.
Dia tidak mengerti mengapa Jungkook selalu melakukannya seperti ini. Rasanya sangat menyedihkan baginya karena tidak bisa melawan.
Bagaimana bisa ia mendapatkan suami sepertinya?
I hate him.
To Be Continue..

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Destiny [PROSES REVISI]
Fanfiction#64 In cerpen. #293 In FF. #82 In jjk. #414 jeonjungkook #770 fiksipenggemar Bermula dari perjodohan bawah umur, sampai tinggal di bawah atap yang sama dengan Jeon membuat Park Hyerin merasa sangat sial. Tidak pernah disangka dalam pikirannya bahwa...