Siang ini Hyerin mendapati instruksi dari salah satu guru untuk merapikan buku-buku di rak perpustakaan.
Terhitung sudah beberapa menit gadis itu menetap di perpustakaan dan membereskan instruksi tersebut.
Bukannya gadis itu tidak bisa menolak desakan guru tadi dengan akal-akalan nya.
Cuma saja kelihatannya guru tersebut benar-benar sangat memerlukan bantuan.
Jadi, bagaimanapun juga ia tidak bisa menentang bukan?
Lagi pula Hyerin bukan tipikal gadis yang bakal mengomel cuma karena di perintah bekerja beginian.
Ketika Hyerin hendak menaruh buku di rak, seseorang bersuara.
"Perlu bantuan?"
Gadis itu menoleh, menjangkau pandangan ke orang tersebut.
"Jimin? Oh, yeogiseo mwohae? Baeuji aniyo?" (Apa yang kau lakukan disini, tidak belajar)
Dengan tampang tak bersalah, Jimin menggeleng. "Bolos."
"Bolos? Yak, kau mau tinggal kelas? Kenapa bolos?"
Sebagai respon Jimin tersenyum. Dia beredar memotong jarak antar mereka berdua.
Alih-alih menjawab, cowok itu malah merampas buku dari meja sana. "Yak, ini mau taruh di rak mana?"
"Itu buku apa?" Hyerin memajukan sedikit kepala guna dapat memandangnya dengan jelas.
Lalu, melafal kalimat tersebut dengan intonasi pelan. Walaupun pelan, Jimin dapat mendengarnya dengan jernih.
Mati-matian Jimin menahan nafas. Netra cowok itu senyap-senyap terfokus ke wajah Hyerin.
Jimin bersumpah dengan jarak segini wajah gadis itu benar-benar terlihat sangat cantik.
Wajahnya yang polos tanpa olesan make up dan bibirnya yang tampak lembab itu sungguh membuatnya gila.
Oh, god.. umpatnya.
"Kamus bahasa, ya.. raknya cuma di atas sini saja." Telunjuknya menggantung, menunjuk rak atas.
Tanpa peringatan Jimin memaju, serta merta mengapit Hyerin ketika menaruh kamus di rak atas sana.
Nafas Hyerin tertahan untuk sementara waktu, sadar akan jarak mereka cuma sejengkal.
Mendadak ia merasa begitu kecil di depan Jimin. Ingat-ingat ia selalu meledek cowok itu karena pendek.
"Ahh mianhae." Katanya menyadarkan Hyerin. Bergegas Jimin memundur sekitar tiga jangkal.
"Oh gwaenchanha." Hyerin tersenyum gabir.
Sekonyong-konyong otaknya seperti diperas memikirkan perihal barusan. Gila. Pikirnya.
Kalau saja Jungkook melihatnya Hyerin tidak begitu menjamin kalau dirinya bakal selamat dari suaminya itu.
"Um, Hyerin-ah?"
"Oh, wae?" Balasnya.
"Bolehkah aku mengelus rambutmu?"
Ketika Hyerin hendak menanyai apa maksudnya, suara keras mendadak berbunyi.
Mereka berdua menoleh.
Satu hal yang tidak pernah di harapkan Hyerin sebelumnya terjadi.
Jungkook disini.
"Ups," Cowok itu menyeringai kecil kemudian, bersemuka dengan Hyerin. "Aku enggak sengaja menendang meja. Sorry, ya?"
Matilah aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Destiny [PROSES REVISI]
Fiksi Penggemar#64 In cerpen. #293 In FF. #82 In jjk. #414 jeonjungkook #770 fiksipenggemar Bermula dari perjodohan bawah umur, sampai tinggal di bawah atap yang sama dengan Jeon membuat Park Hyerin merasa sangat sial. Tidak pernah disangka dalam pikirannya bahwa...