Glad

4.2K 432 16
                                    

Sudah tujuh jam berlangsung sejak Jimin datang ke studio tari untuk latihan.

Di hari sabtu biasanya akan banyak anggota hadir, namun kali ini hanya ada dirinya seorang saja.

Tidak mengherankan sih karena disaat murid lain pada di sekolah cuma ia saja yang berada di studio ini.

Oke. Untuk pertama kalinya sosok Park Jimin bolos sekolah.

Beberapa hari semenjak kejadian ia memang datang kesekolah tapi sepertinya untuk hari ini ia akan bolos.

Mengingat beberapa hari ini Hyerin selalu menghindarinya, itu membuat ia resah.

Jimin sedikit menunduk, mengecek keadaan di luar dari kaca besar studio. Sepi. Sama sekali tidak ada suara seakan tempat ini cuma miliknya seorang.

Keringat di sekujur tubuh Jimin terus mengalir. Kaos putihnya terasa sangat lengket.

Agresif, ia merebahkan badan sambil merentang lebar tangan nya. Meresapi keringat yang menembus kaosnya.

Dia memejamkan matanya. Pikirannya terlayang-layang kepada sesuatu.

Park Hyerin.

Satu-satunya gadis yang muncul di kepalanya hanyalah Hyerin.

Semua ini jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. Detik ini Jimin berpikir bagaimana hari-hari yang akan ia jalani dengan keadaan kacau begini. Apa yang harus dia lakukan ketika Hyerin tak ingin berbicara dengannya.

Kemungkinan terburuk mungkin gadis itu tidak akan berteman dengannya. Sial, kata maaf tidak dapat membuatnya ini selesai begitu saja.

Jimin ingin menjelaskan pada Hyerin namun, apakah gadis itu akan mendengarkannya? Tidak. Dia tidak berpikir Hyerin akan melakukannya setelah perlakuan malam itu.

Demi Tuhan, apa yang ia lakukan.

Siapa sangka ia berani menciumi gadis itu di depan umum begitu.

Lelaki itu mendengus kasar, ia beranjak. Memerhatikan pantulan bayangannya sendiri di kaca depan.

Berantakan. Semua dalam dirinya sungguhlah berantakan.

Park Jimin sedang tidak berdaya.

Jika tidak lupa, bahwa Park Jimin hanya bertindak sok kuat. Lengkungan bibir yang selalu ia berikan kepada orang hanyalah dusta.

Orang lain mungkin beranggapan bahwa hidupnya menyenangkan, alih-alih menyenangkan hidupnya malah menyedihkan.

Jimin mengedarkan pandangannya ke segala penjuru studio. Kemudian tatapannya terpaku pada selembar foto kecil.

Diraih benda tersebut dan memandanginya dengan tatapan sendu. Ibu jari Jimin mengusap foto itu seraya tersenyum simpul.

Seolah sedang menganggumi. Pandangannya tidak dapat lepas dari sosok gadis kecil bergaun putih yang berdiri membelakangi taman bunga dengan topi fedora dan sebagian wajah anak itu tersamar rambut yang tersapu angin.

Seperti biasa Hyerin terlihat cantik di matanya.

Sontak air mata Jimin jatuh membuat foto di genggaman nya sedikit basah. Konyol. Lagi-lagi ia menangisi hal yang sama. Padahal kejadiannya sudah lima hari yang lalu.

Idiot. Harusnya dia tidak melakukan itu, lihatlah apa yang telah di perbuatnya sekarang.

Dia kehilangan Hyerin.

Jimin membanting punggungnya lalu menangis.

Isakan kecil berubah menjadi teriakan raungan yang menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

Bad Destiny [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang