04

1.2K 70 0
                                    


Bab 04

Malam minggu

***

"Syifa ... gimana luka lo?" Syifa menoleh ke arah pintu, Nico berdiri di sana.

"Nic?" Syifa bersuara, tangan kanannya memegang kapas yang terkena darahnya, sedangkan tangan kirinya memegang baskom air untuk membersihkan luka. Memperihatinkan, bukankah seharusnya Zikri yang mengobatinya, Zikri juga 'kan yang membuat luka itu walau tanpa dia sadari.

"Harusnya, lo nggak usah ngalangin." Nic merebut kedua benda itu dari tangan Syifa, lalu membuang kapas yang penuh dengan darah ke tong sampah, selanjutnya mengambil kapas baru lalu membersihkan darah yang masih ada.

"Gue cuma nggak mau, dia berantem!" sanggah Syifa sedikit menunduk.

"Gue ngerti niat lo baik, tapi kalo hasilnya gini, lebih baik lo diemin 'kan." Perlahan Nico membersihkan luka Syifa, sambil sesekali meniupnya.

"Lagi pula dia nggak merasa bersalah, padahal dia yang udah dorong lo," lanjut Nic.

"Lo liat?" Syifa mendongak, menatap Nic yang berdiri di depannya, sedangkan dia sendiri duduk di brankar.

"Gimana gue nggak ngeliat, gue nggak jauh dari lo, sayangnya gue nggak bisa nolongin lo tadi," Syifa menggeleng.

"Nggak apa-apa Nic ...."

"Stev nggak jemput lo hari ini, jadi dia minta gue buat nganterin lo pulang." Kali ini Syifa mengangguk. Benar, Steven juga menghubunginya begitu.

"Lain kali, kalo ada hal berbahaya kayak tadi, lo mendingan nggak usah deketin." Nico selesai mengobati luka Syifa, terakhir Nico mengusap lembut perban yang menutup lukanya.

"Makasih, Nic." senyum Syifa merekah dibibir tipis itu. Bergegas turun dari brankar. Berjalan keluar bersisian dengan Nic.

"Gue duluan ya," pamit Syifa, Nic mengangguk karena mereka berbeda arah. Jadi, Syifa berlari ke arah kanan sedangkan Nic kembali ke kelasnya berjalan kearah kiri.

***

    Bel tanda sekolah usai sudah berbunyi, saatnya warga SMA Pembangunan untuk kembali ke rumah masing-masing. Syifa berjalan ke arah parkiran, di sana sudah ada Nico, Zikri dan juga Farell, mereka tengah asik mengobrol, sampai Syifa tiba di samping Zikri, ketiganya jadi diam.

"Ayo pulang ...," ajak Syifa, Farell mengernyit bingung, pasalnya ajakannya itu bukan di tunjukkan untuk Zikri, melainkan untuk sahabatnya. Seingatnya, Syifa selalu mendekati Zikri, apa sudah ganti haluan?

"Ya udah yuk, nih helmnya." Nic menyodorkan helm yang entah dia dapat dari mana.

"Tumben bawa helm dua," tanya Syifa sambil memasang helmnya sendiri.

"Iya kebetulan," jawab singkat Nic. Nic sudah mensater motornya saat Syifa tak kunjung menaiki motornya, Nico menoleh, gadis itu rupanya kesulitan saat memakai helmnya.

"Sorry mbak, udah lupa caranya minta tolong ya?" sindir Nic halus. Syifa tercengir, lalu mendekati Nic.

"Iya, Om, tolong pasangin dong!" jawabnya lalu kembali tercengir.

    Farell sengaja menyenggol bahu Zikri dengan sikunya, Zikri yang tidak tahu menoleh. "Apa?"

"Sebenernya, yang pacarnya Syifa itu, lo apa si Nic, sih?" Tanya Farell bingung. Zikri hanya mengedik, acuh lalu memakai helmnya sendiri, sebelumnya ia sempat melirik Syifa yang terlihat mesra dengan Nic, tapi toh apa perdulinya. Dia memilih pergi dari Romantisme gadis yang mengaku pacarnya itu.

Frozen [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang