45

924 50 6
                                    


×
××
×××

FROZEN

×××
××
×

"Berdiri!"

"Papah bilang berdiri Zikri!" Zikri diam masih bersedeku di hadapan papahnya sambil menunduk,

"Papah udah hancurin aku lima tahun lalu, papah sembunyiin semua nya dari mama, papa selalu dapetin apa yang papa mau! Tapi plis, untuk kali ini, ijinin aku ketemu sama Syifa" Zikri memohon, "kalo papa ngga ngijinin aku buat ketemu syifa, aku ngga akan pergi kemanapun," ancamnya,

   Natta menghembuskan nafasnya, "Papa sudah putuskan, kamu tidak bisa membantah!"

"Kenapa" Zikri sedikit membetak, mendongakan wajahnya, di matanya tersirat sebuah luka, "papa pernah hampir nyakitin mama, papa pikir papa itu Tuhan!" Zikri kembali menunduk, "papa menganggap bahwa apa yang papa lakukan itu benar, dan yang Orang lain lakukan itu salah!"

"Kamu tidak tau apa-apa"

"Sampe kapan pa! Sampe kapan aku sama mama jadi boneka papa terus! Kita cape pa!" Natta menatap Zikri tajam, ketiganya diam, bahkan Ica sejak tadi memilih berdiri menjauh, itu bukan urusannya, dia itu sangat profesional dalam mejalanakan misinya, dia tidak pernah mau ikut campur dalam masalah pribadi klient yang tidak seharusnya dia tau,

"Berhenti bicara!"

"Ngga! Selama ini aku diem, diem karna aku rasa papa bisa berubah, tapi nyatanya, papa masih sama dia kan! Papa masih sembunyi dari mama!" Natta tampak terdiam,

"Temui gadis itu, tapi untuk yang terakhir kalinya sebelum kamu pergi ke London!" Zikri menoleh, menatap papah nya, jadi benar,papah nya masih bersembunyi, tanpa menunggu lama, Zikri langsung bergegas, menatap Ica yang berdiri di depan pintu,

"Lo udah denger kan bokap gue bilang apa!" Ucap Zikri, Ica mengangguk, berjalan mengikuti kemana Zikri akan pergi,

××××××

    Setelah memarkirkan motornya, dengan cepat Zikri berlari, saat sudah sampa di meja resepsionis Zikri bertanya pada suster, setelah mengetahui ruangan Syifa, Zikri berlari ke sana di ikuti Ica, Zikri tidak perduli kenapa ica terus mengikutinya,

"Ngapain lo kesini Bangsat!" Nico bergerak! Di tatapnya Zikri dengan marah, Nevan ikut bangkit,

"berani lo dateng kesini setelah apa yang udah lo lakuin sama Syifa!" bentaknya lagi,

   Zikri diam, dia bingung, tiba-tiba Ica berdiri di depan Zikri, "Dia klien gue! Biarin dia masuk," Ucapnya,

"Lo masuk aja, Van mending lo jagain Dia!" perintah Ica pada Nevan, Nevan habya mengangguk sekilas walau di hati nya tidak terima juga kenapa Zikri di perbolehkan masuk oleh Ica,

    Dengan langkah cepat Zikri masuk, di dalam tidak ada orang, sepi, senyap, hanya suara mesin pendeteksi jantung yang terdengar memilukan di telinganya,

"Lo lakuin ini?" Zikri bergerak mendekat, "berapa kali lo bahayain diri lo?"

"Buat gue?" perlahan dengan tangan gemetar, Zikri mengamit tangan Syifa, menggenggamnya,

"Berapa kali?"

"Gue bakalan lawan papa, gue bakalan jaga lo di sini, tapi lo harus bangun"

"Lo udah pernah keracunan, Kena lemparan Bola, dan lo sehat lagi, sekarang, gue berharap lo juga sehat,"

"Lo beneran Cinta sama gue kan? Gue juga, jadi sekarang gue mohon lo bangun"

     Zikri benar-benar kacau, seandainya dia tau, dari awal, pasti dia tidak akan menerima kehadiran Syifa sampai kapanpun, jika pada akhirnya Syifa harus terbaring seperti sekarang,

   Suara pintu di buka mengagetkan Zikri, seorang suster masuk, "waktu nya pemeriksaan mas" ucapnya, Zikri mengangguk melepaskan genggaman tangannya dan membiarkan suster memeriksa keadaan Syifa,

"Gue mau bicara sama lo!" suara dari arah pintu membuat Zikri menoleh kesana, di ambang pintu sudah berdiri Nevan sambil memasukan kedua tangannya ke dalam kantong celananya,

    Tanpa bertanya, Zikir mendekati Syifa, mengecup keningnya lama, lalu mengikuti Nevan keluar,

Di ajaknya Zikri ke sebuah lorong sepi, lalu memintanya duduk di kursi panjang,

"Kenapa?" tanya Zikri saat keduanya sudah duduk di kursi panjang,

"Setelah kecelakaan, Syifa mendapatkan pertolongan pertama dari dokter, tapi Terlambat," dengan helaan nafasnya Nevan mnatap lurus kedepan,

"Syifa ada gangguan pada otaknya, dia mengalami geger otak, dan cukup parah!" Zikri menatap Nevan tidak percaya,

"Dokter menyarankan untuk operasi, dan tentu saja Nyokap sama bokapnya setuju,"

"Operasinya berjalan lancar, dua hari kemudian Syifa di pindahkan ke ruang perawatan intensif, di sana Syifa di berikan alat peopang hidup," Nevan tampak menghembuskan nafasnya,

"Dokter bilang, kemungkinan Syifa akan selamat hanyalah 40% dan kalaupun Syifa sadar..."

"dia ngga bakal kayak dulu" Zikri memejamkan matanya, kedua tangannya mengusap wajahnya, separah itu?

"Apa yang akan terjadi?" tanya Zikri dengan wajah yag sangat sulit di artikan,

"Menderita! Kehilangan ingatan dan mengalami gangguan mental" Zikri menyandarkan kepalanya, matanya memjam erat, sungguh dia tidak menduga semua ini akan terjadi,

"Dan prediksi yang Lebih parahnya Syifa ga akan bisa kembali normal, sistim Syaraf di otaknya rusak parah, di tambah patah tulang di kaki Kanannya, dia ngga bisa jalan" Zikri semakin merasa bersalah,

"Ada kemungkinan dia bisa jalan cuma 4:10 dan itu sangat kecil menurut dokter"

"Dia bisa jalan lagi kan?"

"Permanen!" Zikri menggeleng, dia tidak meyangka Syifa akan mejalai sisa hidupnya dengan keadaan yang benar-benar menyiksanya,

"Gue ngga nyangka lo bakal dateng, Ica udah pasang bom di bawah tempat tidur Syifa" Zikri mengangguk, dia tau, walaupun dia tidak tau letak Bom itu, tapi setidaknya Ica memberi tahu jika ada bom di rumah sakit itu,

"ga di sangka, Syifa bener-bener sayang sama lo hingga dia ngorbanin nyawanya buat lo!"

"Gue tau, perjuangan dia buat ngedapetin lo itu ngga mudah, apa lagi cewek kayak Syifa," Nevan Bangkit dari duduknya,

"Gue harap selepas ini lo bisa ambil keputusan, gue udah ngobrol sama bokap lo, apapun yang lo pilih, dia bakal setuju!" dengan itu Nevan meninggalkan Zikri, Syifa akan lumpuh, di tambah kehilangan ingatannya, apa Zikri akan sanggup melihat Syifa dengan keadaan seperti itu,

Dan lagi Zikri akan lebih tidak sanggup jika meninggalkan Syifa dengan keadaan itu, Zikri harus apa?

   Apa dia harus menunggu Syifa hingga sadar, lalu berusaha Membuat Syifa kembali seperti dulu, atau meninggalkan Syifa ke London dan membiarkan gadis itu menjalani hari-hari beratnya sendirian?

Plis bangun, dan bilang sama gue, semuanya bakal baik-baik aja, Batin Zikri,

To be Continue...

Frozen [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang