01

76.8K 4.4K 126
                                    

Yeayyy!! Aku publish cerita baru!

Cerita ini udah aku tulis dari tahun kemarin, cuma gak kelar2. Sekarang saatnya semangat buat nulis. Banyaknya respon yang baik dari cerita2 yg sebelumnya bikin otak jadi semangat lagi.

Semoga cerita yang ini juga mendapat bintang2 dari pembaca.

HAPPY READING!


====***====

Aku meremas kertas berwarna merah marun dengan hiasan pita berwarna emas yang baru saja ku ambil dari kotak surat di depan rumahku. Kertas terkutuk yang berisikan dua nama yang saat ini menempati daftar teratas manusia yang paling kubenci.

Bagaimana perasaanmu jika sahabat terdekatmu, yang paling mengerti dirimu, tempat kalian berbagi segala hal, ternyata mengandung janin dari kekasihmu sendiri?

Menyakitkan. Itulah yang kurasakan.

Renita. Dia sahabatku semenjak kami sama-sama masuk bangku SMA. Kami selalu menghabiskan waktu bersama, saling berbagi segala hal dan keluh kesah. Dimana ada Renita, disana ada aku. Sehingga banyak yang mengatakan kami ini saudara kembar, bahkan tak jarang yang mengatakan kami pasangan lesbian.

Meskipun setelah kuliah kami mengambil jurusan berbeda, tidak merubah kedekatan kami yang layaknya saudara.

Tapi siapa yang menyangka dia bisa merebut kekasihku sendiri. Aku masih tak habis pikir, bagaimana dia melakukannya.

Selama ini aku tak merasakan ada keanehan dengan mereka berdua. Kuakui mereka sangat pandai dalam menyembunyikan bangkai, hingga aku yang menurut orang lain termasuk jenis manusia perasa pun sama sekali tak mencurigai mereka.

Aku sering berkaca di depan cermin. Menelisik diriku dari ujung kepala hingga mata kaki. Apa kurangnya diriku? Dengan percaya diri kukatakan aku lebih cantik dari Renita. Mataku lebih lentik, hidungku lebih mancung dan bibirku lebih tipis dan merah merekah.

Hanya saja satu hal, aku tidak bisa berpenampilan secantik dirinya.

Renita adalah gadis fashionable. Selera berpakaiannya sangat jauh denganku. Renita memiliki banyak koleksi baju, tas dan sepatu bermerek di kamarnya. Ia bisa menghabiskan banyak uang untuk membeli itu semua.

Sedangkan aku? Aku hanyalah anak dari orang biasa.

Aku bukan anak dari pengusaha kaya sepertinya. Ayahku adalah perwira polisi yang gugur 5 tahun lalu saat mengejar penjahat yang merampok sebuah bank. Sedangkan ibuku hanyalah seorang pedagang buah di pasar. Kami hidup dari penghasilan ibuku menjual buah-buahan, sedangkan uang tunjangan sosial dari ayahku kami pergunakan untuk membiayai pendidikanku.

Jika ada yang bertanya apakah aku malu dengan keadaanku, maka dengan lantang aku jawab... tidak sama sekali.

Aku bangga menceritakan kepada semua orang bagaimana gagah beraninya ayahku. Aku juga tidak malu meski ibuku hanya seorang penjual buah, karena dari menjual buah-buahan itulah kami berdua bisa makan.

Ayah dan ibu, mereka berdua adalah hal yang sangat aku banggakan, karena mereka orangtuaku.

Dari sini pasti semua tahu, aku tidak punya cukup uang untuk membuatku terlihat menarik di mata para pria.

Damar, pria yang awalnya kupikir adalah pria baik yang bisa menerimaku apa adanya ternyata juga seorang pembohong besar. Ia sama seperti pria lainnya yang jatuh dengan mudahnya ke dalam pesona seorang Renita, yang ia sudah paham betul adalah sahabat baikku.

Bodohnya aku yang bisa ditipu mentah-mentah oleh mereka berdua.

Aku sakit, tentu saja. Kecewa, sudah pasti. Tapi jika ada yang bertanya apa aku marah? Jawabannya tidak.

SUDDENLY IT'S LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang