25

30.2K 2.9K 102
                                    

Saat aku memasuki pintu masuk SJA, hal pertama yang aku dapatkan adalah tatapan aneh dan menyelidik dari semua orang. Hal ini sudah kuduga sebelumnya dan aku harus siap menghadapinya. Kejadian dua hari yang lalu pasti tengah menjadi gosip panas yang mengundang pertanyaan di benak semua orang saat ini.

Aku memilih bungkam saat beberapa orang mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Ada hubungan apa antara aku, Damar dan Renita.

Aku menulikan telinga saat beberapa dari mereka mulai berbisik dengan asumsi mereka masing-masing. Dan telingaku dengan jelas menangkap sebutan pelakor yang mereka sematkan di belakang namaku.

Sedari awal aku sudah tahu, banyak dari mereka yang membenciku karena jabatan sekretaris yang kudapatkan dengan mudah. Mereka mengira aku ada main mata dengan direktur. Dan sekarang, adanya masalah baru yang ditimbulkan Renita semakin menguatkan penilaian buruk mereka tentangku.

Untuk pertama kalinya aku bersyukur dengan jabatanku sebagai sekretaris direktur yang tidak mengharuskanku berkeliling ke lokasi produksi dan menghadapi beberapa pasang mata yang nantinya menatapku dengan tatapan menghakimi.

Tapi itu tidaklah berlangsung lama. Seperti saat ini, jam sudah menunjukkan waktu istirahat dan aku mulai turun ke arah kantin untuk makan siang. Aku menguatkan hati saat mendengar beberapa karyawan terutama para wanita mulai berkasak-kusuk membahas masalah pribadiku.

Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Aku berjalan sambil membawa nampan. Mataku memindai sekitar dan menemukan Bang Kris, Rere dan Salma yang duduk di sudut kantin. Aku berjalan menghampiri mereka bertiga.

Tanpa banyak kata aku meletakkan nampan berisi makan siang di meja dan duduk di samping Salma. Aku mulai melahap makan siangku, mengabaikan tatapan aneh mereka bertiga.

"Eh, kalian bau-bau asem gitu gak sih?" Celetuk Rere. Si mulut racun kembaran Kanaya ini mulai buka suara, sudah pasti dia menyindirku. Aku sudah hafal betul tabiat Rere.

"Itu mukanya Andara yang asem." Jawab Bang Kris.

Sialan!

Aku menatap Rere dan Bang Kris dengan tajam. Sementara kudengar Salma disampingku terkikik geli.

"Ra, boleh kepo nggak?" Salma menyenggol bahuku dengan bahunya.

"Gak boleh!" Jawabku ketus sembari memasukkan satu suap nasi ke dalam mulutku.

"Dih, pelit banget." Gerutu Salma. "Eh Bang, di lobi ada cctvnya kan, ya?  entar pulang kerja anterin ke ruangan Pak Yono, yah?"

"Mau ngapain?"

"Aku mau minta rekaman cctv kemarin lusa. Mau aku kirim ke Lambe Monyong biar viral kaya Bu Dendy."

"Nyoh, duit nyoh!" Celetuk Rere menirukan suara wanita dalam video pelakor yang sempat viral di Instagram beberapa saat lalu.

Rere dan Bang Kris tergelak, sementara aku sudah memasang aura siap membantai siapapun. Tahu akan seperti ini akhirnya, mending aku bawa bekal dari rumah tadi. Sehingga aku bisa makan dengan tenang di mejaku tanpa mendengar ledekan dari para followers akun gosip ini.

"Semua orang di kantor pada gosipin kamu, Ra. Apa yang sebenarnya terjadi, sih?" Tanya Salma dengan nada seriusnya.

"Kamu gak beneran ada affair sama Pak Damar, kan?" Rere dan mulut jahanamnya.

Aku yang hendak menyuapkan nasi ke dalam mulutku berhenti. Mungkin tidak ada salahnya aku jujur dengan mereka bertiga. Setidaknya mereka orang yang paling dekat denganku saat ini.

Aku menghela nafas.

"He's my ex."

Jawaban singkatku sukses membuat ketiganya melotot dengan mulut menganga. Bahkan Bang Kris nyaris tersedak karena terkejut dengan fakta yang baru saja aku ungkapkan.

SUDDENLY IT'S LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang