17

30.8K 3.1K 217
                                    

Beralih peran dari seorang admin menjadi seorang sekretaris bukan hal yang mudah. Jika biasanya pekerjaanku sudah ada teknis dan alur yang jelas, maka lain hal dengan sekretaris direktur. Pekerjaan ini lebih kompleks dan tanggung jawabnya jauh lebih besar. Abaikan anggapan orang-orang bahwa seorang sekretaris hanya berhubungan dengan surat menyurat.

Sebagai sekretaris direktur SJA, aku dituntut memahami jalan pikiran atasan. Harus tahu kapan moodnya sedang baik atau sedang dalam mode macan tutul. Harus bisa menghandle pekerjaan atasan, belum lagi jika jadi jembatan penyeberangan antara karyawan dan direktur.

Lelah?

Secara fisik tidak, tapi secara batin sangat sangat lelah.

Mbak Dinara resmi resign seminggu setelah aku training menggantikan perannya.

Sialan sekali! Untung calon suaminya ganteng, mau marah jadi tidak tega.

Tidak ada hubungannya? Abaikan.

Menjadi sekretaris bos besar model Pak Gavin susah-susah gampang. Pak Gavin termasuk tipe orang yang perfeksionis dan menghargai waktu. Ia akan datang jam 8 tepat. Dan saat ia datang, aku harus memastikan ruangannya sudah dibersihkan dan secangkir kopi hitam sudah tersedia di atas meja tidak lebih dari 10 menit setelah ia duduk di singgasananya. Jika lebih dari itu siap-siap telinga panas karena omelannya. Sialnya bukan OB yang terkena sasaran auman macannya, tapi sang sekretaris cantik nan memukau. Dan itu aku.

Pak Gavin datang ke kantor tiga atau empat kali dalam seminggu. Kadang belum jam 4 beliau sudah pulang. Bukan pulang ke rumah, melainkan pergi ke perusahaan periklanannya.

Aku pikir menjadi bos itu enak. Tinggal ongkang-ongkang kaki, suruh sana suruh sini, uang dengan sendirinya datang menghampiri.

Nyatanya aku salah.

Pak Gavin dibalik mulutnya yang kadang berbisa adalah orang yang super sibuk dan pekerja keras menurutku. Di saat karyawan menggunakan jam istirahatnya untuk makan dan benar-benar lepas dari belenggu pekerjaan, maka lain hal dengan Pak Gavin. Di jam makan siang pun beliau masih mengerjakan entah apa itu di laptopnya. Terkadang juga beliau lembur hingga malam.

Di saat bos lembur hingga malam, maka apa yang dilakukan sang sekretaris?

Ikut lembur tentu saja.

Seperti saat ini. Jam sudah menunjuk angka 8 malam, tapi Pak Gavin masih belum keluar dari ruangannya, sementara konsep kerjasama dengan client baru perusahaan farmasi sudah selesai kukerjakan sejak tadi.

SJA baru saja memenangkan tender besar dari Kanbe Farma, perusahaan farmasi yang cukup besar di Indonesia, berupa packaging untuk produk kids series, yang mana memproduksi kemasan obat-obatan khusus anak-anak. Seperti obat flu, demam, batuk, diare, multivitamin dan masih banyak lagi.

Harusnya aku langsung pulang saja saat pekerjaanku sudah rampung. Tapi tidak etis rasanya pulang duluan saat atasan masih masih belum selesai dengan urusannya.

Aku ingin mengetuk pintu kayu dengan tulisan Direktur itu, tapi aku ragu. Di sana ada wanita barbie yang pernah kutemui di lift tempo hari. Sudah dua jam lebih Pak Gavin dan wanita barbie yang kuingat bernama Giselle itu berada di dalam sana. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mungkin mereka sedang melakukan proses perkembangbiakan manusia seperti yang sering kubaca di novel-novel.

Aku sampai menajamkan telinga karenanya. Membayangkan Pak Gavin melakukan adegan faster-faster bersama barbie itu membuatku bergidik.

Sementara suasana kantor begitu sepi. Tapi suara mesin produksi di gedung belakang masih terdengar samar. Kantor memang pulang jam 4 sore, tapi untuk bagian produksi tetap berjalan 24 jam yang terbagi menjadi tiga shift.

SUDDENLY IT'S LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang