31

13.6K 1.2K 28
                                    

"Loh, geplak aku mana?"

Hal pertama yang menyambut saat aku menginjakkan kaki di rumah adalah suara berisik Kanaya yang menanyakan oleh-olehnya. Kanaya membongkar tas jinjingku dan mengacak isinya mencari oleh-oleh yang dipesannya sebelum aku berangkat ke Jogja. Bukan batik atau pernak pernik, wanita ini memilih dibelikan berbagai camilan, seperti bakpia, dodol durian, yangko dan geplak.

Yah, Kanaya dan makanan memang sepaket.

Awalnya Kanaya girang bukan main saat membuka tas jinjing dan mengeluarkan pesanannya satu persatu. Tapi saat mendapati salah satu pesanannya tidak ada, wajahnya berubah masam.

"Emang gak ada disitu?"

"Noh, liat sendiri." Gadis itu mengarahkan tas jinjing ke arahku.

"Oh, berarti kelupaan. Lagian kamu nitipnya kebanyakan. Wajar kalau ada yang kelupaan." Ujarku tanpa rasa bersalah, lucu juga melihat raut kesalnya saat ini.

"Bukannya kemarin udah aku ingetin." Omelnya.

"Elahh, beli aja di Sopi juga banyak. Jaman serba mudah kenapa dibikin ribet sih."

Tentu aku tahu kemarin gadis ini menerorku dengan pesannya yang berisi rentetan daftar  camilan khas Jogja, Kanaya juga mewanti-wanti kalau aku jangan sampai melupakan pesanannya. Dan jika ada satu yang terlewat, bukan salahku juga.

Percayalah, aku sudah berusaha semaksimal mungkin membelikan apa yang dia inginkan di tengah badai yang menerjang hatiku.

Ampuun.. alay-nya diriku ini.

"Beda Raaaa... kalau kamu yang bawain oleh-oleh berarti kamu selalu inget aku dimanapun kamu berada, berasa disayangi aku tuh."

"Najis." Aku menoyor kepalanya yang bersandar di bahuku. "Minggir sana. Gara-gara kamu aku belum salim sama ibu."

Aku melesat ke dalam rumah, mengabaikan Kanaya yang mendumel tidak jelas.

***

Aku membaringkan tubuhku di atas kasur. Kalau ibu tahu aku rebahan tanpa membersihkan diri terlebih dahulu pasti beliau akan bernyanyi sepanjang jalan kenangan.

Aku meraba dadaku. Rasanya masih seperti kemarin. Debaran itu terus menghentak keras disana. Ini salah Pak Gavin yang membuat kinerja jantungku jadi dua kali lebih berat.

Wanita mana yang tidak klepek-klepek kalau ada laki-laki seganteng Pak Bos tiba-tiba mengatakan 'Faliing in Love with You'. Sejak aku masih TK hingga siap nikah gini aku masih yakin kalau artinya 'aku jatuh cinta padamu'.

Pak Gavin cinta aku?

Masuk akal gak sih?

Bagian mana dari diriku yang menarik dimata laki-laki itu, sementara pacarnya saja seperti kubilang sebelumnya, secantik Kendall Jenner.

Ah iya, aku hampir saja melupakannya! Pak Gavin sudah memiliki Giselle disampingnya. Lalu kenapa dia masih menyatakan cinta padaku?

Belum lagi ada Bertha. Cinta belum kelarnya.

Ah, aku bingung! Terlalu banyak wanita di sekelilingnya. Dan apalah aku yang cuma remahan rengginang yang mlempem di pojokan kaleng Khong Guan.

"Ra, aku kan pesennya dodol duren, kenapa beli yang nanas sih?"

Kanaya berdiri di depan pintu dengan sebelah tangan berkacak pinggang. Ia mengacungkan kemasan dodol ke arahku dengan raut protesnya.

Percayalah, saat ini aku sangat ingin mengantongi Kanaya dan kubuang ke Afrika. Gadis ini gak ada bersyukurnya sama sekali. Sudah sekantong oleh-oleh ditangannya, tapi sampai saat ini tidak ada ucapan terima kasih, yang ada mulutnya itu terus-terusan protes ini itu.

SUDDENLY IT'S LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang